A. Manfaat Evaluasi Pendidikan
Manfaat evaluasi adalah membantu anak
didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar,
serta memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat
sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang
pendidik dalam mempertimbangkan adeqvate (baik tidaknya) metode
mengajar, serta membantu mempertimbangkan administrasinya.[1]
Menurut A. Tabrani Rusyan dkk.,
mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu: Pertama, untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif
yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku, Kedua, sebagai umpan
balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat
dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak
mungkin dihindari, Ketiga, bagi pendidik, evaluasi berguna untuk
mengatur keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk
mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat
untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan, Keempat,
untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid, Kelima, untuk
menentukan angka kemajuan atau hasil belajar, Keenam, untuk menempatkan
murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat, dan Ketujuh, untuk
mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.[2]
Sistem evaluasi yang dikembangkan dalam
oleh Allah SWT dan Rasul-Nya berimplikasikan paedagogis sebagai berikut:[3]
Pertama, untuk menguji
daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema
kehidupan yang dihadapi. Seperti tercantum dalam Qs. al-Baqarah: 155 sebagai
berikut:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ) البقرة: ١٥٥(
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Qs.
Al-Baqarah:155)
Kedua, untuk mengetahui sejauhmana hasil
pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya.
Seperti tercantum dalam Qs. An-Naml: 40 sebagai berikut:
قَالَ
الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ
إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرّاً عِندَهُ قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ
رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ) النمل: ٤٠(
Artinya: Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari
AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni'mat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".(Qs. An-Naml:40)
Juga seperti pengevaluasian Nabi
Sulaiman terhadap burung hud-hud, seperti tercantum dalam QS. Al-Naml: 27 sebagai
berikut:
قَالَ
سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ) النمل: ٢٧(
Artinya: Berkata
Sulaiman: “Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang
yang berdusta.( Qs.
An-Naml:27)
Ketiga, untuk menentukan
klasifikasi atau tingkat hidup keIslaman atau keimanan seseorang, seperti
pengevaluasian Allah SWT terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putera
yang dicintainya. Seperti
tercantum dalam Qs. as-Shaffat: 103-107 sebagai berikut:
فَلَمَّا
أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ, وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ, قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ, إِنَّ
هَذَا لَهُوَ الْبَلَاء الْمُبِينُ, وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ) الصافات: ٣ ١٠ -١٠٧ (
Artinya: Tatkala
keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai
Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya
Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.(Qs. as-Shaffat: 103-107)
Keempat, untuk mengukur
daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya,
seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan
Allah SWT kepadanya di hadapan para malaikat, seperti tercantum dalam Qs. al-Baqarah
: 31 sebagai berikut:
وَعَلَّمَ
آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ
أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ) البقرة: ٣١(
Artinya: Dan
Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! (Qs. Al-Baqarah:
31)
Kelima, memberikan semacam
tabsyîr (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan
semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk, seperti
tercantum dalam Qs. al-Zalzalah: 7-8 sebagai berikut:
فَمَن
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ, وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ) الزلزلة: ٧-٨(
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.Dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula.( Qs. al-Zalzalah: 7-8).
Allah
menganugerahi hasil yang baik yakni hasil evaluasi yang diberikan adalah
berdasarkan hasil kerja mereka. Bila pekerjaannya baik maka dia akan memperoleh
hasil yang membahagiakan yaitu surga. Namun bila hasil evaluasinya buruk karena
pekerjaannya jelek maka dia akan memperoleh hasil yang mengecewakan berupa
siksa neraka. Al-hisab adalah prinsip evaluasi yang berlaku umum, mencakup
tekhnik dan prosedur evaluasi Allah terhadap makhluknya. Al-hisab sering
diikuti dengan lafaz sari’ (cepat). Di akhirat kelak perhitungan hasil evaluasi
manusia dilakukan sangat cepat.
[2] A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan Proses Belajar
Mengajar, (Jakarta: Gramedia, 1989), hal. 48.
0 Comments
Post a Comment