Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Gambaran Teoritis Tentang Penyajian Pesan Iklan Melalui Media


BAB DUA
Gambaran Teoritis Tentang Penyajian Pesan Iklan Melalui Media


A.    Pengertian Periklanan
Periklanan atau advertising berasal dari kata Latin, yaitu adverte yang berarti mengarahkan. Periklanan adalah salah satu bentuk produk jurnalistik yang merupakan hasil akhir dari serangkaian pengamatan sampai pada pelaksanaan strategi dan taktik untuk menjangkau pembeli yang potensial.
Secara umum, iklan disebut sebagai suatu bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk menginterpretasikan kualitas produk, jasa dan ide-ide berdasarkan kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Dalam pengertian paling sederhana, iklan adalah pesan atau penawaran suatu produk atau jasa yang ditujukan kepada khalayak lewat suatu media. Jadi iklan dilakukan bukan dengan orang pribadi melainkan dengan menggunakan media dalam menjangkau konsumennya. Ini sesuai dengan definisi yang diutarakan Prof. Philip Kotler dalam bukunya “Manajemen Pemasaran” edisi ke 4 “Analisis, Perencanaan dan Pengendalian” jilid 2 (1984 : 177), yaitu :
“Periklanan adalah setiap bentuk penyajian yang bukan dengan orang pribadi, dan promosi ide-ide, barang atau jasa-jasa dengan pembayaran oleh suatu sponsor tertentu.”

Iklan dilakukan dengan menggunakan media, oleh karena itu iklan merupakan kegiatan yang dibayar, yaitu dalam pengertian apabila seseorang atau sebuah perusahaan ingin memasang iklan pada sebuah media, maka seseorang atau perusahaan itu harus membayar kepada media massa tersebut. Hal ini ketentuan kerena antara membayar dengan tidak membayar mengandung kepastian dimuat atau tidak dimuatnya, disiarkan atau tidak disiarkannya iklan tersebut.
Periklanan sebagai kegiatan yang dibayar ditegaskan oleh Drs. Basu Swastha DH. MBM, dalam bukunya “Azas-azas Marketing” (1984 : 245), yang merupakan kutipan dari definisi yang diutarakan oleh William G. Neckals, yaitu :
“Periklanan adalah komunikasi non-personal dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga, dan non-lembaga serta individu.”

Lebih lanjut, periklanan sebagai kegiatan yang dibayar juga dikemukakan oleh Prof. Philip Kotler dalam bukunya “Manajemen Pemasaran” edisi ke 4 “Analisis, Perencanaan dan Pengendalian” jilid 2 (1984 : 220), yaitu :
“Periklanan adalah salah satu dari empat alat utama yang dipergunakan oleh perusahaan untuk mengarahkan komunikasi yang meyakinkan kepada pembeli dan publik sasaran. Periklanan terdiri dari bentuk-bentuk komunikasi non-pribadi (non-personal) yang diselenggarakan melalui media bayaran dengan sponsor yang nyata.”

Jadi jelaslah bahwa periklanan merupakan kegiatan yang dibayar karena dalam pelaksanaannya periklanan menggunakan media massa untuk menyebarluaskan pesan-pesannya.
Selain sebagai suatu kegiatan yang dibayar, periklanan juga merupakan suatu kepandaian yang dapat dipelajari. Hal ini sebagaimana yang telah dikemukakan oleh seorang ahli advertising, yaitu Willard A. Pleuthuer dalam bukunya “Secrets of Advertising experts,” yang merupakan kutipan dari pernyataan Bernice Fitz Gibbon, yaitu :
“Advertising is the craff, and a craff can be learned”
(Periklanan adalah suatu kepandaian, dan kepandaian itu dapat dipelajari)

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa bila seseorang ingin memiliki kemahiran dalam periklanan, maka seseorang tersebut dapat mempelajarinya.
