Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam



BAB I
PENDAHULUAN
Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

A.    Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama Islam berorientasi pada penerapan Standar Nasional Pendidikan. Untuk itu dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pengembangan metode pembelajaran pendidikan agama Islam, pengembangan kultur budaya Islami dalam proses pembelajaran, dan pengembangan kegiatan-kegiatan kerokhanian Islam dan ekstrakurikuler.
Strategi merupakan salah satu unsur dalam proses pembelajaran yang tidak bisa dipisahkan. Strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif untuk melaksanakan tugas secara profesional. Guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar, maupun dalam arti efektif instruksional, tujuan belajarnya yang dirumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajarnya, maupun dalam aspek pengiring misalnya kemampuan berfikir kritis dan kreatif.[1]Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan gaya belajar siswa akan membantu guru dan juga anak didik untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengatasi segala sesuatu penghambat dalam suatu pembelajaran Karena strategi pembelajaran menyangkut segala sesuatu yang dilakukan untuk memberdayakan orang untuk belajar.
Strategi merupakan sebuah komponen yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, terlebih pada proses pembelajaran pendidikan agama Islam. �Strategi pembelajaran pendidikan agama Islam ini merupakan salah satu upaya untuk menerapakan bagaimana nilai-nilai ajaran agama Islam yang ada pada tiap materi mampu diserap, dihayati serta bisa diamalkan oleh peserta didik�[2]. Tujuandilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi yangditerapkan oleh sekolah tersebut dalam pembelajaran pendidikan agama Islam,serta faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran tersebut.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam tidak hanya disampaikan secara formal dalam suatu proses pembelajaran oleh guru agama, namun dapat pula dilakukan di luar proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari[3]. Guru bisa memberikan pendidikan agama ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik. Pendidikan agama merupakan tugas dan tanggung jawab bersama semua guru. Artinya bukan hanya tugas dan tanggung jawab guru agama saja melainkan juga guru-guru bidang studi lainnya. Guru-guru bidang studi itu bisa menyisipkan pendidikan agama ketika memberikan pelajaran bidang studi. Dari hasil pendidikan agama yang dilakukan secara bersama-sama ini, dapat membentuk pengetahuan, sikap, perilaku, dan pengalaman keagamaan yang baik dan benar. Peserta didik akan mempunyai akhlak mulia, perilaku jujur, disiplin, dan semangat keagamaan sehingga menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu setiap catur wulan, semester, setahun, 5 tahun dan sebagainya)[4]. Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN, dan lain-lain), dapat pula prestasi di bidang lain misalnya dalam cabang olah raga atau seni. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang intangible seperti suasana disiplin. Keakraban, saling menghormati dan sebagainya. Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba.
Dalam .proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input. Seperti: bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah dukungan administrasi dan sarana prasarana, dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun ekstra kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara benar, itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli.  Rasulullah Saw. bersabda:
???? ?????? ?????????? ?????? ???? ??????? ?????: ????? ???????? ????? ?????? ???? ???????? ?????????: ????? ?????? ????????? ????? ?????? ??????? ???????????? ??????????. (?????? ???? ???????)
Artinya: Dari Abi Hurairah radhiyallahu �anhu berkata: Rasulullah Saw. bersabda: �Apabila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran�. (HR. Bukhari) [5]

