Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah


BAB II
PERANAN KEPALA SEKOLAH

A.       Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
          Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Kepala sekolah yang berhasil yaitu tercapainya tujuan sekolah, serta tujuan dari para individu yang ada didalam lingkungan sekolah.
Sebagai lembaga pendididikan formal sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efesien dari oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberi pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warganegara. Sekolah di kelola secara formal, kronologis yang berfalsafah dan tujuan pendidikan nasional.[1]

            Kepala sekolah harus memahami peranan organisasi dan hubungan kerjasama secara individu. Tugas sebagai kepala sekolah dalam pendidikan tidaklah merupakan hal yang mudah, karena sebagai kepala sekolah hendaknya pandai meneliti dan menentukan syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan pendidikan sekolah itu semaksimal mungkin dapat dicapai. Kepala sekolah harus dapat meneliti dan menentukan syrat-syarat mana yang telah ada dan mencukupi, mana yang belum ada atau kurang  mencukupi yang perlu di usahakan atau dipenuhi, begitu juga masalah tanggung jawab kepala sekolah dalam pendidikan, merupakan syarat utama dalam kepemimpinan kepala sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari tanggung jawab sering salah diartikan orang. Banyak yang mengatakan bertanggung jawab yang sebenarnya berarti berani memberi jawab atas teguran perbuatannya, biarpun perbuatan itu  salah atau tidak benar.
“Tanggung Jawab” adalah pengertian yang didalamnya mengandung norma-norma etika,sosial dan scientific yang berarti bahwa perbuatan yang dipertanggung jawabkan itu adalah baik, dapat diterima atau disetujui orang lain/masyarakat, dan mengandung kebenaran yang bersifat umum. Pengertian tnggung jawab berisi pula di dalamnya keberanian mengambil resiko terhadap tantangan, hambatan atapun rintangan yang mungkin akan menghalangi tercapainya pekerjaan yang telah dianggap/diyakini kebaikan dan kebenarannya. Dengan kata lain: Tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menjalankan suatu tugas kewajiban yang dipikulkan kepadanya dengan sebaik-baiknya.[2]

Seorang pemimpin harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kepemimpinannya dan pemimpin yang baik menurut pandangan Islam adalah yang melaksanakan program kebaikan dan bermental baik, pernyataan tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa : 73 yang berbunyi :

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ) الأنبياء: ٧٣(
Artinya : Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka menjalankan kebaikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.(Q.S. Al-Anbiyaa: 73).[3]

Seorang kepala sekolah mempunyai peranan pimpinan yang sangat berpengaruh di lingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas kepala sekolah selaku pimpinan adalah membantu para guru mengembangkan kesanggupan-kesanggupan mereka secara maksimal dan menciptakan suasana hidup sekolah yang mendorong guru-guru, pegawai tata usaha, murid-murid dan orang-orang tua murid untuk mempersatukan kehendak, pikiran dan tindakan dalam kegiatan kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Seorang kepala sekolah bukanlah seorang yang selalu duduk di belakang meja menandatangani surat-surat dan mengurus admistrasi belaka.
Bertolak dari tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pendidikan ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur manusia, unsur sarana, dan unsur  tujuan. Untuk  dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau kecakapan atau keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat di peroleh dari pengalaman belajar secara teori maupun pengalamannya di dalam praktek selama jadi pemimpin.[4]

