Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Penerapan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Karakter Pada Anak di Raudhatul Athfal


A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain  itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.
Tingkat usia kanak-kanak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik bagi pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa depan mereka. Penanaman nila-nilai agama sebaikya dilaksanakan kepada anak pada usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Agar semenjak kecil sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah Swt.
Anak didik pada usia Taman Kanak-kanak masih sangat terbatas kemampuannya. Pada umur ini kepribadiannya mulai terbentuk dan ia sangat peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya. Pendidikan agama diperlukan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik misalnya membaca do’a tiap kali memulai pekerjaan seperti do’a mau makan dan minum, doa naik kendaraan, doa mau pulang, dan lain-lain yang biasa di terapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Disamping itu memperkenalkan Tuhan yang Maha Esa secara sederhana, sesuai dengan kemampuannya[1].
Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak tentu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat sebagai berikut : “Anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar agama mempunyai arti bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkrit dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatic saja”.[2]
Nilai-nilai karakter diyakini sebagai akar yang kokoh dalam menopang keutuhan berbagsa dan bernegara. Keruntuhan suatu negara ditenggarai dengan melemahnya nilai-nilai karakter dalam kehidupan masyarakatnya. Menyadari hal tersebut Kementerian Pendidikan Nasional menerapkan pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan, termasuk di lembaga-lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan karakter di lembaga PAUD menekankan pada pembiasaan kehidupan sehari-hari yang bernuansa karakter. Dengan kata lain penanaman karakter pada anak usia dini tidak dalam bentuk pembelajaran tersendiri, tetapi luluh dalam aktivitas harian anak.
Pendidikan karakter harus dilaksanakan sejak usia dini, karena usia dini merupakan periode perkembangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada masa ini, seluruh instrumen besar manusia terbentuk, bukan kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan psikis. Para ahli menamakan periode ini sebagai usia emas perkembangan. Pendidikan anak usia dini sangat penting karena akan menentukan kualitas SDM di masa depan. Hal ini disebabkan karena masa pembentukan otak manusia terjadi paling cepat pada usia saat anak berada pada usia dini. Oleh karena itu, pemerintah sudah semestinya memperhatikan masalah pendidikan karakter anak bangsa.
Berdasarkan pengamatan penulis, bahwa penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter pada anak di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen belum berjalan maksimal hal ini dikarenakan kurangnya dukungan orangtua dalam menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan anak. Permasalahan yang sering dialami oleh seorang guru dalam menanamkan pendidikan karakter di sekolah, seperti ketidakjujuran siswa (berbohong,  berkata tidak sesuai dengan yang sesungguhnya, tidak berani mengakui kesalahan yang diperbuatnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Penerapan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Karakter Pada Anak di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.”
B.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.     Bagaimana penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen?
2.     Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen?
3.     apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen?
C.    Penjelasan Istilah
Istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.     Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan”[3]. Menurut penulis penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
2.     Kurikulum
Istilah ”kurikulum” berasal dari bahasa latin, yakni ”curiculum” awalnya mempunyai pengertian ”a running course” dan dalam bahasa perancis yakni ”courier” berarti ”to run = berlari”. Istilah ini kemudian digunakan untuk sejumlah mata pelajaran ”(course)” yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar penghargaan, dalam dunia pendidikan yang dikenal dengan ijazah.[4] Pengertian kurikulum menurut pandangan tradisional sebagaimana dukutip oleh Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi adalah :”kurikulum tidak lebih dari sekedar rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran itu harus ditempuh siswa di suatu sekolah itulah yang dinamakan kurikulum.[5] Definisi kurikulum yang ditetepkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I ayat 19 yaitu: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3.     Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya ”Memelihara, memberi latihan, dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.”[6] Oemar Muhammad Al-Syaibani dalam buku ”Filsafat Pendidikan” mengemukakan bahwa ”Pendidikan adalah usaha-usaha untuk membina pribadi muslim yang terdapat pada pengembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial.”[7]
Abudin Nata menjelaskan, bahwa dalam bahasa Arab, kata ‘pendidikan’ terambil dari beberapa kata, yaitu tarbiyah, ta’dib, ta’lim, tadris, tadzkiyah, dan tadzkirah. Kata-kata tersebut menghimpun makna kegiatan membina, memelihara, mengajarkan, menyucikan jiwa, dan mengingatkan seseorang terhadap hal-hal yang baik”[8]. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara[9].