Sementara itu, bagi orang yang berkecimpung dalam dunia periklanan mutlak harus memiliki kemahiran tersebut. Hal ini mengingat periklanan merupakan kegiatan yang sangat mahal, dan mengelaurkan biaya yang sangat besar. Walaupun pada dasarnya dana yang dikeluarkan merupakan “Investment,” penanaman modal, yang akan kembali berlipat ganda di waktu mendatang. Namun cepat tidaknya keuntungan itu kembali sangat ditentukan oleh berbagai faktor dalam periklanan itu sendiri. Disinilah kemahiran dalam periklanan sangat menentukan, karena penyiaran iklan yang disertai kemahiran dan ilmu pengetahuan, akan memungkinkan datangnya kembali keuntungan yang lebih cepat dan lebih banyak bila dibandingkan dengan penyiaran iklan yang asal jadi.
Konsumen tidak hanya menuntut penyajian iklan yang mudah dibaca, di dengar, atau dilihat tetapi juga mengingingkan iklan terkesan penting, istimewa, menyenangkan, menarik, dapat dipercaya, dan mudah dimengerti. Oleh sebab itu, suatu iklan betul-betul harus dirasakan sebagai pelayanan praktis bagi konsumen dan untuk mewujudkan hal ini sangat dibutuhkan kemahiran dan ilmu pengetahuan dalam bidang periklanan itu sendiri. Tetapi bukan hanya itu saja, konsumen juga menginginkan agar produk yang diiklankan itu dapat memebuhi kebutuhan dan keinginannya.
Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, seseorang yang melancarkan kegiatan periklanan harus memiliki kemahiran dan ilmu pengetahuan agar dapat menyusun pesan yang benar-benar dapat diterima semua lapisan demi terwujudnya tujuan yang hendak dicapai.
Sebagaimana dikemukakan Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A, dalam bukunya “Radio Siaran Teori dan Praktek” (1983 : 8), yang merupakan kutipan dari karya Wilbur Schramm “Communication research in the United States”, yaitu:
“Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka pandangan (frame of reference), yakni pengalaman-pengalaman dan pengertian-pengertian (cplection of experiences and meanings), yang pernah diperoleh komunikan.”

Untuk dapat menyusun suatu pesan iklan yang dapat menjangkau tingkat pengalaman dan pandangan komunikan sangat dibutuhkan kemahiran dan ilmu pengetahuan yang baik tentang itu sendiri. Jadi jelaslah bahwa seseorang yang berkecimpung dalam dunia periklanan mutlak harus memiliki kemahiran dan ilmu pengetahuan tentang periklanan.
Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A, dalam bukunya “Human Relations and Public Relations dalam Management” (1986 : 187), pada garis besarnya iklan dapat diklasifikasikan ke dalam 2 bagian, yaitu :
1.     Iklan yang bersifat persuasif komersial,
Yaitu iklan yang mempropagandakan barang atau jasa yang menimbulkan keuntungan pada pihak perusahaan atau seseorang yang memasang iklan tersebut. Pada iklan seperti ini lebih diutamakan pada peningkatan jumlah langganan sehingga dapat meningkatkan jumlah penjualan yang memberikan banyak keuntungan.
2.     Iklan yang bersifat informatif non-komersial,
Yaitu merupakan iklan pemberitahuan kepada publik mengenai sesuatu hal, umpamanya pengumuman perusahaan ditutup berhubungan dengan tutup buku. Contoh lain misalnya mengucapkan Selamat Tahun Baru, mengucapkan Hari Raya, panggilan kepada pemegang saham atau iklan keluarga. Iklan jenis ini tidak terlalu mengutamakan untuk mendapatkan keuntungan semata-mata, namun hanya untuk membantu menyebarluaskan informasi saja.

B.    Fungsi Periklanan
Periklanan merupakan sarana komunikasi yang vital dan efektif dalam rangka pemasaran. Di samping mempunyai fungsi yang sangat penting dalam usaha mensukseskan pembangunan pada umumnya, periklanan mempunyai daya manfaat yang tinggi khususnya bagi para konsumen, dunia perindustrian, perdagangan serta perekonomian umumnya.
Dikalangan para praktisi, pemakaian iklan lebih banyak didasari pada anggapan bahwa pasar selalu membutuhkan informasi tentang produk dan jasa yang disediakan. Jadi fungsi iklan adalah untuk merangsang permintaan, mengembangkan, dan membentuk perilaku konsumen.
