meningkatkan kedisiplinan guru melalui pemeberian reward dan punishment
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha meningkatkan mutu pendidikan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan
ketrampilan. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka
diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan
gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar
mengajar di RA. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik,
mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan
kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran. Untuk meningkatkan
peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru
diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu
mengelola kelas.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sementara
pegawai dunia pendidikan merupakan bagian dari tenaga kependidikan, yaitu
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Dalam informasi tentang wawasan Wiyatamandala,
kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan
mematuhi semua.
ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku
dalam menunaikan tugas dan tangung jawab. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan, kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam
mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai
bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimana
pun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak
didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga
kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang
jauh lebih baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada
beberapa faktor diantaranya adalah faktor guru. Guru sangat memegang peranan
penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Guru yang mempunyai kompetensi
yang baik tentunya akan sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
Peranan guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga berperan sebagai
seorang pendidik.
Pendidik adalah seiap orang yang dengan
sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih
tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989:44). Sehinggga sebagai pendidik, seorang guru
harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk
mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar “panggilan”
yang teramat suci. Sebagai komponen sentral dalam sistem pendidikan, pendidik
mempunyai peran utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak
kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional
kita adalah “manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin, bermoral dan
bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari
seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Keteladanan guru dapat dilihat
dari prilaku guru sehari-hari baik didalam RA maupun diluar RA. Selain
keteladanan guru, kedisiplinan guru juga menjadi salah satu hal penting yang
harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pengajar dan pendidik. Fakta
dilapangan yang sering kita jumpai diRA adalah kurang disiplinnya guru,
terutama masalah disiplin guru masuk kedalam kelas pada saat kegiatan
pembelajaran dikelas.
Berdasarkan
latar belakang pembahasan diatas, maka penulis mengambil judul karya ilmiah “Upaya
Meningkatkan Kedisiplinan Guru RA Ar Rayyan Melalui Pemeberian Reward dan
Punishment”
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai
dengan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan kedisiplinan guru RA Ar Rayyan
melalui pemeberian reward dan punishment”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan guru RA Ar
Rayyan melalui pemeberian reward dan punishment.
1.4 Manfaat penelitian
Ada
beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagi kepala RA
Merupakan
wujud nyata kepala RA dalam memecahkan berbagai masalah diRA melalui kegiatan
penelitian.
2. Bagi guru
diharapkan dapat menjadi motivasi guru dalam
meningkatkan kedisiplinan dalam kehadiran.
3. Bagi RA
Bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan
budaya RA yang dapat mendorong keberhasilan dan peningkatan mutu pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Dasar
Dalam
upaya penerapan kedisiplinan guru pada kehadiran dikelas dalam kegiatan belajar
mengajar, bisa ditempuh dengan beberapa upaya. Adapun upaya dalam meningkatkan
disiplin guru adalah sebagai berikut: (a) RA memiliki sistem pengendalian
ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam
sikap dan prilaku dimulai dari pimpinan RA, (c) mewajibkan guru untuk mengisi
agenda kelas dan mengisi buku absen yang diedarkan oleh petugas piket, (d) pada
awal masuk RA kepala RA bersama guru membuat kesepakatan tentang aturan
kedisiplinan, (e) memperkecil kesempatan guru untuk ijin meninggalkan kelas,
dan (f) setiap rapat pembinaan diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan
strategi tersebut diatas kultur disiplin guru dalam kegiatan pembelajaran bisa
terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali
sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.
RA
yang menegakkan disiplin akan menjadi RA yang berkualitas, baik dari segi
apapun juga, benarkah itu? Ini adalah bahasan sekilas dari satu sisi namun
justru sangat primer (proses belajar-mengajar saja), tapi ini banyak terjadi di
beberapa RA. Konon bagaimanapun atau apapun model dan kualitas inputnya semua
akan menjadi berkualitas, semua bisa dilakukan lewat disiplin. Mungkin ada
benarnya. Setidaknya membuat lingkungan RA berdisiplin, terutama disiplin dalam
belajar dan proses mengajar. Setidaknya pengkondisian dalam soal disiplin akan
membuat image tersendiri di lingkungan sekitar tentang kondisi RA. Disiplin di sini
diartikan ketaatan pada peraturan. Dari sini semuanya bermula sebelum disiplin
diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar realistik
menuju suatu titik, yaitu kualitas tadi. Lalu mengapa banyak RA yang mutunya
rendah baik ditinjau dari nilai-nilai siswa, kinerja personal RA. Jawabanya
mungkin disebabkan masih belum jelasnya peraturan sehingga tidak mudah
diaplikasikan, atau buruknya pengawalan penerapan peraturan itu. Dalam hal ini
kekurangkonsistenan semua pihak. Bahkan kadang gurupun tidak tahu apa yang
harus dilakukan dalam kelas, sehingga ia hanya mengajar apa adanya terkesan
menghabiskan waktu mengajar saja.
