Tokoh-tokoh Tasawuf Zaman Klasik
1. Tokoh-tokoh Tasawuf Zaman Klasik
a.
Ibn Athaillah as Sakandary
Nama lengkapnya Ahmad ibn Muhammad Ibn Athaillah as Sakandary (w. 1350M),
dikenal seorang Sufi sekaligus muhadits yang menjadi faqih dalam madzhab Maliki
serta tokoh ketiga dalam tarikat al Syadzili. Penguasaannya akan hadits dan
fiqih membuat ajaran-ajaran tasawufnya memiliki landasan nas dan akar syariat
yang kuat. Karya-karyanya amat menyentuh dan diminati semua kalangan,
diantaranya Al Hikam, kitab ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran
spiritual di kalangan murid-murid tasawuf. Kitab lainnya, Miftah Falah Wa
Wishbah Al Arwah (Kunci Kemenangan dan Cahaya Spiritual), isinya mengenai
dzikir, Kitab al Tanwir Fi Ishqat al Tadhbir (Cahaya Pencerahan dan Petunjuk
Diri Sendiri), yang disebut terakhir berisi tentang metode madzhab Syadzili
dalam menerapkan nilai Sufi, dan ada lagi kitab tentang guru-guru pertama
tarekat Syadziliyah - Kitab Lathaif Fi Manaqib Abil Abbas al Mursi wa Syaikhibi
Abil Hasan.[1]
b.
Al Muhasibi
Nama lengkapnya Abu Abdullah Haris Ibn Asad (w. 857). Lahir di Basrah. Nama
"Al Muhasibi" mengandung pengertian "Orang yang telah menuangkan
karya mengenai kesadarannya". Pada mulanya ia tokoh muktazilah dan membela
ajaran rasionalisme muktazilah. Namun belakangan dia meninggalkannya dan
beralih kepada dunia sufisme dimana dia memadukan antara filsafat dan teologi.
Sebagai guru Al Junaed, Al Muhasibi adalah tokoh intelektual yang merupakan
moyang dari Al Syadzili. Al Muhasibi menulis sebuah karya "Ri'ayah Li
Huquq Allah", sebuah karya mengenai praktek kehidupan spiritual.[2]
c.
Abdul Qadir Al Jilani
Abdul Qadir Al Jilani (1077-1166) adalah seorang Sufi yang sangat tekenal
dalam agama Islam. Ia adalah pendiri tharikat Qadiriyyah, lahir di Desa Jilan,
Persia, tetapi meninggal di Baghdad Irak. Abdul Qadir mulai menggunakan dakwah
Islam setelah berusia 50 tahun. Dia mendirikan sebuah tharikat dengan namanya
sendiri. Syeikh Abdul Qadir disebut-sebut sebagai Quthb (poros spiritual) pada
zamannya, dan bahkan disebut sebagai Ghauts Al Azham (pemberi pertolongan
terbesar), sebutan tersebut tidak bisa diragukan karena janjinya untuk
memperkenalkan prinsip-prinsip spiritual yang penuh kegaiban. Buku karangannya
yang paling populer adalah Futuh Al Ghayb (menyingkap kegaiban). Melalui Abdul
Qadir tumbuh gerakan sufi melalui bimbingan guru tharikat (mursyid). Jadi
Qadiriyah adalah tharikat yang paling pertama berdiri.[3]
d.
Al Hallaj
Nama lengkapnya Husayn Ibn Mansyur Al Hallaj (857-932), seorang Sufi Persia
dilahirkan di Thus yang dituduh Musyrik oleh khalifah dan oleh para pakar
Abbasiyah di Baghdad oleh karenanya dia dihukum mati. Al Hallaj pertama kali
menjadi murid Tharikat Syeikh Sahl di Al Tutsari, kemudian berganti guru pada
Syeikh Al Makki, kemudian mencoba bergabung menjadi murid Al Junaed Al
Baghdadi, tetapi ditolak. Al Hallaj terkenal karena ucapan ekstasisnya "Ana
Al Haqq" artinya Akulah Yang Maha Mutlak, Akulah Yang Maha Nyata,bisa
juga berarti "Akulah Tuhan", mengomentari masalah ini Al Junaid
menjelaskan "melalui yang Haq engkau terwujud", ungkapan tersebut
mengandung makna sebagai penghapusan antara manusia dengan Tuhan. Menurut
Junaid " Al Abd yahqa al Abd al Rabb Yahqa al Rabb" artinya pada
ujung perjalanan "manusia tetap sebagai manusia dan Tuhan tetap menjadi
Tuhan". Pada jamannya Al Hallaj dianggap musrik, akan tetapi setelah
kematiannya justru ada gerakan penghapusan bahkan Al Hallaj disebut sebagai
martir atau syahid. Sampai sekarang Al Hallaj tetap menjadi teka-teki atau
misteri karena masih pro dan kontra.[4]
[1]
Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hal. 19.