Selanjutnya, menurut Dr. Phil. Astrid S. Susanto, dalam bukunya “Komunikasi Dalam Teori dan Praktek 1” (1974 : 207), yang merupakan kutipan dari pernyataan Robert V. Zacher dalam bukunya “Advertising techniques and management,” yaitu :
“Fungsi periklanan adalah menarik perhatian untuk iklan, menimbulkan perhatian besar terhadap isi pesan, menyatakan pokok-pokok masalah tentang sifat dan bagaimana barang atau jasa dianjurkan dapat dipakai oleh komunikan, dan merangsang keinginan pada pihak komunikan untuk memiliki atau menikmati barang atau jasa sebagaimana digambarkan (dan “dijanjikan”) oleh komunikator, juga memamerkan barang atau jasa yang diperkenalkan kepada komunikan, sesuai dengan kemampuan jasa dan kepuasan pemakaian barang atau jasa yang dapat diperoleh darinya, serta mengasosiakan penggunaan dari suatu barang atau jasa dengan seseorang (penting) ataupun lapisan masyarakat tertentu (penting)”.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi periklanan adalah sebagai berikut :
1.     Untuk menarik perhatian terhadap iklan. Pada tahap ini diharapkan konsumen tertarik perhatiannya terhadap iklan. Selanjutnya iklan dapat menimbulkan keinginan dari konsumen untuk lebih memperhatikan secara seksama tentang isi iklan yang disampaikan.
2.     Menyatakan pokok-pokok masalah tentang sifat dan bagaimana barang atau jasa yang dianjurkandapat dipakai oleh konsumen. Jadi di sini iklan juga harus menjelaskan kepada konsumen tentang pokok-pokok masalah tentang sifat dari barang atau jasa yang dianjurkan. Selanjutnya iklan juga turut menjelaskan tentang cara pemakaian dari barang atau jasa tersebut.
3.     Merangsang keinginan pada pihak konsumen untuk memenuhi atau menikmati barang atau jasa sebagaimana digambarkan (dijanjikan) oleh komunikatornya. Pada tahap ini, setelah perhatian konsumen berhasil ditarik dan kemudian dijelaskan tentang barang atau jasa yang ditawarkan, maka kemudian iklan berfungsi untuk menarik dan merangsang keinginan konsumen untuk mencoba dan membeli barang atau jasa tersebut. Jadi iklan harus mampu menimbulkan keinginan di hati konsumen untuk memenuhi atau menikmati barang atau jasa yang ditawarkan.
4.     Memamerkan barang atau jasa untuk diperkenalkan pada komunikan, sesuai dengan kemampuan barang atau jasa dan kepuasan sipemakai barang ataupun jasa yang diperoleh darinya. Di sini barang atau jasa yang ditawarkan turut dipamerkan kepada komunikan dengan harapan agar lebih dikenal. Pada kesempatan ini juga ditampilkan pendapat dari mereka yang sudah mencoba dan merasakan sendiri manfaat dari barang atau jasa tersebut.
5.     Mengasosiasikan penggunaan dari suatu barang atau jasa dengan seseorang ataupun lapisan masyarakat. Jadi di sini iklan lebih menonjolkan seseorang atau lapisan masyarakat. Bila komunikan mendengar atau membaca iklan dengan melihat atau mendengar seseorang atau lapisan masyarakat yang dikenal dan selalu menggunakan barang atau jasa yang ditawar maka konsumen langsung bisa menebak akan barang atau jasa tersebut. Sebagai contoh, bila komunikan mendengar atau melihat Dede Yusuf, komunikan langsung menebak itu adalah iklan bodrex. Jadi jelaslah di sini yang dimaksud dengan mengasosiasikan suatu barang atau jasa dengan seseorang atau lapisan masyarakat.
Fungsi iklan sebagai sarana untuk meningkatkan pembelian semakin dirasakan manfaat dan keguanaan oleh berbagai perusahaan. Melalui iklan, perusahaan tidak hanya ingin untuk meningkatkan penjualan, tetapi ingin pula menambah dan memperpanjang daur hidup suatu produk yang akan ditawarkan.

