Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan kepala


BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sampai dengan saat ini akan tetap menjadi kajian yang tak ada habis-habisnya, bahkan sampai pada akhir zaman nanti. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah banyak dilakukan dengan berbagai bentuk kebijakan dan inovasi yang dicetuskan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun semuanya itu kembali kepada faktor manusia yang menjalankannya. Oleh sebab itu manusia yang berada di dalam lingkungan pendidikan harus berusaha menjadi professional. Aktor kunci yang mengemban dalam peningkatan mutu pendidikan di madrasah adalah Kepala Madrasah sebagai Manajer Madrasah. Kepemimpinan Kepala Madrasah yang kuat (demokratis) akan sangat mendukung karakter peningkatan mutu pendidikan.
Masalah mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai dari aspek kebijakan pemerintah terhadap pendidikan, infrastruktur, rekrtumen dan pembinaan sumber daya manusia, kurikulum, manajemen dan sebagainya. Namun hal tersebut belum menampakkan hasil yang optimal sehingga usaha-usaha ke arah perbaikan mutu pendidikan terus dilakukan. Komponen lain yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan adalah proses pendidikan. Proses ini memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Proses pendidikan di sekolah tidak terlepas dari input. Oleh karena itu manajemen pendidikan dilihat melalui cara berfikir yang sistematis, yaitu seluruh komponen saling berinteraksi satu sama lain mengubah input menjadi output yang berkualitas.
Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan  jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka  pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah  perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2,5 tahun, sedangkan  perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses  perencanaan menjadi salah satu keterampilan yang penting mengingat perencanaan menjadi salah satu keterampilan yang penting, mengingat perencanaan yang baik merupakan setengah dari kesuksesan satu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik akan selalu mengacu pada: pertanyaan “Apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan dilakukan, dimana dilakukan dan bagaimana sesuatu dilakukan.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan keterampilan utama dalam manajerial organisasi, yaitu keterampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumber daya, keterampilan melaksanakan kegiatan dan keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Wahjosumidjo bahwa:
Seorang kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin dan seorang pengendali. Keberadaan seorang manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi didalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karier sumber daya manusia. Berdasar pendapat tersebut, kepala sekolah sebagai manajer mempunyai keterampilan manajerial sebagai perencana dalam kegiatan keagamaan bersama-sama dengan bapak dan ibu guru yang menjadi pembina rokhani Islam. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada pertanyaan-pertanyaan, apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan dilakukan, dimana dilakukan dan bagaimana sesuatu dilakukan. Inilah yang akan menjadi kunci keberhasilan pekerjaan. Selain itu, prinsip paling utama dalam membuat perencanaan adalah dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.[1]

Keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumber daya yang cukup besar mulai sumber daya manusia yang terdiri dari guru, karyawan dan siswa, sumber daya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta saran dan  prasarana yang dimiliki. Salah aatu masalah yang sering melanda dunia pendidikan adalah keterbatasan sumber daya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumber daya yang dimilliki adalah modal awal dalam melakukan  pekerjaan.
Lembaga pendidikan mempunyai sumber daya yang sangat besar, mulai sumber daya manusia yang terdiri dari guru, karyawan dan siswa, sumber daya keuangan, serta fisik mulai dari gedung hingga sarana dan prasarana yang dimiliki. Kepala sekolah harus mampu menggunakan sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya. Memimpin sebuah organisasi sekolah yang produktif berarti memahami dan mengetahui  perilaku individu dalam organisasi sekolah tempat kerja para guru dan seluruh staf yang terlibat, dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan organisasi sekolah. Peran utama kepala sekolah adalah mengerahkan seluruh staf sekolah bekerja sama sebagai sebuah team untuk melaksanakan program pertumbuhan dan peningkatan prestasi akademik.
Kepala Sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervisi manajemen dan juga supervisi dalam  bidang pengajaran. Supervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam  bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi administrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadap tugas-tugas seta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan profesional sebagai guru sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya
Kepala madrasah harus mampu melakukan tugas-tugas pengendalian dan evaluasi. Pengendalian ini meliputi pengendalian manajemen dan juga bidang pengajaran. Pengendalian manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi administrasi dan kelembagaan, sementara pengendalian pengajaran adalah melakukan  pengawasan dan kendali terhadap tugas-tugas serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Anwar dan Sagala mengemukakan sebagai berikut:
Secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan  penelusuran sesuatu dalam kegiatan organisasi sebagai upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi, rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pimpina sekolah hendaknya mampu melakukan  pengawasan dan penilaian kerja guru bukan hanya sekadar progress cheking dari suatu kegiatan. Fungsi utama pengendalian evaluasi pendidikan pada perbaikan dan peningkatan kualitas  pengajaran/peningkatanpengelolaan kegiatan keagamaan.[2]