�Kehancuran� dalam hadits ini dapat diartikan secara terbatas dan dapat juga diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang "hancur" adalah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-murid itu kelak mempunyai murid lagi, kedua-duanya dilakukan dengan tidak benar, maka akan timbullah "kehancuran" Kehancuran apa? Ya, kehancuran orang-orang, yaitu murid-murid itu dan kehancuran sistem kebenaran karena mereka mengajarkan pengetahuan yang dapat saja tidak benar. Ini kehancuran dalam arti luas.
Antara proses dan pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses itu tidak salah arah, maka mutu dalam arti hasil output harus dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun kurun waktu tertentu. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu hasil output yang ingin dicapai.
Begitu juga dengan guru Pendidikan Agama yang mengajar di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam. Juga memegang tanggung jawab dan peranan yang sangat besar terhadap kelancaran dan kelangsungan pelaksanaan Pendidikan  Agama di sekoalah tersebut, dalam mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan, khususnya pelajaran bidang studi Pendidikan Agama yang berposisi sebagai bagian dari pendidikan nasional.
Berbagai upaya telah telah dilakukan untuk mencapai mutu pembelajaran  Pendidikan Agama khususnya di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam. Namun masih juga tedapat kekurangan-kekurangan di antaranya kekurangan-kekurangan yang di sebutkan dalam salah satu buku yang dikeluarkan oleh depertemen pendidikan agama di antaranya adalah: belum tecapainya tujuan pengajaran Pendidikan Agama yang sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan oleh Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Belum sempurnanya kurikulum Pendidikan Agama, kurang memadai fasilitas mengajar, kurangnya guru Pendidikan Agama, adanya guru  Pendidikan Agama yang mengajar hanya secara teoritis tanpa memberi bimbingan, pengarahan dan keteladanan pada siswa.[6]
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam.�
B.    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Bagaimana strategi peningkatan mutu proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam?                    
2.     Bagaimana strategi peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam?                  
3.     Bagaimana strategi peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam?                              
4.     Bagaimana strategi peningkatan prestasi belajar siswa dalam  pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam?                 
C.    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitiandalam skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Untuk mengetahui strategi peningkatan mutu proses  pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam.      
2.     Untuk mengetahui strategi peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam.                  
3.     Untuk mengetahui strategi peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam.                  
4.     Untuk mengetahuistrategi peningkatan prestasi belajar siswa dalam  pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam.
D.    Penjelasan Istilah
Adapun istilah yang terdapat dalam judul skripsi iniyang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