C.    Tujuan Periklanan
Pada umumnya, semua bentuk penyajian iklan mempunyai tujuan yang sama, yaitu :
1.     Untuk menarik perhatian calon pembeli;
2.     Untuk mempertahankan perhatian yang telah ada dan tertanam dalam diri pembeli;
3.     Memanfaatkan perhatian yang telah tertanam itu untuk mengarahkan perilaku pembeli.
Pada tahap pertama yang menjadi tujuan iklan adalah untuk menarik perhatian dari calon pembeli terhadap barang atau jasa yang ditawarkan. Selanjutnya perhatian yang telah ada it uterus dipertahankan, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan perilaku pembeli. Pada akhirnya tujuan iklan adalah timbulnya tindakan membeli dari konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
Menurut Dr. Phil. Astrid S. Susanto dalam bukunya “Komunikasi Dalam Teori dan Praktek 1” (1974 : 208), yang merupakan kutipan dari buku “Advertising” (1965 : 122) karya John Crawford, yang menjadi tujuan utama periklanan adalah :
“Tujuan periklanan adalah menyadarkan komunikan dan memberikan informasi kepadanya tentang suatu barang, jasa atau ide, menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa ataupun ide yang disajikan, dengan memberikan preferensi kepadanya, serta meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang apa yang “dijanjikan” dalam periklanan dan karenanya menggerakkannya untuk berusaha memiliki barang atau menggunakan jasa yang dianjurkan.”

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan periklanan adalah untuk menadarkan komunikan akan suatu barang, jasa atau ide yang selanjutnya memberikan kepada komunikan informasi sehubungan barang, jasa atau ide tersebut secara lebih rinci. Tahap berikutnya diharapkan setelah komunikan mendapatkan informasi secara jelas akan barang, jasa atau ide tersebut, akan timbul rasa suka di hati komunikan dengan memberikan perlakuan yang istimewa dan kesempatan memilih bagi komunikan.
Berikutnya periklanan berusaha meyakinkan komunikan akan janji yang diberikan dalam iklan tersebut adalah benar. Pada akhirnya, setelah komunikan yakin akan iklan tersebut, maka periklanan bertujuan untuk menggerakkan komunikan untuk segera memiliki barang atau menggunakan jasa yang ditawarkan.

D.    Periklanan Melalui Media Massa
Pada umumnya, periklanan lebih banyak didapati pada berbagai media massa. Hal ini karena media massa bersifat komersial, dan dalam komersialisasi tersebut, periklanan adalah sesuatu yang sangat menentukan dan memegang peranan yang sangat penting.
Periklanan melalui media massa saat ini terus mengalami kemajuan dalam teknik penyajiannya sesuai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju.
Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A, dalam bukunya “Radio Siaran Teori dan Praktek” (1983 : 104), pada umumnya iklan melalui media massa terdiri atas 3 jenis, yaitu :
-        Iklan yang dibacakan
-        Iklan yang diolah dengan musik dan efek suara
-        Iklan dalam bentuk yang disponsori
1.     Iklan yang dibacakan
Suara manusia, baik suara pemeran percakapan (voice) maupun suara penyiar (announcer), adalah elemen yang sangat penting.
Pada iklan jenis ini, naskah iklan dibacakan oleh seorang atau dua orang penyiar, tergantung dari isi naskahnya sendiri. Kebanyakan iklan melalui media elektronik menggunakan suara penyiar, baik sebagai suara utama, maupun menjadi penutup iklan dengan identifikasi produk. Untuk naskah yang berbentuk dialog biasanya dipilih penyiar-penyiar yang dapat memberi imajinasi seperti keadaan sesungguhnya.
Iklan yang dibacakan merupakan jenis iklan yang paling sederhana dan yang paling murah tarifnya. Hal ini karena dalam pembuatannya tidak terlalu sulit dan paling singkat waktunya.
2.     Iklan yang diolah dengan musik dan efek suara
Iklan jenis ini merupakan jenis iklan yang sangat menarik, karena mengandung segi hiburan dan gambaran suasana.
Musik yang sederhana dan mudah, baik nada maupun liriknya, akan dapat dengan mudah diingat dan bahkan ikut dinyanyikan oleh pendengar. Apalagi bila lagu tersebut dinyanyikan langsung oleh penyanyi yang terkenal. Inilah kelebihan bila iklan diolah dengan musik dari pada hanya dibacakan.