Berbagai gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh Kepala Madrasah sebagai pimpinan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui proses komunikasi dengan bawahannya. Hal tersebut menjadi dimensi dalam kepemimpinan dan merupakan teknik-teknik untuk memaksimalkan pengambilan keputusan dan meningkatkan kualitas pendidikan serta mutu Madrasah.
Mengacu pada deskripsi di atas, peneliti tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Fungsi Manajemen Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala MAN Gandapura”. Alasan yang mendasari pemilihan judul tersebut adalah: pertama, gaya kepemimpinan merupakan objek penelitian yang menarik untuk diteliti, karena kepemimpinan merupakan koordinator yang mampu menggerakkan para guru mencapai kinerja maksimal melalui pemberian dorongan dan motivasi dalam mencapai tujuan yang menjadi visi dan misi pendidikan madrasah. Kedua, kinerja guru sebagai hasil yang dipengaruhi oleh pemberian motivasi kepala madrasah kepada para guru adalah hal yang layak diteliti implementasinya di MAN Gandapura yang memiliki guru dengan kinerja tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari prestasi yang dihasilkan oleh para siswa baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi yang tentu saja tidak lepas dari peran guru yang kompeten dan memiliki kinerja tinggi serta kepala madrasah yang memiliki manajemen dan gaya kepemimpinan yang baik.
B.    Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Bagaimana pelaksanaan fungsi manajemen MAN Gandapura?
2.     Bagaimana gaya evaluasi dan kepemimpinan kepala MAN Gandapura?
3.     Bagaimana fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan kepala MAN Gandapura?
C.    Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi manajemen MAN Gandapura.
2.     Untuk mengetahui gaya evaluasi dan kepemimpinan kepala MAN Gandapura.
3.     Untuk mengetahui fungsi fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan kepala MAN Gandapura.
D.    Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan Kepala MAN Gandapura. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan Kepala MAN Gandapura ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.