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka sesungguhnya pendidikan itu adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja dalam rangka menumbuhkan potensi-potensi peserta didik, sebagai bekal hidupnya. Proses tersebut bisa berupa transfer ilmu pengetahuan, menumbuh-kembangkan keterampilan, dan pemberian teladan sikap, agar peserta didik nantinya siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama. Kesiapan itu membutuhkan suatu bekal keperibadian yang cukup yang disebut dengan karakter.
4.      Anak Usia Dini
Anak menurut kamus besar bahasa Indonesia, diartikan dengan: “Keturunan kedua, manusia yang masih kecil.”[10] Batasan umur anak kanak-kanak   (0-6 tahun). Ahmad Tanthowi dalam buku ”Psikologi Pendidikan”  mengemukakan bahwa:Usia Dini” adalah usia anak pada masa  mengembangkan alat – alat dirinya dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan rumah tangganya.”[11]
Menurut Penulis, Anak Usia dini adalah seorang anak yang usianya belum memasuki suatu lembaga pendidikan formal seperti sekolah dasar (SD) dan biasanya mereka tetap tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam benntuk berbagai lembaga pendidikan pra-sekolah,seperti kelompok berfmain, taman kanak-kanak, atau  taman penitipan anak.
5.     Karakter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabiat, watak”[12]. Dalam istilah Inggris, karakter berpadanan dengan “character” yang berarti: All the mental and moral qualities that make a person, groups of people, and places different from others (semua kualitas mental dan moral yang membuat seseorang, kelompok orang atau tempat berbeda dari yang lain)”[13].
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri”[14]. Karakter adalah “sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang”[15].
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek”[16]. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah “sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu”[17].
Adapun menurut penulis, karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak etis  atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
D.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Untuk mengetahui penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.
2.     Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.
3.     Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.
E.    Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter pada anak di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
Hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter pada anak di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.


F.     Landasan Teori
Pendidikan adalah proses internalisasi nilai budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga orang dan masyarakat menjadi beradap. Pendidikan bukan hanya merupakan sarana menstransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturasi dan sosialisasi). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter ini berkutat pada empat hal yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga. Olah hati yang dimaksud adalah berkata, bersikap, dan berperilaku jujur. Olah pikir artinya cerdas yang selalu merasa membutuhkan pengetahuan. Olah rasa artinya memilki cita-cita. Sedang olah raga artinya enjaga kesehatan di tengah-tengah menggapai cita-cita tersebut.
Usia dini utamanya di Taman Kanak-kanak merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi dan kepribadian yang dimiliki oleh anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalaui pendidikan karakter dalam pembelajaran. Kegiatan ini tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Penerapan pendidikan karakter pada anak usia dini dapat dituangkan dalam program harian, yaitu tentang kepribadian anak, kemandirian, kedisiplinan, dan tanggung jawab sehingga anak siap mengikuti pada jenjang pendidikan selanjutnya dan masa dewasanya. Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan bagi anak usia dini yang berada pada jalur formal yang tentunya harus mampu mempertahankan citra dan kualitas pembelajaran sehingga masyarakat tetap mengakui mutu dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Salah satunya yaitu menyiapkan anak didik yang berkarakter.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (kognitif), sikap dan perasaan (afektif), dan tindakan (aksi). Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan maka seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan hidup termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
G.   Kajian Terdahulu
Nama: Mentari Nim: A. 2115022/3972 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2014 dengan judul skripsi Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Pengembangan Moral Keagamaan Pada Anak Usia Dini di TK nurul Hilal Pulo Ara Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.   Materi moral keagamaan anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah kemandirian, bershadaqah dan berinfak, tanggung jawab, percaya diri dan berani, sabar, antusias ibadah, adil, kreatif, kepedulian, kerjasama, empati, suka menolong, respek.
2.   Implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah murid selalu dibiasakan mengucapkan salam kepada para guru ketika mau pulang serta membaca doa-doa harian sebelum dan sesudah melakukan sesuatu. Anak juga diajarkan agar peduli kepada orang lain, mau berbagi mainan atau makanan, serta membiasakan bershodaqah baik itu berupa makanan atau uang.
3.   Kendala implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal kurangnya kepedulian orang tua dalam membimbing anak, pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan anaknya baik dirumah, terpengaruh lingkungan masyarakat dalam hal ini pergaulan dengan teman-temannya.
4.   Evaluasi terhadap penerapan metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah evaluasi kegiatan regular (Pengenalan huruf hijaiyyah, hafalan juz ‘amma, hafalan do’a-do’a, aqidah-akhlak shirah, pengenalan bahasa Indonesia, Inggris, pengenalan lingkungan, pengembangan jasmani dan kesehatan, pengenalan matematika awal).
H.    Metodologi Penelitian
1.     Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen, sedangkan permasalahan yang diteliti adalah penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter pada anak di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.