1.     Strategi
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya �suatu usaha untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran�.[7]
Secara bahasa , strategi bisa diartikan sebagai �siasat, kiat, trik, atau cara�. Sedang secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan�[8]. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai �a plan,method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal�[9]. Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pndidikan tertentu.
Strategi adalah �semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan�[10] sedangkan pembelajaran adalah �suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran�.[11]
Merujuk dari beberapa pendapat diatas strategi pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi mempuanyai kesamaan dengan metoda yang berarti cara untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara luas strategi dapat diartikan sebagai suatu cara penetakapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, teramasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
2.     Peningkatan
Menurut Kamus Besar Indonesia peningkatan adalah "penaikan" (derajat, taraf) mempertinggi, memperbesar usaha.[12]Peningkatan yang penulis maksud adalah keaktifan para guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran..
3.     Mutu Pembelajaran
Mutu berasal dari bahasa latin yakni �Qualis� yang berarti what kind of(tergantung kata apa yang mengikutinya).[13] �Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat�[14]. Mutu adalah �kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu adalah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan konsumen�[15]. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia membeli produk perusahaan tersebut baik berupa barang maupun jasa.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Adapun menurut penulis mutu adalah kualitas pembelajaran.
Pembelajaran berasal dari kata �belajar� yang berarti proses cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar[16].Kemudian kata itu mendapat awalan �pem� dan akhiran �an� yang artinya segala sesuatu mengenai belajar. Oemar Hamalik mengatakan �Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan�[17]. Selanjutnya ahli ini mengemukakan pembelajaran dapat diberikan arti sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar�[18].
            Berdasarkan penjelasan di atas, penulis maksudkan dengan pembelajaran di sini adalah suatu upaya yang dilakukan secara sistematis dalam proses belajar mengajar yang meliputi fasilitas, perlengkapan, prosedur untuk mencapai tujuan.
4.     Pendidikan Agama Islam
Kata pendidikan diartikan dengan bimbingan atau usaha sadar yang dilakukan oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[19] Di samping itu, Suganda Poerbawakatja mendefinisikan "Pendidikan itu adalah suatu usaha manusia membawa si anak ke tingkat kedewasaan dalam arti sadar dalam memikul tanggung jawab segala perbuatan secara moral".[20] Menurut Charzen agama adalah "Dien" yaitu ajarana yang diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya, sebagai petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.[21]
Sedangkan kata "Islam" berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai.[22] Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun akhirat. Hal demikian dilakukan kesadaran dan kemauan diri sendiri. Abdul Rida Kastori mengemukakan pengertian pendidikan Islam adalah "Suatu usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan, mengawasi dan memperbaiki seluruh potensi fitrah.[23]Manusia secara optimal dengan sadar dan terencana menurut hukum-hukum Allah Swt. yang ada di dalam alam semesta maupun di dalam Al-Quran.[24]
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 30 dijelaskan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama.[25] Undang-undang juga mengatur bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang wajib dimuat oleh setiap sekolah.[26]
Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidik agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life(pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dengan demikian, PAI berarti usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.[27] Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PAI sebagai mata pelajaran di SMP.
E.    Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitiandalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai strategi peningkatan mutu pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan strategi peningkatan mutu pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
F.     Kajian Terdahulu
Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain:
Nama: Rosmanita Nim: A. 284260/3210 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011dengan judul dengan judul skripsi Penerapan Metode Problem Solving Dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Juli Kabupaten Bireuen  metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.     Bidang studi PAI yang diajarkan kepada siswa SMP Negeri 1 Juli adalah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dan selesai diberikan atau diajarkan kepada siswa setiap semester.
2.     Keberhasilan proses belajar mengajar di sebuah sekolah sangat tergantung dengan metode yang diterapkan. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan di SMP Negeri 1 Juli Kabupaten Bireuen harus menjurus kepada peningkatan kualitas siswa, sehingga nantinya siswa tersebut mampu menerapkan ilmu yang mereka peroleh di dalam masyarakat.
3.     Kendala yang sangat terasa dalam melaksanakan Pembelajaran PAI adalah tidak adanya fasilitas praktikum seperti tidak ada laboratorium bahasa, dan masih banyak lagi kekurangan yang dialami dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Juli.[28]
Selanjutnya adalah Nama: Mursalin Nim: A. 273384/2334 Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2011 dengan judul dengan judul skripsi Strategi Pembelajaran Fiqih Pada Dayah Darul Aman Al-Aziziah Meunasah Krueng Kecamatan Peudada metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.     Strategi pembelajaran Fiqih pada Dayah Darul Aman Al-Aziziah Meunasah Krueng Kecamatan Peudada adalah strategi yang lebih tepat dengan materi pembelajaran, seperti pendekatan pengalaman, pembiasaan, emosional dan pendekatan rasional, namun kenyataannya guru Fiqih pada Dayah darul Aman Al-Ziziyah Meunasah Krueng Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen belum sempurna menerapkannya.
2.     Kendala-kendala dalam pembelajaran Fiqih pada Dayah Darul Aman Al-Aziziah Meunasah Krueng  Kecamatan Peudada adalah Guru terdapat kesibukan lain di luar Dayah, banyak pelajaran yang wajib dihafal oleh santri, sehingga sulitnya membagi waktu untuk mengulang pelajaran Dayah, kurang memadainya asrama untuk santri, sehingga ada empat ruangan asrama yang harus ditempati santri. Sehingga kenyamanannya jauh dari harapan, persediaan buku dan kitab-kitab tidak ada, sehingga segala kebutuhannya harus dibeli sendiri, sarana dan prasarana yang ada masih sangat minim, tidak sebagaimana yang diharapkan, karena perbandingan keadaan fasilitasnya tidak sesuai dengan jumlah santrinya.
3.     Tingkat keberhasilan santri dalam pembelajaran Fiqih pada Dayah Darul Aman Al-Aziziah Meunasah Krueng Kecamatan Peudada adalah Dayah tersebut belum mencapai keberhasilan yang signifikan, karena Dayah Darul Aman Al-Aziziah Meunasah Krueng Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen merupakan salah satu Dayah tradisional[29]
Selanjutnya adalah Nama: Mulyadi Nim: A. 273383/2333 Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2011 dengan judul dengan judul skripsi strategi Pembelajaran Aqidah Akhlak (Studi Penelitian Pada MTsN Matangglumpangdua) metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut
1.     Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Matangglumpangdua adalah dilaksanakan secara terus menerus yang disesuaikan dengan materi bahasan. Langkah dimulai dari pertanyaan yang diberikan guru sebagai evaluasi awal untuk melihat kemampuan siswa menyerap meteri pelajaran yang baru selesai diberikan. Selanjutnya pembentukan kelompok diskusi dimana kelompok ini tidak menetap dalam diskusi-diskusi berikutnya selalu bertukar kawan, guru dalam diskusi tersebut hanya sebagai pemandu dan penengah ketika terdapat permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh kelompok diskusi.
2.     Strategi penerapan metode diskusi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Matangglumpangdua adalah yaitu strategi yang mengaktifkan siswa dan guru, kedua pihak ini harus saling aktif dalam proses pembelajaran serta didukung oleh media supaya keberhasilan dapat dicapai sebagai-mana yang diharapkan.
3.     Kendala-kendala penerapan metode diskusi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Matangglumpangdua adalah Kurang menguasai bahasa asing, Kurang mendapat penataran yang intensif, Kurang pengarahan dalam menggunakan media dari instansi terkait, kurang motivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik, kurangnya media yang disediakan oleh instansi terkait, kurangnya sarana dan fasilitas yang mendukung seperti, buku, media atau alat peraga, kurangnya pengetahuan guru yang disebabkan oleh kurang mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran.
4.     Keberhasilan yang dicapai siswa diskusi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Matangglumpangdua adalah siswa lebih aktif dan berprestasi dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak.[30]
Penulis sangat menarik terhadap penelitian diatas mengenai strategi pembelajaran, akan tetapi penelitian tersebut belum menjelaskan secara detail tentang strategi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga terlihat belum lengkap dalam sebuah penelitian. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah, dalam penelitian ini penulis mendiskripsikan cara atau metode yang digunakan sehingga lebih baik dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.