Banyak
hal yang harus ditangani dalam ranah pendidikan di RA, tapi jika itu terlalu
berat mungkin bisa saja sedikit dikurangi hanya untuk hal belajar dan mengajar
saja. Selama ini yang terjadi di beberapa RA adalah seringnya kelas kosong saat
jam belajar. Ini dikarenakan guru tidak masuk kelas dan tanpa ada tugas yang
harus dikerjakan siswa. Ketidak masukan guru itu bisa saja karena kepentingan
dinas atau yang lain. Ketidak tepatan dalam hal guru masuk kelas sehingga jeda
waktu pergantian jam bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan tindakan
indisipliner.
Komitmen
guru dalam hal ini kadang sering menjadi penyebabnya. Dalam manajemen RA,
biasanya pengawasan banyak yang tidak bisa berjalan dengan baik, lebih-lebih
jika komitmen guru dan siswa rendah maka RA-pun akhirnya sulit majunya.
Penerapan disiplin dapat ditegakan melalui pemberian reward and punishment.
Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang
untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya.
Kedua metode ini sudah cukup lama
dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja, dalam dunia penidikan
pun kedua ini kerap kali digunakan. Namun selalu terjadi perbedaan pandangan,
mana yang lebih diprioritaskan antara reward dengan punishment?
Reward artinya ganjaran, hadiah,
penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu
alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan
perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya
akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang.
Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi
usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat
dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika
reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai
bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan
bijak bisa menjadi alat motivasi.
Tujuan dari metode ini adalah
menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat
sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies,
yaitu untuk memperbaiki dan
mendidik ke arah
yang lebih baik.
Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang,
termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Keduanya
merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang
telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran
untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan,
tetapi pada hakekatnya
sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam
memotivasi para pegawai dalam bekerja.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
yaitu penelitian Muhammad Zuhri (2010) dari jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul, “Upaya
Meningkatkan Disiplin Guru Dalam Kehadiran Mengajar Dikelas Melalui Penerapan
Reward And Punishment di SMP Negeri 3 Mandalawangi Kabupaten Pandeglang”.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan Reward dan Punishment efektif untuk
meningkatkan disiplin kehadiran guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar.
Data yang diperoleh menunjukan bahwa setelah diadakan penerapan tindakan berupa
Reward dan Punishment, guru yang terlambat lebih dari 15 menit adalah 0, dan
guru yang terlambat kurang dari 10 menit sebanyak 18 orang guru. Penerapan Reward
dan Punishment dapat meningkat disiplin guru hadir didalam kelas pada kegiatan
belajar mengajar di SMP Negeri 3 Mandalawangi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan
Penelitian
Proses pelaksanaan tindakan
kelas bersifat kolaboratif partisipan
dengan guru yang bersangkutan. Tahap penelitian tindakan dimulai dengan
mengadakan studi awal atau observasi awal dan pencarian fakta. Setelah fakta
teridentifikasi, dilakukan penyusunan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
3.2 Sampel
“Sampel adalah sebagian jumlah dari populasi”
(Sugiyono, 2013: 124). Sedangkan sampel dari penelitian tindakan kelas ini
adalah seluruh guru RA Ar Rayyan Juli Cot Meurak Tahun Pelajaran 2018/2019.
Karena jumlah populasi yang sedikit, maka teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik total sampling. “Teknik total sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai
responden atau sampel (Sugiyono, 2013). Maka, jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah 6 guru.
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data, penelitian ini
menggunakan instrumen yang berupa lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
Lembar observasi kegiatan digunakan peneliti untuk mendiskripsikan peningkatan kedisiplinan
guru RA Ar Rayyan melalui pemberian reward dan punishment.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
lembar observasi berupa instrumen untuk mencatat peningkatan kedisiplinan guru
RA Ar Rayyan melalui pemberian reward dan punishment. Adapun
pedoman observasi dengan kisi-kisi instrumen.