2.     Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (field research), yaitu penelitian dilakukan dengan cara penulis terjun langsung  ke lokasi (objek) penelitian yaitu Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen untuk mendapatkan data yang penulis perlukan yaitu data tentang penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter pada anak di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.
3.     Metode Penelitian
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah  penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif serta menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah: “suatu pendekatan penelitian yang diarahkan dalam memahami fenomena sosial dari perpektif partisipan, serta menggunakan strategi multi metode, dengan metode utama interview, observasi, dan studi dokumenter, dalam pelaksanaan penelitian peneliti menyatu dengan situasi yang di teliti.[18]  Penelitan kualitatif berlangsung secara natural, data yang di kumpulkan dari orang-orang yang terlibat dalam tingkah laku alamiah, hasil penelitian kulitatif berupa deskripsi analisis.
4.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
NO
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan

1
Penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.
a)     Kepribadian anak,
b)     Kemandirian,
c)     Kedisiplinan,
d)     Tanggung jawab
2
Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.

a).    Mengembangkan potensi kalbu/nurani/ afektif peserta didik
b).   Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik
c).   Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
d).   Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan
3

Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam penerapan kurikulum pendidikan anak usia dini berbasis karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen.
a)      Guru
b)     Santri
c)      Orangtua
d)     Sekolah

5.     Objek Penelitian
Menurut Sugiyono pengertian “Objek penelitian adalah sarana ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaa tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal.”[19] Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian  adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk  mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda.
Objek dalam penelitian ini adalah guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen. Jumlah guru keseluruhan yang mengajar pada Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen sebanyak 6 Orang. Sedangkan jumlah siswa sebanyak 64 Orang.
6.     Sumber Data
1)     Data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[20]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah
a)     Kepala Sekolah
b)     Guru
c)     Dokumentasi
2)     Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku:
a)     Muhammad ‘Ali Qutb, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, Bandung: Anggota IKAPI, 1993.
b)     Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Cet ke-XV, Yogyakarta: Andi Offset, 1995.
c)     Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Semarang : AKFI Media, 2010.
d)     Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Diva Press, 2009.
e)     Mursid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, Semarang: Akfi Media, 2010.
f)      Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005
g)     Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Bandung: Citra Umbara, 2005.
h)     Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 2001.
i)      Nurul Zuhriyah, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
j)      Charles Scaefer,Bagaimana Mempengaruhi Anak, Semarang: Dahara Prize, 1989.
k)     Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
l)      Siti Aisyah, dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
7.     Tehnik Pengumpulan Data
Menurut Nazir pengumpulan data adalah “prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”.[21] Karena penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu langsung terjun ke lokasi penelitian, sesuai dengan pendapat tersebut untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini, dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik, yaitu field research (penelitian lapangan) merupakan suatu metode pengumpulan data dengan menggunakan penelitian langsung ke lapangan untuk memperoleh informasi dan data-data dari objek penelitian, melalui penelitian ini akan dilaksanakan sebaik mungkin untuk memperoleh data yang valid.
Pelaksanaan penelitian ini juga dikumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a.      Observasi partisipasi, Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. “Dalam penggunaan teknik ini, bentuk obervasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif yang berarti pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung”[22].
yaitu penelitian yang mengadakan pengamatan secara lagsung melibatkan dari dalam kegiatan yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Adapun pengamatan yang penulis lakukan yaitu proses pembelajaran dan SKH/SKM.
b.     Interview (wawancara), Metode wawancara yaitu “teknik pengumpulan data yang menggunakan pedoman berupa pertanyaan yang diajukan langsung kepada obyek untuk mendapatkan respon secara langsung”[23], “di mana interaksi yang terjadi antara pewawancara dan obyek penelitian ini menggunakan interview sehingga dapat diperoleh data yang lebih luas dan mendalam”[24]. Metode ini digunakan untuk mengadakan wawancara dengan kepala sekolah dan guru.
c.      Dokumentasi , Metode dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto berasal dari kata “dokumen” yang berarti barang-barang tertulis. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya”[25].Penggunaan sumber data ini untuk memperoleh dokumen-dokumen dan kebijakan yang terkait dengan profil Sekolah, buku harian dan absen Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Kabupaten Bireuen. 
8.     Tehnik Analisa Data
Untuk menganalisis data dan menginterpretasikan data tersebut menurut Nasution dapat dilakukan 3 tahapan yaitu:
1.     Tahap Reduksi
Tahap ini hal yang dilakukan adalah menelaah seluruh data yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dari catatan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek yang diteliti.
2.     Tahap Display
Tahap ini dilakukan adalah untuk merangkul data temuan data temuan dalam penelitian ini yang di susun secara sistematis untuk mengetahui tentang hal yang diteliti di lapangan, sehingga melalui display data dapat memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data yang terkumpul. Display data merupakan upaya penyajian data untuk melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Data yang dikumpulkan tidak semuanya valid dan reliable, karenanya perlu dilakukan reduksi agar data yang akan dianalisis benar-benar memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
3.     Tahap Verifikasi
Nasution mengemukakan: “tahap ini dilakukan untuk mengadakan pengkajian terhadap kesimpulan yang telah diambil dengan data perbandingan dari teori yang relevan. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisa, sehingga melahirkan kesimpulan yang dapat dipercaya”[26].
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan: “Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif”[27]. Penelitian kualitatif  memberikan interpretasi deskriptif , verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. Semua data yang terkumpul dari responden diolah dalam bentuk uraian-uraian tentang apa yang didapatkan di lokasi penelitian.
Tehnik penulisan dalam skripsi ini penulis berpedoman pada Buku Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Peusangan Bireuen Aceh tahun 2014. Mengenai terjemahan ayat Al-Qur’an, penulis mengambil Buku Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an Kementrian agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Perkata, penerbit CV. Kalim, Jakarta Tahun 2010.
I.      Garis Besar Isi Proposal Skripsi
Garis besar dalam penulisan  proposal skripsi  ini adalah sebagai berikut :
            Bab satu terdapat pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, penjelasan istilah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Landasan Teori, Kajian terdahulu, metode penelitian dan garis besar isi proposal skripsi.














