Kondisi Sosial Politik Zakiyah Daradjat


A.    Kondisi Sosial Politik      

Kondisi Sosial Politik Zakiyah Daradjat

Zakiyah Daradjat juga secara konsisten memberikan perhatian yang sangat intensif terhadap pendidikan agama, baik dalam keluarga maupun pada lembaga pendidikan lain, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Beliau juga menekankan perlunya memhami karakteristik perkembangan dari peserta didik maupun kait-kiat untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi sehari-hari, baik yang disebabkan oleh perkembangan individu tersebut maupun karena perkembangan-perkembangan masyarakat yang sangat cepat di era ini. Beliau juga meneekankan peren penting lembaga-lenbaga pendidikan termasuk keluarga, terutama para pendidiknya.
Menurut Zakiyah Daradjat dengan memahami dan menguasai kiat-kiat tersebut nantinya dapat memaksimalkan potensi-potensi yang ada pada mereka. Hal ini karena pendidikan agama memiliki basis psikologi sebagai alat untuk memahami orang-orang atau individu-individu penerima layanan jasa pendidikan. Prinsip-prinsip konseling yang beliau terapkan merupakan salah satu pendekatan yang sangat efektif untuk diterapkan dalam berbagai lingkungan pendidikan.[1]

Pendidikan islam ini sangat erat hubungannya dengan kesehatan mental, karena pendidikan islam adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental. Karena pentingnya agama dalam pembangunan mental, maka pendidikan agam dilakukan secara intensif ditujukan untuk memperbaiki kesehatan mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan Islam dalam hal ini tidak hanya bersifat teoritis saja, namun juga praktis. Karena dalam pendidikan islam berisi ajaran-ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perseorangan dan bersama. Pendidikan agama ini merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Sehingga dalam hal ini pendidikan agama tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga saja, tetapi juga masyarakat serta pemerintah.
Pendidikan agama ini perlu dilaksanakan sebaik-baiknya karena hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan generasi muda yang akan datang. Oleh karena itu upaya untuk menyelamatkan dan pembangunan ini memerlukan perhatian, terutama keluarga, sekolah (lembaga pendidikan), pimpinan-pimpinan dan orang berwenang dalam masyarakat, khususnya pemerintah. Pelaksanaan pendidikan ini juga tidak boleh berbeda antara penddikan yang diterima di dalam rumah dan di sekolah, karena apabila hal ini terjadi maka akan menghambat pembangunan kesehatan mental yang sehat, akan membawa kepada kegoncangan iman dan keragu-raguan pada agama. Pelaksanan pendidikan ini dapat tercermin dan terjadi dalam pengalaman, perlakuan dan percontohan dalam hidup mental agama harus terjadi dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.                                   
Melihat kemampuan yang dimiliki Zakiyah yang demikian itu, maka pada tahun,1967, Zakiyah dipercaya oleh Saifuddin Zuhri selaku Menteri Agama Republik Indonesia untuk menduduki jabatan sebagai kepala dinas penelitian dan kurikulum perguruan tinggi di Biro Pergururan Tinggi dan Pesantren Luhur Departemen Agama. Tugas ini berlangsung hingga jabatan Menteri Agama dipegang oleh A.Mukti Ali pada masa kepemimpinan Mukti Ali inilah Zakiyah Daradjat dipromosikan untuk menduduki sebagai Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam (Dinpartais) Departemen Agama. Dengan demikian, ia telah menjadi seorang ilmuwan dan sekaligus biokrat pendidikan.[2]    

Jabatan sebagai Dinpartais ini telah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Zakiyah Daradjat melalui pengembangan dan pembaharuan dalam bidang pendidikan. “Hal demikian sejalan pula dengan kebijakan pemerintah orde baru yang berusaha melakukan pembaharuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan”.[3] Adalah satu gagasan pembaharuan yang monumental yang hingga kini masih terasa pengaruhnya adalah keluarnya surat keputusan bersama tiga Menteri, yaitu Menteri Agama Republik Indonesia, Menteri pendidikan dan kebudayaan (pada waktu itu), serta Menteri Dalam Negeri. Lahirnya SKB tiga Menteri ini tidak bisa dilepaskan dari peran yang dilakukan oleh Zakiyah Daradjat.
Dengan SKB tiga mentri ini terjadi perubahan dalam bidang pendidikan madrasah. “Diantara perubahan tersebut bahwa kedalam madrasah diberikan pengetahuan umum sebanyak 70 persen dan pengetahuan agama sebanyak 30 persen”.[4] Dengan demikian kurikulum mengalami perubahan yang amat signifikan, dan dengan demikian lulusannya dapat diterima di perguruan tinggi umum sebagaimana telah disebutkan diatas. Lulusan madrasah Aliyah produk SKB3 Menteri ini terjadi pada tahun 1978, dan diantaranya ada yang diterima Kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB).      



               [1] Cionksangpemimpin, Biografi Zakiah Darajat, diakses Tanggal 24 Oktober 2017 dari http://cionksangpemimpin.blogspot.co.id.
               [2] Abuddin Nata , Tokoh-tokoh...., hal. 236.
               [3] Ibid., hal. 236.
               [4] Ibid., hal. 237.

0 Comments