Namun, secara tidak di sadari seorang pemimpin dalam memperlakukan ketiga unsur tersebut dalam rangka menjalankan kepemimpinannya menurut caranya sendiri. Cara-cara yang di gunakan merupakan cerminan dari sifat-sifat dasar kepribadian seorang pemimpin walaupun pengertian ini tidak mutlak.
Tugas dan tanggung jawab  seorang kepala sekolah, M. Nur mengatakan bahwa: “Dalam rangka mencapai tujuan organisasional, kepala madrasah pada umumnya mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap seluruh sumber daya yang ada dan kegiatan- kegiatan yang dilakukan di madrasahnya.”[5] 
1.     Perencaan
Seorang kepala sekolah yang efektif dan profesional mempunyai kemampuan dalam membuat perencaan dan pembagian tugas kepada para bawahannya. Menurut M. Ngalim Purwanto “Perencaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupu kelompok. Tanpa perencanaan atau planning, pelaksaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan bahkan mungkin juga kegagalan.”[6]
2.     Pengorganisasian
Seorang kepala sekolah  selain memimpin bawahannya juga harus mampu menjadi organizer yang baik bagi sekolah yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah harus mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan sistemsentralisasi dalam organisasi pendidikan, guru-guru dalam kekuasan dan tanggung jawabnya serta dalam prosedur-prosedur pelaksaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan.
Untuk menyusun organisasi  sekolah menurut, Ngalim Purwanto sebagaimana dikutip Sobri dkk, menyebutkan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
Pertama, mempunyai tugas yang jelas. Kedua,  para anggota menerima dan memahami tujuan tersebut. Ketiga, adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam organisasi itu. Keempat, adanya pembagian tugas pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, atau bakat masing-masing. Kelima, pola organisasi hendaknya relatif permanen. adanya jaminan keamanan dalam bekerja. Keenam, Garis-garis kekuasaan atau tanggung jawab serta hirarki tata kerjanya jelas tergambar dalam struktur atau bahan organisasi.[7]

3.     Penggerakan
Seorang pemimpin yang efektif kepala sekolah harus mampu menjadi motivator yang baik bagi bawahan nya terutama guru, kepala sekolah harus memotivasi dan mengarahkan guru-guru yang ada disekolah yang dipimpinnya untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalitasnya.“Penggerakan adalah aktivitas untuk memberikan dorongan, pengarahan, dan pengaruh terhadap semua kelompok agar mau bekerja secara sadar dan sukarela dalam rangka mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan suatu perencaan dan pola organisasi.”[8]
4.     Pengawasan
Kepala sekolah disamping bertindak sebagai pemimpin juga harus mampu bertindak sebagai pengawas, sebagai pengawas kepala sekolah bertugas mengawasi dan memotivasi serta membangkitka semangat kerja guru-guru dan pegawai sekolah didalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.  
Pengawasan dan pemecahan masalah hasil pemantauan berhadapan dengan rencana yang rinci baik formal maupun imformal, dengan maksud bentuk laporan, pertemuan, dan lainnya; mengindentifasi penyimpangan atau yang biasanya disebut sebagai masalah, serta rencana dan pengorganisasian memecahkan masalah.[9]

      
B.     Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Peningkatan Profesionalisme Guru        

Setiap orang yang di angkat jadi pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang di milikinya daripada orang-orang yang di pimpin. Masing-masing orang mempunyai kelebihannya tersendiri, dalam keadaan tertentu dan pada  waktu tertentu kelebihan-kelebihan itu dapat di pergunakan untuk bertindak sebagai pemimpin. Menurut Drs. Hikmat, M. Ag. “proses pelaksaan tugas dan kewajiban pemimpin disebut kepemimpinan.”[10]
kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk di jadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang di bebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.[11]
 
Untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan syarat-syarat tertentu, syarat-syarat serta sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin berbeda-beda menurut golongan dan fungsi jabatan yang di pegangnya. Untuk menjadi pemimpin perusahaan tidak mungkin sama syarat-syarat dan sifat yang di perlukan dengan pemimpin dalam ketentaraan, demikian juga syarat-syarat yang di perlukan bagi pemimpin industri tidak mungkin sama dengan yang di perlukan bagi seorang pemimpin suatu lembaga pendidikan. Banyak ahli yang merumuskan syarat-syarat dan sifat-sifat kepemimpinan menurut bidangnya masing-masing. Ada yang merumuskan secara garis besar dan pokok-pokoknya saja, tetapi ada juga yang terperinci.
Dr. Abdurrachman menyimpulkan  macam-macam sifat kepemimpinan menjadi lima sifat pokok yang disebutnya panca sifat yaitu, “Adil, suka melindungi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan penuh kepercayaan pada diri sendiri.[12]
            Suatu konsep yang lebih menarik lagi ialah sifaf-sifat yang diharapkan dimiliki oleh setiap pemimpin yang baik , yang dikemukaan oleh Suprapto pada permulaan memangku jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta. Ia mendasarkan uraiannya kepada asas kepemimpinan yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara, yaitu : ing ngarso sung tulodo, ing madyo  mangun karso,  tut wuri handayani. Dari asas tersebut diturunkan 17 sifat kepemimpinan yang semuanya dimulai dari huruf  “ T ” yaitu, “Takwa, taat, temen (jujur), tekun, tanggap, teginas (lincah) terampil, tegas, tangguh, tangon (iman), terbuka, toleran, teliti, tertib, tepo selero, tanpa pamrih, dan  tanggung jawab.”[13]                                                                
Dalam setiap organisasi baik itu organisasi pendidikan atau pun organisasi lainya memerlukan seorang pemimpin yang menjadi atasan sekaligus mengatur, dan mengarahkan setiap bawahannya. Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan yang secara luas dikenal dan di akui keberadaannya adalah:
1.        Tipe Otokratik
Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik yaitu pemimpin yang membuat keputusan sendiri, karena kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang, ia memikul tanggung jawab dan wewenang penuh. Tipe otokratik berdasarkan pada pendirian bahwa segala aktifitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancar dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan apabila semuanya itu semata-mata diputuskan atau di tentukan oleh pemimpin. Ciri-ciri pemimpin yang bergaya otokratik adalah:
Pertama, menjadikan organisasi sebagai milik pribadi. Kedua, menetapkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. Ketiga, memandang bawahan sebagai alat yang tidak berdaya. Keempat, tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat. Kelima, bergantung pada kekuasaan formal yang di milikinya. Keenam, memimpin dengan cara paksa.[14]

2.         Tipe Paternalistik
            Pemimpin yang memiliki tipe paternalistik banyak terdapat di lingkungan  masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris yaitu tipe kepemimpinan semacam ini banyak terdapat di pedesaan. Orientasi kepemimpinan dengan gaya paternalistik ditujukan pada dua hal, yaitu penyelesaian tugas dan terpeliharanya hubungan baik dengan para bawahannya sebagaimana seorang bapak akan selalalu berusaha memelihara hubungan yang serasi dengan anak-anaknnya. Seorang pemimpin seperti ini dalam hal tertentu amat diperlukan, akan tetapi sebagai pemimpin pada umumnya kurang baik. Gaya paternalistik adalah :
Pertama, menyepelekan kemampuan anak buah. Kedua, over protective, terlalu memanjakan anak buah dan terlalu melindungi. Ketiga, tertutup bagi pengembangan kadernisasi. Keempat, kreativitas anak buah tertutup oleh sikap god father-nya. Kelima, maha tahu; jadi anak buah belum banyak tahu. Keenam, close management bagi anak buahnya. Ketujuh, all handle untuk seluruh rencana kerja.[15]

3.     Tipe Kharismatik
            Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik khususnya yaitu daya tariknya yang sangat mengikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan pengikutnnya tidak selalu dapat menjelaskan secara kongkret mengapa orang  tertentu itu di kagumi. Ciri-ciri pemimpin yang kharismatik adalah:
Pertama, mempunyai daya penarik yang sangat besar, karena itu umumnya mempunyai penngikut yang besar jumlahnya. Kedua, pengikutnya tidak dapat menjelaskan, mengapa mereka tertarik mengikuti dan menaati pemimpin itu. Ketiga, dia seolah-olah memiliki kekuatan gaib (supernatural power). Keempat, Kharisma yang di milikinya tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan, ataupun ketampanan sipemimpin.[16]   