Efek suara merupakan bentuk lain dari iklan yang menarik, karena melalui efek suara dapat dihadirkan suara aneh yang dapat menarik perhatian pendengar. Dengan efek suara dapat ditimbulkan suara latar belakang yang dapat memberi kesan hidup pada suatu percakapan. Iklan obat flu dapat diberi suasana hujan sehingga dapat menggambarkan suasana yang nyata dalam imajinasi pendengar. Begitu juga suara-suara pring pecah, derit ban mobil dan hangar binger lalu lintas yang mengalami kemacetan, bisa memberi imajinasi yang berbeda.
Iklan yang diolah dengan musik dan efek suara merupakan bentuk iklan lebih mahal tarifnya, karena dalam pembuatannya tidak lagi sederhana dan memakan waktu lebih lama.
3.     Iklan dalam bentuk yang disponsori
Iklan media massa jenis ketiga adalah bentuk acara yang disponsri atau “Sponsred programme”. Pada umumnya bentuk iklan acara yang disponsori memakan waktu yang lama untuk acaranya. Biasanya seseorang atau sebuah organisasi memesan sejumlah waktu: 15 menit, 30 menit, 45 menit atau 60 menit, tergantung keinginan sipenyewa. Dalam hal ini media hanya menjual waktu, sementara pengisian acara diserahkan kepada sipemesan.
Iklan acara yang disponsori dapat berbentuk acara musik, drama atau berbentuk kuis. Selama acara dilangsungkan si pemesan dapat saja menyelipkan kata-kata yang mengandung propaganda, baik dalam bentuk ajakan, seruan, wawancara dengan pelanggan, pidato pemimpin perusahaan, ataupun yang lainnya. Yang jelas selama waktu yang disewa itu, sipemesan dapat melaksanakan semua ide dan gagasannya. Namun yang terpenting dalam melancarkan ide dan gagasannya itu ia harus menjaga norma-norma kesusilaan.
Iklan acara yang disponsori atau sponsored programme ini dapat diselenggarakan oleh seseorang, sebuah perusahaan, juga dapat dilakukan oleh dua atau tiga perusahaan secara bersama-sama. Hal ini dilakukan perusahaan-perusahaan tersebut untuk dapat menghemat biaya, tetapi dapat terus melaksanakan ide dan gagasannya dengan baik.

E.    Teknik Penyusunan Iklan Media Massa
Pada dasarnya banyak persamaan dalam membuat iklan untuk media penyiaran dengan iklan untuk media cetak. Dalam banyak hal, pembuatan iklan radio lebih menantang karena adanya keharusan untuk menciptakan sebuah visualisasi imajiner.
Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya “Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia” (1992 : 91), dalam menulis naskah iklan untuk beberapa media massa harus memiliki kemampuan visualisasi yang prima dan rasa seni, terutama teater yang cukup tinggi. Juga ia harus memperhatikan karakteristik lingkungan media tersebut, yaitu :
a.      Pribadi
Bahwa media elektronik merupakan medium yang paling dapat intim dengan pendengar. Hal ini karena suara manusia (penyiar) dalam banyak hal dapat dirasakan lebih akrab dari pada sebaris tulisan atau gambar bisu.
b.     Tidak menjadi perhatian penuh pendengarnya
Jarang sekali dan hampir tidak pernah kita temui seseorang yang secara khusus mendengarkan media elektronik. Apa lagi hanya mendengarkan satu media saja. Hal ini menjadi tantangan utama bagi pemasang iklan di media elektronik. Untuk itu haruslah diperhatikan upaya untuk dapat menarik perhatian khalayak sasaran sesaat mengalihkan perhatiannya secara penuh dan mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan.
c.      Intrusif
Secara harfiah, intrusif berarti merebut perhatian pendengar secara paksa. Strategi ini dilakukan dengan menggunakan suara-suara yang tidak asing lagi di telinga pendengar. Misalnya suara khas seorang figure masyarakat yang cukup dikenal dan popular. Namun perlu diingat bahwa umumnya pendengar kurang menyukai hal seperti ini, sehingga penerapan strategi ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Sebagaimana telah ditegaskan, isi siaran media elektronik ditangkap oleh penggemar hanya sepintas lalu saja. Untuk itu dalam penulisan naskah iklan media elektronik berlaku pula cara menyusun naskah untuk uraian atau ceramah radio dan televisi, yakni harus disusun dengan kalimat-kalimat yang singkat dan dengan kata-kata yang sederhana dan umum serta yang dapat menimbulkan kesan yang tak mudah hilang dari ingatan pendengar.