E.    Landasan Teori

1.     Fungsi manajemen
Manajemen berasal dari kata “managio” yaitu pengurusan atau “managiere” atau melatih dalam mengatur langkah-langkah. Manajemen didefenisikan oleh Parker Follet sebagai “the art of getting things done through people” atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien.  Menurut Lepawsky manajemen adalah tenaga, kekuatan yang memimpin, member petunjuk dan membimbing suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu[3].
Sebagai suatu system menurut Sisdiknas manajemen merupakan suatu proses social yang direkayasa untuk mencapai tujuan Sisdiknas secara efektif dan efisien dengan mengikut sertakan, kerjasama serta partisipasi seluruh masyarakat. Dalam hal ini ada tiga hal yang penting yang ingin ditonjolkan, yaitu: manajemen suatu Sisdiknas merupakan suatu proses, rekayasa untuk mencapai tujuan Sisdiknas, pengikutsertaan (partisipasi masyarakat). Maka manajemen yang berkenaan dengan pemberdayaan sekolah merupakan alternatif yang paling tepat dalam mewujudkan sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi. Pemberdayaan adalah memberikan otonomi yang lebih luas dalam memecahkan masalah di sekolah, oleh karena itu diperlukan suatu perubahan kebijakan dibidang manajemen pendidikan dengan prinsip memberikan kewenangan mengelola dan mengambil keputusan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan sekolah. Ada tiga unsur pokok yang berkenaan dengan pekerjaan seorang manajer, ialah gagasan (ideas) atau hal atau benda (thing) dan orang (people).
Manajemen berlangsung dalam suatu proses berkesinambungan secara sistematik, yaitu:
1.     Planning (perencanaan). Yaitu membuat keputusan, menyangkut tindakan yang harus diambil yang akan diikuti oleh perusahaan lainnya. Sebelum mengambil keputusan, kita harus terlebih dulu mengkaji perencanaan tersebut, menganalisanya atau mengajukan proposal dulu. Perencanaan berkaitan dengan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya dan siapa yang harus melakukannya.
2.     Organizing (pengaturan). Orang-orang bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu; mereka harus memiliki peran masing-masing, seperti para aktor dalam sebuah drama. Apakah peran ini dikembangkan oleh mereka sendiri atau ditentukan oleh orang lain itu merupakan kebetulan belaka. Peran ini diperlukan agar setiap orang dapat memberikan kontribusinya terhadap kelompok. Peran ini berarti bahwa apa yang dilakukan oleh seseorang itu memiliki tujuan tertentu; apakah hasil kerja mereka sesuai dengan kebutuhan kelompok; di mana mereka mendapatkan otoritas untuk melakukan pekerjaan tersebut dan di mana mereka bisa mendapatkan alat dan informasi untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut. Yang termasuk organizing adalah (1) menentukan aktifitas yang bisa digunakan untuk dapat meraih tujuan, (2) mengelompokkan aktifitas ini ke dalam departemen atau seksi, (3) tugas yang harus diselesaikan oleh manajer, (4) perwakilan otoritas untuk melakukan tugas, dan (5) ketentuan untuk menetapkan koordinasi tugas, otoritas dan informasi secara horizontal dan vertikal dalam struktur organisasi.
3.     Staffing (susunan kepegawaian). Yaitu mengisi posisi dalam sebuah struktur organisasi dan tidak membiarkan sebuah posisi itu menjadi kosong. Selain itu, yang termasuk staffing adalah menentukan syarat untuk pekerjaan yang harus diselesaikan, melakukan penemuan, memberikan pengakuan dan memilih kandidat yang cocok untuk sebuah posisi, memberi kompensasi, melatih dan mengembangkan kandidat tersebut sehingga mereka dapat melakukan tugasnya dengan efektif.
4.     Leading (memimpin). Yaitu memberi pengaruh kepada orang lain sehingga mereka mau berusaha dengan ikhlas dan antusias terhadap tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan; leading ini menyangkut aspek interpersonal (antar pribadi) dalam manajemen. Hambatan dalam leading ini adalah keinginan dan sikap orang yang berbeda – beda, sikap mereka baik sebagai individu maupun kelompok dan kebutuhan akan manajer yang dituntut untuk menjadi pemimpin yang efektif.
5.     Controlling (pengontrolan). Yaitu mengukur dan memperbaiki pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan agar tidak melenceng dari tujuan semula. Di sini kita harus bisa menentukan hal – hal negatif atau penyimpangan apa saja yang bisa menghambat tujuan, kemudian kita harus memperbaiki kesalahan tersebut dan membantu memastikan kalau rencana sudah diselesaikan. Walaupun perencanaan lebih awal daripada controlling, namun perencanaan tersebut tidak bisa dihasilkan dengan sendirinya. Perencanaan merupakan pedoman bagi manajer dalam mencapai tujuan. Kemudian pelaksanaan rencana itu harus dikaji apakah sesuai dengan rencana semula atau tidak.[4]