3.4 Teknik pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap dan
perilaku anak. Observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan di
lapangan, artinya peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan proses
kegiatan pembelajaran yang terjadi baik sebelum ada tindakan, pada saat proses
tindakan, maupun setelah proses kegiatan pembelajaran. Agar observasi lebih
terarah, maka diperlukan pedoman observasi yang dikembangkan oleh guru dengan
mengacu pada indikator yang telah ditetepkan.
2. Dokumentasi Menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 206) dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, dan sebagainya. Dokumentasi yang dipakai dalam penelitian ini
berupa foto-foto kegiatan guru serta RKH yang digunakan pada hari
dilaksanakannya penelitian
3.5 Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
berupa lembar observasi dalam proses pembelajaran. Data yang telah terkumpul
akan dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan
persentase.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Hali ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus
sudah penulis anggap cukup untuk peningkatan disiplin guru dalam kehadiran
dikelas pada kegiatan belajar mengajar.
A. Siklus 1
Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu :
(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4)
Refleksi.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal yang
dilakukan oleh penulis saat akan memulai tindakan. Agar perencanaan mudah
dipahami dan dilaksanakan oleh penulis yang akan melakukan tindakan, maka
penulis membuat rencana tindakan sebagai berikut :
(a) Merumusan masalah yang akan dicari
solusinya. Dalam penelitian ini masalah yang akan dicari solusinya adalah masih
banyaknya guru yang kurang disiplin dalam kehadiran dikelas, melalaikan tugas
dan tidak membuat perangkat pembelajaran pada proses belajar mengajar.
(b) Merumusan tujuan penyelesaian
masalah/tujuan menghadapi tantangan/tujuan melakukan inovasi/tindakan. Dalam
penelitian ini peneliti mengambil rencana untuk melakukan tindakan memberikan Reward
dan Punishment kepada guru- guru untuk meningkatkan kedisiplinan guru
dalam kehadiran dikelas dan membuat perangkat pembelajaran pada proses belajar
mengajar.
(c) Merumusan indikator keberhasilan
penerapan Reward dan Punishment dalam meningkatkan disiplin guru
dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar. Indikator keberhasilan
penerapan tindakan ini penulis tetapkan sebesar 75%, artinya tindakan ini
dinyatakan berhasil bila 75% guru tidak terlambat masuk kelas dalam proses
pembelajaran.
(d) Merumusan langkah-langkah kegiatan
penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tindakan.
Langkah-langkah yang diambil penulis
dalam melakukan tindakan antara lain
adalah melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang akan dilaksanakan,
serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang dilakukan oleh penulis. Kepada
para guru disampaikan mengenai penerapan Reward dan Punishment yang
akan diterapkan dalam penelitian ini. Pada siklus pertama ini, akan
dipampang/ditempel diruang guru, maupun diruang TU, peringkat nama-nama guru
yang paling rendah tingkat keterlambatan masuk kelasnya sampai yang paling
tinggi tingkat keterlambatannya.
(e) Mengidentifikasi warga RA dan atau
pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah/menghadapi
tantangan/melakukan tindakan. Penulis melakukan identifikasi siapa saja yang
dilibatkan dalam penelitian ini. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam penelitian
ini adalah : guru, guru piket, TU.
(f) Mengidentifikasi metode
pengumpulan data yang akan digunakan. Metode pengumpulan data yang diambil oleh
penulis merupakan data kualitatif melalui observasi, pengamatan serta wawancara
kepada siswa mengenai kehadiran guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar.
(g) Penyusunan instrumen pengamatan
dan evaluasi. Dalam pengambilan data, penulis menggunakan instrument berupa
lembar observasi/ pengamatan, skala penilaian serta angket yang disebarkan
kepada siswa, untuk mengetahui penilaian dari siswa mengenai tingkat kehadiran
guru dikelas dalam proses kegiatan belajar mengajar.