Secara umum, ada dua prinsip dasar yang harus diingat dalam menyampaikan pesan melalui media massa, yaitu :
1.     Ulangi informasi mengenai produk sesering mungkin,
2.     Hindari penyampaian informasi dalam bentuk angka-angka yang sulit dan informasi yang sulit.
Suatu iklan media massa biasanya dibuat dengan gaya percakapan. Dalam gaya ini biasanya digunakan bahasa percakapan sehari-hari yang tidak kaku dan kadang-kadang malah tidak mengindahkan kaidah bahasa baku yang baik dan benar. Kata-kata yang dipakai adalah kata-kata yang akrab dan dipergunakan sehari-hari oleh para penggemar.
Dalam pembuatan iklan, untuk menghasilkan iklan yang baik menurut Rhenald Kasali dalam bukunya “Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia” (1992 : 83), haruslah menggunakan elemen-elemen dalam sebuah rumus yang dikenal sebagai AIDCA, yaitu yang terdiri dari :
1.     Attention (perhatian)
2.     Interest (minat)
3.     Desire (kebutuhan/keinginan)
4.     Conviction (rasa percaya)
5.     Action (tindakan)
1)    Attention (perhatian)
Iklan harus menarik perhatian khalayak. Untuk itu iklan memerlukan bantuan berupa ukuran yaitu air time dan berbagai suara khusus.
Hal yang perlu dan pokok diperhatikan adalah bahwa perhatian calon pembeli harus diklaim. Hal ini karena orang pada umumnya baru akan mendengarkan suatu iklan apabila mempunyai kebutuhan mendesak atas produk-produk tertentu. Oleh karena itu, hanya iklan yang mampu  menarik perhatian saja yang akan di dengar oleh calon pembeli.
2)    Interest (minat)
Setelah perhatian calon pembeli berhasil direbut, persoalan selanjutnya adalah bagaimana calon pembeli itu berminat dan ingin tahu lebih jauh tentang produk yang ditawarkan. Untuk itu calon pembeli harus dirangsang agar mau mendengar dan mengikuti pesan-pesan yang disampaikan. Dengan demikian penggunaan kata-kata atau kalimat pembuka sebaiknya dapat merangsang orang untuk ingin tahu lebih lanjut.
3)    Desire (kebutuhan/keinginan)
Tidak ada gunanya menyenangkan calon pembeli dengan rangkaian kata-kata gembira melalui sebuah iklan, kecuali iklan tersebut berhasil menggerakkan keinginan orang tersebut untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Jadi yang paling penting di sini adalah bagaimana agar keinginan mereka untuk memiliki, memakai, atau melakukan sesuatu dapat dibangkitkan.
4)    Conviction (rasa percaya)
Sampai dengan tahap ini, iklan diharapkan telah berhasil menciptakan kebutuhan calon pembeli. Sejumlah calon pembeli mulai goyah dan emosinya mulai tersentuh. Namun demikian timbul perlawanan dalam diri calon pembeli berupa keragu-raguan akan kebenaran janji yang diberikan melalui iklan. Hal ini biasanya turut dipengaruhi pengalaman pada masa lalu serta kebiasaan iklan yang menipu. Untuk itu pada tahap ini pendengar harus benar-benar diyakinkan bahwa produk yang ditawarkan benar-benar bermutu dan harganya cukup bersaing serta dibutuhkan oleh orang-orang. Hal ini berguna untuk meyakinkan calon pembeli agar tidak goyah lagi dan menjadi mantap untuk memakai dan menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan.
5)    Action (tindakan)
Tahap terakhir merupakan tahap untuk berupaya membujuk calon pembeli agar segera melakukan suatu tindakan membeli barang atau menggunakan jasa yang ditawarkan. Untuk itu diperlukan kata-kata yang tepat agar calon pembeli bergerak atau memberi respon sesuai yang diharapkan.