J.     DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1988.

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Rajawali Press, 2003.

Abdul majid, Dian andayani, Pedidikan Karakter dalam Perspektif Islam, Bandung: Insan Cita Utama, 2010.

Ahnad Thanthowi, Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993.

Bagus Mustakim, Pendidikan Karakter: Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat, Yogyakarta: Samudra Biru, 2011.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, Jakarta: Central,1997.

H.C.Whtherington, Psikologi pendidikan, Terjemahan Bukhari, Cet IV, Jakarta: Aksara Baru, 1984.

Lexy J. .Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2005.

                        , Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 14, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Nazir, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1999.

Nasution, Teknologi Pendidikan, Cet. III, Bandung: Jemmars, 2000.

Nana Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998.

Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I, Jakarta: Bulan Bintang,  1979.

Rifani, N. K. Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak, Yogyakarta: Real Books, 2013.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Suganda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidkan, Jakarta: Gunung Agung, 1976.

Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Jakarta: Alfabeta, 2010.

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Publikasi Internet, dalam:http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, diakses pada tanggal 10 November 2012.

Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,             Bandung: Angkasa, 1987.

Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Cet. Ke-16, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Zubaedi, Design Pendidikan Karakter, Jakarta: Prenada Media Group, 2011.






               [1] Rifani, N. K. Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak, (Yogyakarta: Real Books, 2013), hal. 127.

               [2] Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Cet. Ke-16, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hal. 41.

               [3] Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 356.

[4] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1988), hal. 36.
[5] Ibid., hal. 37.

    [6]Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, (Jakarta: Central,1997), hal 28.

   [7]Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang,  1979 ), hal. 44.
               [8] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), hal. 9.

               [9] Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Publikasi Internet, dalam:
http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, diakses pada tanggal 10 November 2012.

[10]Ibid, hal. 30-31.

[11] Ahnad Thanthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 34.

               [12] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 444.

               [13] AS Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (tt: Oxford University Press, 1995), hal. 186.

               [14] Zubaedi, Design Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 19.

               [15] Abdul majid, Dian Andayani, Pedidikan Karakter dalam Perspektif Islam, (Bandung: Insan Cita Utama, 2010),  hal. 11.

               [16] Suganda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidkan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hal. 214.

[17] H.C.Whtherington, Psikologi Pendidikan, Terjemahan Bukhari, Cet IV, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), hal. 12.
[18] Lexy J. .Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 6.
               [19] Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Jakarta: Alfabeta, 2010), hal. 13.
[20] Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,             (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.
[21] Nazir, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 127.
               [22] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hala. 220.

               [23] Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), hal. 104.

               [24] Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 14, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 137.
              
               [25] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 206.
[26] Nasution, Teknologi Pendidikan, Cet. III, (Bandung: Jemmars, 2000), hal. 190.

[27]Nana Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 8.