A.
Pendidikan dengan Memberikan Perhatian
Yang dimaksud
pendidikan dengan perhatian adalah “senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan
mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan
kesiapan mental dan sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi
pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya”.[1] Sudah
barang tentu, bahwa pendidikan semacam ini merupakan modal dasar yang dianggap
paling kokoh dalam pembentukan manusia seutuhnya yang sempurna, yang menunaikan
hak setiap orang yang memilikinya dalam kehidupan dan termotivasi untuk
menunaikan tanggung jawab dan kewajiban secara sempurna. Melalui upaya tersebut
akan tercipta muslim hakiki, sebagai batu pertama untuk membangun fondasi Islam
yang kokoh. Dengan mengendalikan dirinya, akan berdiri Daulah Islamiyah yang
kuat dan kokoh.
Dengan kultur,
posisi dan eksistensinya, maka bangsa lain akan tunduk kepadanya. Islam, dengan
keuniversalitas prinsipnya dan peraturannya yang memerintah para bapak, ibu,
dan pendidik, untuk memperhatikan, dan senantiasa mengikuti serta mengawasi
anak-anaknya dalam setiap segi kehidupan dan pendidikan yang universal. Di
bawah ini nash tentang keharusan memperhatikan melakukan pengawasan
sebagaimana firman Allah Swt dalam surat At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ) التحريم:
٦(
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. At-Tahrim: 6)
Bagaimana
pendidik memelihara keluarga dan anak-anak dari api neraka jika ia tidak
memerintah dan melarang mereka, tidak memperhatikan dan mengontrol mereka? Ali
r.a. menafsirkan qu anfusakum, dengan “Didiklah dan ajarilah mereka.
“Umar r.a. menafsirkan: “melarang mereka dari apa yang dilarang Allah, dan
memerintahkan kepada mereka dari apa yang diperintahkan oleh Allah. Dengan
demikian tercipta pemeliharaan mereka dari api neraka.” Allah berfirman dalam
surat Thaha ayat 132 sebagai berikut:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ
بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ نَرْزُقُكَ
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى)
طه: ١٣٢(
Artinya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Qs.
Thaha: 132).
Demikianlah
metode Islam dalam pendidikan dengan pengawasan. Metode tersebut, seperti yang
kita lihat, adalah metode yang lur-us. jlka diterapkan, maka anak kita akan
menjadi penyejuk hati, menjadi anggota masyarakat yang saleh, bermanfaat bagi
umat Islam. Karenanya, hendaklah kita senantiasa memperhatikan dan mengawasi
anak-anak dengan sepenuh hati, pikiran, dan perhatian. Perhatian segi keimanan,
rohani, akhlak, ilmu pengetahuan, pergaulan dengan orang lain, sikap emosi, dan
segala sesuatunya. Dengan begitu anak kita akan menjadi seorang mukmin yang bertakwa,
disegani, dihormati, dan terpuji. Semua tidak mustahil jika la diberi
pendidikan yang baik, dan kita berikan sepenuhnya hak serta tanggung jawab kita
kepadanya.[2]
0 Comments
Post a Comment