2.     Gaya kepemimpinan kepala Madrasah
Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku pemimpin. Dari satu segi pendekatan ini masih difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan (leadership style), sebab gaya kepemimpinan bagian dari pendekatan perilaku pemimpin yang memusatkan perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu.
Gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi aktuivitas orang-orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya dapat berubah bagaimana pemimpin mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin yang sejalan dengan tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan bawahannya dengan meningkatkan kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan berkomunikasi dengan bawahannya. “Para penelti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan orientasi tugas (Task Oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (Employee Oriented )”.[5]
 Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan manajer berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.[6]
 Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan, akan mengakibatkan bawahan merasa tidak diperlukan, karena pengambilan keputusan tersebut terkait dengan tugas bawahan sehari-hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan mestinya tidak dilakukan. Namun pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat merupakan tindakan yang bijaksana kepada bawahan, maka akan terjadi kegagalan dalam pencapaian tujuan organisasi.
F.     Kajian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pembagian kerja dan upah yang masing-masing berpengaruh terhadap prestasi kerja, dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
1.     Rifqi Saputra Nim: A. 201201/4089 Instititut Agama Islam Almuslim Aceh Pada tahun 2013 dengan judul skripsi Madrasah dan Pesantren Sebagai Inspirator Model Pendidikan Unggul dalam Konsep Pendidikan Islam metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Kondisi madrasah pada saat ini memang masih mengalami ketertinggalan jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum. Bahkan madrasah kian terpinggirkan dengan semakin banyaknya sekolah umum yang bercirikan Islam berkembang secara lebih cepat. Sebuah hal yang sangat ironis manakala model pendidikan madrasah yang sudah cukup ideal tersebut tidak dapat dikembangkan dan diberdayakan menjadi sebuah desain madrasah yang unggul, tetapi justru diadopsi oleh sekolah umum dan dapat dikembangkan menjadi sekolah yang bermutu. Kedua, Madrasah semestinya tidak perlu terpengaruh untuk mengikuti pola pengembangan sekolah umum yang dianggap lebih baik, sebaliknya madrasah justru perlu mempertahankan karakteristiknya dan mengembangkannya. Dalam hal ini, yang dibutuhkan madrasah sebenarnya adalah penguatan dan pengembangan kelembagaan, peningkatan kualitas SDM, dan mengembalikan ruh madrasah sebagai sekolah berbasis masyarakat dan berkarakteristik keagamaan yang kuat.
2.     Fadhil Nim: A. 284323/3273 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 dengan judul skripsi Strategi Perencanaan Pengembangan Madrasah Menuju Madrasah Unggulan Dalam Perspektif Pendidikan Islam, metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:  Pertama, Madrasah sebagai lembaga pendidikan umum  yang beciri khas agama Islam, berfungsi sebagai pengembang dasar-dasar keterampilan multidimensi. Hal ini lantaran pendidikan pada madrasah pada dasarnya merupakan subsistem dari pendidikan umum yang sederajat. Kedua, Pendidikan pada madrasah memiliki fungsi yang sama dengan pendidikan umum lainnya yakni untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Demikian juga halnya dengan tujuan pada pendidikan madrasah. Ia terikat pada tujuan pendidikan nasional yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Ketiga, Sejalan dengan semakin terdiversifikasi jenis-jenis keterampilan pembangunan yang diperlukan, maka pengembangan dasar-dasar keilmuan dan penguasaan keterampilan profesional tingkat menengah pun (dalam hal ini pendidikan di madrasah) perlu pengembangan ke segala sektor kehidupan.  Sudah barang tentu hal ini dengan memperhitungkan kondisi daerah, kecenderungan penyediaan sumber daya alam, keterbukaan peluang sektor-sektor profesi kehidupan serta ketersediaan sumber daya manusianya
3.     Nama: Asnidar Nim: A. 2114991/3941 Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2014 dengan judul skripsi Fungsi Pengawasan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru Pada MTsS Juli. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode file reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Fungsi pengawasan kepala madrasah Tsanawiyah swasta (MTsS) Juli terhadap kinerja guru sangatlah penting sebagai usaha untuk meningkatkan kedisiplinan para guru baik dari segi kedisiplinan mengajar maupun kedisiplinan menyusun administrasi proses belajar mengajar sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah tersebut, akan tetapi pengawasan tersebut belum bisa dilakukan secara continue, dikarenakan lingkungan tempat madrasah tersebut berada di daerah terpencil, tidak sesuainya latar belakang pendidikan guru yang mengajar di Madrasah tersebut, banyaknya guru yang berstatus bakti bahkan masih ada guru yang belum mempunyai ijazah strata satu (S1), sarana-sarana dan prasarana di sekolah belum memadai. Kedua, Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kepala Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Juli dalam mengawasi kinerja guru adalah Pengalaman memimpin kepala sekolah yang kurang, Sulitnya menjadi kepala sekolah yang ideal, sulitnya membimbing maupun menggerakkan para guru, latar belakang pendidikan guru yang bukan dari keguruan dan rendahnya latar belakang pendidikan guru.