F.    Periklanan Melalui Media Massa Radio
Media massa merupakan suatu alat yang umumnya dikenal sebagai media yang bersifat satu arah (one way communication). Sifat ini merupakan kelemahan dari media massa yang kurang menunjangnya sebagai suatu media massa. Namun sifat ini juga memberi keuntungan bagi media massa, yaitu pada saat yang sama, media massa dapat mencapai khalayak seluas mungkin.
Sebagai salah satu media massa, radio adalah suatu media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu. Dalam masyarakat agraris dengan jangkauan wilayah yang sangat luas, radio telah menjawab kebutuhan untuk meyakinkan komunikasi yang dapat memacu perubahan masyarakat.
Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya “Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia” (1992 : 123), sebagai media, radio memiliki beberapa kekuatan, seperti :
1.     Menjangkau jumlah khalayak sasaran yang besar pada waktu yang bersamaan,
2.     Menjangkau individu atau kelompok masyarakat yang hidup terpencil dan terpencar-pencar seperti kehidupan masyarakat agraris pada umumnya,
3.     Cepat menyampaikan pesan sehingga dapat memberikan informasi mutakhir yang berguna,
4.     Mengatasi berbagai kendala geografis, serta
5.     Mudah dimengerti, tidak memerlukan kemampuan membaca yang memang belum banyak dimiliki rakyat kebanyakan.
Dalam perkembangannya, radio sangat akrab dengan masyarakat tradisional dan kaum muda. Jadi tidak heran bila media ini berkembang dengan pesat di semua negara yang sedang membangun sebagai sub sistem dari sistem komunikasi nasional.
Pada saat ini, radio sebagai salah satu media massa masih tetap dipergunakan oleh organisasi atau perusahaan dalam memperkenalkan produknya. Hal ini karena radio dirasakan masih efektif dan menguntungkan sebagai media penyebar iklan.
Sebagai media massa masih efektif, radio sebagai alat penyebar iklan karena radio memiliki kekuatan-kekuatan yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya. Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya “:Manajemen periklanan konsep dan aplikasinya di Indonesia”(1992 : 130), yang merupakan kutipan Dair karya Chadles Warner dalam “broadcast and cable selling”, (1986 : 192), kekautan radio sebgai meida adalah sebagai berikut:
1.     Audience selectivity
Dibandingkan dengan media lainnya, setiap radio siaran memiliki pendengar yang spesifik dan setiap stasiun radio memiliki pendengar yang berbeda-beda.
Dari segi ini periklanan dapat memilih stasiun radio mana yang format progrmanya cocok atau sesuai dengan prospeknya. Pada zaman segmentasi pasar dewasa ini, radio menjadi medium yang efektif bila memiliki fokus yang jelas atas khalayak sasaran yan spesifik. Radio umumnya juga efektif untuk menjangkau orang atau kelompok orang yang sulit dijangkau media lain.
2.     Radio adalah media intrusif
Pendengar memerlukan upaya khusus untuk tidak mendengarkan iklan. Biasanya pendengar otomatis terekspos oleh iklan pada saat iklan tersebut disiarkan.
Iklan tersebut dapat hadir di tengah-tengah sairan tanpa mengakibatkan orang beralih kesiaran lain. Sifat ini menyebabkan radio memiliki ekfektivcitas untuk memutuskan atau menyela perhatian konsumen dan menciptakan minat. Ini menyeb abkan radio cocok digunakan sebagai alat pengen alan produk baru, terutama produk-produk tertentu yang tidak menjadi prioritas bagi calon pembeli.
3.     Biaya Produksi Yang Rendah
Pengiklanan tidak perlu mengharbiskan biaya yang bersar untuk membuat copu atau jingles (multi-track jingles) untuk menyampaikan pesan. Mulali dari yang sederhana, yaitu pesan yang dibuatsebagai berita yang dibacakan oleh penyiar, sampai pembuatan jingles dengan suara-suara yang khas. Banyak stasiun yang mulai memberikan pelayanan plus kepada kliennya berupa pembuatan copy atau rekaman secara cuma-cuma.
4.     Radio dapat mendukung kampanye periklanan melalui media-media lain, seperti media cetak, sebgai secondary buy (meida). Radio memiliki fungsi sebagai pengingat atas iklan yang dimuat di surat kabar, majalah atau televisi.