(h) Mengidenifikasi fasilitas yang
diperlukan. Fasilitas atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: kertas (lembar pengamatan), alat tulis berupa balpoin, serta jam
dinding yang ada disetiap kelas, serta rekap jumlah kehadiran dari setiap guru.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan, antara lain :
(a) Menyebarkan lembar pengamatan
sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di RA Ar Rayyan sebanyak 2
rombongan belajar. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang
mengajar dikelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam
keluar kelas. Lembar pengamatan dapat dilihat pada lampiran.
(b) Berkoordinasi dengan petugas piket
yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu dari guru yang tidak
mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang dari tata usaha. Petugas
piket akan mengedarkan daftar hadir guru dikelas yang telah dibuat agar dapat
melihat tingkat kehadiran guru disetiap kelas dan disetiap pergantian jam
pelajaran. Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan
diberi tanda silang. Daftar hadir guru dapat dilihat dalam lampiran.
(c) Setelah selesai jam pelajaran,
dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa
maupun dari penulis.
(d) Kegiatan tersebut dilakukan terus
setiap hari kepada setiap guru selama satu minggu (satu siklus).
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh
peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu minggu (satu siklus),
untuk semua guru yang berjumlah 6 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu
atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi :
(a) Kehadiran guru dikelas
(b) Tingkat keterlambatan guru masuk
kelas
(c) Waktu meninggalkan kelas setelah
selesai pelajaran
(d) Kelengkapan administrasi
pembelajaran
Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil
lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran
guru dikelas.
Dari hasil pengamatan serta rekap dari
tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar mengajar dapat dilihat pada
tabel berikut:
REKAPITULASI TINGKAT KETERLAMBATAN GURU PADA KEHADIRAN DIKELAS
SIKLUS I
Waktu
Keterlambatan/Jumlah/Prosentase
|
||
Kurang dari 10 Menit
|
10 Menit s.d. 15 Menit
|
Lebih dari 15 Menit
|
2
|
1
|
3
|
33,33%
|
16,66%
|
50%
|
Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan
guru dikelas pada proses pembelajaran diperoleh data, sebanyak 2 orang guru
terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 1 orang guru terlambat masuk kelas
10 menit sampai dengan 15 menit, dan 3 orang guru terlambat masuk kelas lebih
dari 15 menit.
Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat keterlambatan guru masuk kelas lebih dari 15 menit pada proses
kegiatan belajar mengajar masih tinggi yaitu 3 orang atau 50 %. Berdasarkan
indicator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%,
atau bila 75% guru tidak terlambat lebih dari 10 menit. Pada siklus pertama ini
guru yang tidak terlambat lebih dari 10 menit baru 33,33%, jadi peneliti
berkesimpulan harus diadakan penelitian atau tindakan lagi pada siklus
berikutnya atau siklus kedua.
4. Refleksi
Setelah selesai satu siklus maka diadakan
refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada
siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan
tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Dari hasil refleksi dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward dan Punishment yang lebih tegas lagi
daripada siklus pertama.
B. Siklus 2
Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti
siklus 1 yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi,
dan (4) Refleksi.
1. Perencanaan
Dari hasil refleksi pada siklus pertama,
peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan Reward dan Punishment yang lebih
tegas dibandingkan dengan siklus pertama. Peneliti merencanakan untuk
mengumumkan hasil observasi mengenai tingkat keterlambatan guru masuk kelas dan
tidak membuat perangkat pembelajaran dalam proses belajar mengajar, pada
kegiatan upacara bendera hari Senin. Hal ini terlebih dahulu disosialisasikan
kepada semua guru pada saat refleksi siklus pertama.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tindakan RA pada
siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain :
(a) Menyebarkan lembar pengamatan
kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris kelas sebanyak 2 set, sesuai dengan
banyaknya jumlah rombongan belajar di RA sebanyak 2 rombongan belajar. Dalam
lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar dikelas itu
setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. Lembar
pengamatan dapat dilihat pada lampiran.
(b) Berkoordinasi dengan petugas piket
yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu dari guru yang tidak
mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang dari tata usaha. Petugas
piket akan mengedarkan daftar hadir guru dikelas yang telah dibuat agar dapat
melihat tingkat kehadiran guru disetiap kelas dan disetiap pergantian jam
pelajaran. Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan
diberi tanda silang. Daftar hadir guru dapat dilihat dalam lampiran.
(c) Setelah selesai jam pelajaran,
dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa
maupun dari penulis.
Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari
kepada setiap guru selama satu minggu (satu siklus) pada siklus kedua
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh
peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu minggu (satu siklus),
untuk semua guru yang berjumlah 6 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau
berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi :
(d) Kehadiran guru dikelas
(e) Tingkat keterlambatan guru masuk
kelas
(f) Waktu meninggalkan kelas setelah
selesai pelajaran
(g) Kelengkapan administrasi
pembelajaran
Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil
lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran
guru dikelas.
Dari hasil pengamatan serta rekap dari
tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar mengajar pada siklus kedua
dapat dilihat pada tabel berikut :
REKAPITULASI TINGKAT KETERLAMBATAN GURU PADA
KEHADIRAN DIKELAS
SIKLUS II
Waktu
Keterlambatan/Jumlah/Prosentase
|
||
Kurang dari 10 Menit
|
10 Menit s.d. 15 Menit
|
Lebih dari 15 Menit
|
5
|
1
|
0
|
83,33%
|
16,66%
|
0,00%
|
Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan
guru dikelas pada proses pembelajaran diperoleh data, sebanyak 4 orang guru
terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 2 orang guru terlambat masuk kelas
10 menit sampai dengan 15 menit, dan tidak ada satu orangpun guru yang
terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit.
Dari hasil observasi pada siklus pertama dan siklus kedua
dapat dilihat ada penurunan tingkat keterlambatan guru dikelas pada kegiatan
belajar mengajar, atau terdapat peningkatan kehadiran guru dikelas.
4. Refleksi
Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua
maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan
tindakan pada siklus kedua tersebut.
Dari hasil observasi dan data yang diperoleh,
peneliti mengambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus
kedua dinyatakan berhasil, karena terdapat 83,33% guru yang terlambat kurang
dari 10 menit, atau melebihi target yang telah ditentukan sebesar 75%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
analisis data, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
Reward dan Punishment efektif untuk meningkatkan disiplin kehadiran guru
dikelas pada kegiatan belajar mengajar.
Data yang
diperoleh menunjukan bahwa setelah diadakan penerapan tindakan berupa Reward
dan Punishment, guru yang terlambat lebih dari 15 menit adalah 0, dan guru yang
terlambat kurang dari 10 menit sebanyak 5 orang guru.
Penerapan Reward dan Punishment dapat meningkat disiplin guru hadir didalam kelas
pada kegiatan belajar mengajar di RA Ar Rayyan.
5.2 Saran
Karena adanya
pengaruh positif Penerapan Reward dan
Punishment terhadap disiplin guru
hadir didalam kelas pada kegiatan belajar mengajar, maka melalui kesempatan ini
penulis mengajukan beberapa saran :
1.
Semua Kepada Kepala RA disarakan melakukan
Penerapan Reward dan Punishment untuk meningkatkan disiplin guru hadir didalam
kelas pada kegiatan belajar mengajar di RA.
2.
Kepada semua guru dalam melaksanakan tugas
untuk dapat meningkatkan disiplin dalam kehadiran dikelas sebagai bentuk
pelayanan minimal kepada peserta didik di RA.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat, (2010) Manfaat
Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah. (Online). Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-
prinsip-dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/ [06 Oktober 2010]
Amstrong. Michael, (1991). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Anwar Prabu Mangkunegara. (1994). Psikologi
Perusahaan. Bandung: PT. Trigenda Karya
(2000). Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2002). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta
Aunurrahman. (2009). Belajar
dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta
Bambang Nugroho. (2006). Reward
dan Punishment. Bulletin CiptaKarya Departemen Pekerjaan Umum Edisi No.
6/IV/Juni 2006
Departemen Pendidikan Nasional.
(2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta:Depdiknas
Hidayat, Sucherli. (1986). Peningkatan
Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri Sipil: Kasus Indonesia,
Jakarta:Prisma
Megawangi, Ratna. (2007). Membangun
SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter.
Jakarta:Indonesian Heritage Foundation
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum
dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Subagio. (2010) Kompetensi Guru
dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran (Online). Tersedia : http://subagio-subagio.blogspot.com/2010/03/kompetensi-guru-dalam-
meningkatkan-mutu.html
Syamsul Hadi, (2009). Kepemimpinan
Pembelajaran, Makalah Disampaikan pada Sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala
Sekolah Dalam Inovasi Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional,
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Direktorat Tenaga Kependidikan