G.   Metodologi Penelitian    

Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian mulai dari jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sangat membantu dalam kelangsungan penelitian ini.
1.     Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis buat maka penelitian ini akan dilakukan MAN Gandapura. Adapun alasan memilih lokasi penelitian tersebut, yaitu belum berfungsinya kepemimpinan kepala madrasah sehingga manajemen kepala madrasah masih belum mampu meningkatkan mutu pendidikan.
2.     Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif yaitu, penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.[7] Atau diistilahkan dengan penelitian ilmiah yang menekankan pada karakter alamiah sumber data. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Sukmadinata yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.[8]
Jenis penelitian ini adalah Studi Kasus, karena Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk penelitian studi kasus maka hasil penelitian ini bersifat analisis-deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati terutama terkait dengan bagaimana fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan Kepala MAN Gandapura.
3.     Metode Penelitian          
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif interaktif. Metode kualitatif interaktif yaitu:
Metode kualitatif interaktif merupakan mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan namanya penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif melalui interaksi dengan sumber data manusia. Melainkan, Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen.[9]

4.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ruang Lingkup Penelitian

No
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan
1
Pelaksanaan fungsi manajemen MAN Gandapura
a)     Program pengajaran
b)     Kesiswaan
c)     Kepegawaian
d)     Keuangan
e)     Sarana dan prasarana
2
Gaya kepemimpinan kepala MAN Gandapura

a)     Kepemimpinan yang otoritas
b)     Kepemimpinan yang demokratis
3
Fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan kepala MAN Gandapura

a)     Sebagai pelaksana (executive)
b)     Sebagai perencana (planner)
c)     Sebagai seorang ahli (expert)
                       
5.     Objek Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, yang menjadi objek penelitian adalah fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan Kepala MAN Gandapura. Penelitian ini akan dilakukan pada MAN Gandapura yang berada di Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen.
6.     Sumber Data                   

Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)     Data Primer
Husein Umar menjelaskan bahwa data primer adalah “data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi”.[10] Sumber data primer digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejauh mana respon Kepala MAN Gandapura.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.      Kepala Madrasah, sebagai informan utama untuk mengetahui perjalanan MAN Gandapura dari masa ke masa dan juga memiliki wewenang serta kebijakan penerapan Kurikulum.
b.     Wakil Kepala Madrasah, sebagai responden dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menggali informasi yang berkaitan dengan fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan Kepala MAN Gandapura.         
c.      Guru, guru yang dimaksudkan disini yaitu guru MAN Gandapura.    
b)     Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang dikeluarkan suatu badan riset”.[11]
Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku: Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Rahman (at all). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint, 2006. Sudarwan Danim. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia, 2002.
7.   Teknik Pengumpulan Data
      