5.     Radio Adalah Media Yang Fleksibel
Pengiklanan dapat menyiarkan iklannya sesuai dengan jam-jam siaran yang dikehendaki. Misalnya, iklan pasta gigi disiarkan pagi hari saat orang bangun tidur sebelum ke kamar mandi.
6.     Radio Bukan Media Musiman
Di beberapa daerah di Indonesia, surat kabar dicari orang bila cuaca buruk, seprti hujan, dan orang berdiam diri di rumah. Berbeda di Jakarta, hujan terus menerus menyebabkan penjualan surat kabar dan majalah merosot drastis, sebaliknya, radio tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca dan musin. Radio tetap memiliki pendengar sepanjang musim.
7.     Radio Adalah Media Yang Murah
Umumnya tarif iklan radio ditetapkan berdasarkan rating positionya. Ini menyebabkan perbaedaan tarif yang menyolok antara top-rated stations dengan yang lainnya. Selain itu daya beli segmen atau kualitas segmen khalayak sasaran, skala pasar, dan share of audience (pembaign pendengar) juga ikut menentukan tarif.
8.     Karena biaya penyiarannya relatif relatif murah dibandingkan denga media lainya, pengiklanan dapat menyiarkan iklannya beberapa kali.
9.     Imajinatif
Radio menawarkan peluang kreatif yang unik kepada pengiklan. Karena tidak mehyajikan gambar, tapi radio bermain dalam theater of the mind. Ini berarti pendengar membuat gambaran sendiri dalam benaknya, visi dan persepsi muncul dalam imajinasi masing-masing pendengar.
10. Radio bersifat mobil
Radio dapat dibawa kemana saja, baik dalam mobil maupun ke sawah. Radio juga tidak memerlukan energi listrik yang besar.
11. Suburban Coverage
Radio umumnya memiliki jangkauan yang baik di kalangan suburban coverage (kalangan yang berada di kawasan pinggiran kota), yang umumnya tidak terjangkau surat kabar.
12. Menghanyutkan Pendengar
Melalui radio, penyiar menyajikan infleksi (perubahan nada suara), empasis (tekanan), dan emosi. Beberapatrekanan pada kata-katatertentu dengan menggunakan dialog, musik,atau  suara-suara tertentu dapat menghanyutkan pendengarsebagai prospek, dapat membuat merek tertawa, mengernyitkan dahi, mengulangi kata-kata yang bersangkutan, atau menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh.
Selain memiliki kekuatan-kekuatan tersebut di atas, radio juga memilki kelemahan-kelemahan yang harus diperhatikan oleh pengiklan. Adapun kelemahan tersebut adalah:
1.     Lack Of Pictures
Pengiklanan tidka dapat mendemonstrasikan produknya di radio, namun demikian teori persuasif mengaktan bahwa sura radio lebih efektif daripada semata-mata indera mata seperti yang dipakai pada media cetak.
2.     Radio Menyiarkan Iklan Hanya Sekelebat
Pendengaran umumya tidak memiliki waktu untuk mencatat alamat, nomor telepon,spesifikasi produk, dan lain-lalin dari sesuatu yagn diiklankan. Iklan ini tampil sekelebat dan pendengar tidak dpat meminta penyiar radio mengulangi apa yang baru saja disiarkan. Untuk itu pengulangan sangat penting dalam siaran iklan radio.
3.     Radio Bersifat Terbagi
Dalam suatu wilayayh tertentu mungkin terdapat 20 samapi 30 stasiun radio yangharus dipilih pengiklan. Sifat terbagi ini mengkakibatkan pengiklan mengalami ketumpang tindihan dalam menjangkau pasar.
4.     Local Area Service
Karena peratuaran pemerintah menetapkan demikian, maka iklan pada radio harus disebar di beberapa daerah yang terkadang tidak sama pola siarannya.
5.     pengiklan sulit memperoleh bukti bahwa stasiun radio telah meyiarkan sebanyak pesanan, ini berbeda dengan media cetak yang memungkinkan pengiklanan segera menerima nomor bukti pemuatan.
Demikianlah telah diuraikan kekuatan dan kelemahan dari media radio sebagai salah satu media massa yang mendukung kegiatan periklanan.