               [1] Sulistina Widia Astutik, Penerapan Model Pengajaran Terbalik Untuk Meningkatkan Ahasil Belajar Siswa, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2008), hal. 4.
               [2]Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 45.

               [3] Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 29.
               [4]Udin S. Winataputra, dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003), hal. 29.
[5]Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah, Cet. I, (Riyadh: Maktabah Darussalam, 1997), hal. 264.
[6]Departemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidkan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, 2001)hal.4-5.
               [7]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 3, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 27.

               [8] Subana,M. dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 29.

               [9] Ibid., hal. 29.
[10] Sudjana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), hal. 139.
    [11] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 5.
[12]Fuad Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dep. P dan K, Cet. 2a, (Jakarta: Balai Pustaka), hal. 950.

               [13]Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 407.

               [14] Syaiful Sagala,  Menejemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 29.

               [15]Titik Purwati, TQM: Strategi Meningkatkan Mutu daya Saing di Era Globalisasi, (Malang: UNM Prees, 1996), hal. 39.
[16]Poerwadarminta W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), hal. 769.

[17] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 57.

[18]Sudjana, Metode...,  hal. 81.
[19]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 8, (Bandung: Al-Ma'arif, 1996), hal. 19.

[20]Suganda Poerbawakarya, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hal. 214.

[21]Saleh Muntasir, Mencari Evedensi Islam, (Jakarta: Rajawali, t.t.), hal. 101.

[22]Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980), hal. 2.

[23]Fitrah adalah keadaan jiwa manusia, dimana Allah telah menciptakannya untuk kebenaran atau tauhid dan bersedia mendapatkan kebenaran itu. Syeikh Ahmad Mustafa Al-Maraghi, (www.serambionline.com).

[24]Abdul Ridha Kastori, Sistem Pendidikan Islam, (Islah, Ed. 43, 1995), hal. 38.

[25]Dep. Pendidikan Nasional, Undang-undang 20/2003, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hal. 15.

[26]Ibid., hal. 16.

               [27]Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 75.

               [28] Rosmanita, Skripsi fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Tahun 2011.
               [29] Mursali, Skripsi fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Tahun 2011.
               [30] Mulyadi, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Tahun 2011.