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur atau kepustakaan (library research) maupun data yang dihasilkan dari lapangan (field research). Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
a.      Observasi
Observasi (pengamatan) merupakan “sebuah teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, Kepala Madrasah yang sedang memberikan pengarahan”.[12] Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam Observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau pelatihan. Dalam Observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.[13] Metode ini digunakan untuk melihat langsung bagaimana fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan Kepala MAN Gandapura. Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif-kualitatif, yaitu menyajikan data secara rinci serta melakukan interpretasi teoritis sehingga dapat diperoleh gambaran akan suatu penjelasan dan kesimpulan yang memadai.
b.     Wawancara
Wawancara atau interview merupakan “salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual”[14]. Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak berstruktur, dimana di dalam metode ini memungkinkan pertanyaan berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus, sehingga diperoleh informasi yang kaya dan pembicaraan tidak kaku.[15]
Adapun dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara bersama antara lain Kepala Madrasah, guru dan siswa. Hal demikian dilakukan dengan tujuan untuk memeproleh data secara luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.
c.      Dokumentasi
Metode dokumentasi, merupakan “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”[16]. Dokumen barang yang tertulis. di dalam memakai metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan lain sebagainya. Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud lisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan symbol-simbol.[17]
Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai fungsi manajemen terhadap gaya kepemimpinan Kepala MAN Gandapura.
8.   Teknik Analisa Data        

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk menyajikan deskripsi (gambaran) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki. Dengan demikian analisis ini dilakukan saat peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan akurat. Dalam hal ini data yang digunakan berasal dari wawancara dan dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi yang dilakukan. Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh dua langkah utama dalam penelitian ini, yaitu:
1.     Tahap Reduksi
Sugiyono menjelaskan bahwa mereduksi data berarti “merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidakperlu”[18]. Tahap ini hal yang dilakukan adalah menelaah seluruh data yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dari catatan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek yang diteliti.
2.     Tahap Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data”.[19] Tahap ini dilakukan adalah untuk merangkul data temuan data temuan dalam penelitian ini yang di susun secara sistematis untuk mengetahui tentang hal yang diteliti di lapangan, sehingga melalui display data dapat memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data yang terkumpul.

3.     Tahap Verifikasi
Langkah ke tiga dalam analis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulandan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.”[20]. Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian kualitatif  memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. Semua data yang terkumpul dari responden diolah dalam bentuk uraian-uraian tentang apa yang didapatkan di lokasi penelitian.     
H.    Garis-Garis Besar isi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu:
Bab satu, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan gars-garis besar isi skripsi.
Bab dua, berisi tentang biografi MAN Gandapura yang meliputi latar belakang berdiri, visi dan misi, badan hukum, struktur organisasi, status kepemilikan.
 Bab tiga, berisi tentang fungsi manajemen MAN Gandapura yang meliputi fungsi perencanaan, fungsi perumusan, fungsi pengesahan dan fungsi evaluasi.
Bab empat, berisi tentang fungsi pengorganisasian MAN Gandapura yang meliputi fungsi spesialisasi, fungsi standardisasi, fungsi koordinasi, fungsi besaran seluruh organisasi.                                         
Bab lima, berisi tentang fungsi pengendalian dan evaluasi MAN gandapura yang meliputi fungsi penilaian, fungsi pelaporan, fungsi pengawasan dan fungsi evaluasi                                                                     .          
Bab enam, berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.


               [1] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 94-96.
               [2] Anwar Qomari dan Syaiful Sagala, Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2004), hal. 90.
               [3] Syaeful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung. Alfabeta,2007), hal. 58.
               [4] Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 17.
               [5] T. Hani Handoko, Manajemen edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1999),hal. 229.
               [6] Ibid., hal. 294.
               [7] Lexy J, Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 2.
               [8] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 60.
[9] Wikipedia, Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif, dikutip pada tanggal 18 oktober 2015 dari https://id.wikipedia.org./wiki/penelitian kualitataif.html
               [10] Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.
               [11]Ibid.,
               [12] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian ..., hal. 220.
               [13] Ibid, hal. 220.
               [14] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian ..., hal. 216.
               [15] Singarimbun, Masri dan Efendi Sofwan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3S, 1989), hal. 39.
               [16] Ibid, hal. 216.
               [17] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneka
Cipta, 1991), hal. 102.
               [18] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 338.
               [19] Ibid., hal. 341.
               [20]Ibid., hal. 345.