4.          Tipe Laissez faire
            Tipe laissez faire memberikan kekuasaan atau percaya sepenuhnya kepada bawahannya, ini merupakan kebalikan dari pemimpin yang otokratik. Jika pemimpin otokratik selalu mendomisasi organisasi dan berkuasa penuh terhadap bawahannya tanpa memberikan kesempatan, maka pemimpin laissez faire memberi kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahannya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil. “Pemimpin semacam ini dapat disebabkan oleh bermacam hal diantaranya: pemimpin tersebut tidak mampu, tidak tahu cara lain karna salah mengartikan demokrasi, atau karena tidak ada kemauan, malas dan masa bodoh.”[17]
5.        Tipe Militeristik
            Pemimpin tipe militeris dalam mengatur bawahannya terkandang  seringkali menggunakan sikap yang kurang wajar dan kurang efektif, karena pemimpin semacam ini lebih mengedepankan perintah kepada bawahannya dengan tingkat  kedisiplinan yang berlebihan, serta kurang bersosialisasi dengan para bawahannya. Pemimpin yang seperti ini kurang cocok di guna dan di terapkan dalam dunia pendidikan. Lain halnya dengan pemimpin kemiliteran dan kepolisian ini merupakan hal yang wajar dan lazim digunakan.
Pemimpin yang bertipe militeris ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut; (a) Dalam menggerakkan bawahan lebih sering mempergunakan sistem perintah; (b) Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; (c) Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan; (d) Menuntut  disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; (e) Sukar menerima kritikan dari bawahannya; (f) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.[18]

6.        Tipe Demokratik
Seorang pemimpin yang demokratik menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka tugas dan kegiatan yang harus di laksanakan demi tercapainnya tujuan organisasi, seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam perbedaan sebagai kenyataan hidup, harus terjalin kebersamaan.
        Untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yaitu: (a) Kemampuan  analisis, yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas; (b) Kemampuan untuk fleksibel, yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi; (c) Kemampuan berkomunikasi,  yakni kemampan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang anda terapkan.[19]

Kunci keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah, dan kepala sekolah tidak akan mengalami kesuksesan yang  tinggi tanpa bantuan dari pada guru-guru, yang mampu memberikan mutu yang terbaik dalam pendidikan adalah guru yang mempunyai etos kerja yang tinggi di dalam bekerja. Kepala sekolah sudah selayaknyalah memperhatikan metode yang baik dalam upaya meningkatkan motivasi mengajar guru. Seorang kepala sekolah harus mampu dan juga berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar karena, profesionalisme guru dalam mengajar merupakan modal utama bagi tercapainya prestasi belajar siswa, hal ini sangat berpengaruh bagi tercapainya tujuan pendidikan yang di harapkan. Oleh sebab itu kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai arti vital dalam proses pendidikan harus mampu mengolah dan memanfaatkan segala sumber daya manusia yang ada, sehingga tercapai efektifitas sekolah yang melahirkan perubahan terhadap peningkatan etos kerja guru. Sebagai seorang kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan yang baik berusaha meningkatkan kualitas guru yang profesional yaitu selalu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan potensi kreativitas dan karir mengajarnya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Dengan tercapainnya tujuan pendidikan tersebut, secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan profesionalisme guru dalam menjalankan tugas.
C.         Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pengelola dan Manajer Pendidikan
Sebagai kepala sekolah yang baik, maka ia bukan hanya bertindak sebagai pemimpin yang memimpin para guru, pegawai sekolah, dan siswa semata tetapi, ia juga harus memerankan fungsinya juga sebagai manajer dan pengelola yang bijaksana pula di sekolah yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah yang efektif dalam mengatur dan mengelola sekolah yang dipimpinnya selalu ingin mencapai hasil yang terbaik dari usaha-usaha yang dilakukannya, oleh sebab itu ia selalu menginginkan perubahan kearah yang lebih baik dan teratur dalam kepemimpinannya sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehknologi.
Tanggung jawab seorang manajer harus dibarengi dengan falsafah yang membimbingnya kearah cara berfikir manajemen. Dengan demikian, seorang manajer akan mampu membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan dan peran organisasi dalam rangka menghasilkan prinsip-prinsip tindakan yang di lakukan. [20]
   
            Seorang kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah bisa direalisasikan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola/manajer, kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk itu, ia harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah. Ide kreatifnya dapat digunakan untuk dapat membuat perencanaan, menyusun organisasi sekolah, memberikan pengarahan dan mengatur pembagian kerja, mengelola kepegawaian yang ada di lingkungan sekolah agar keseluruhan proses administrasi berjalan dengan lancar. Kepala sekolah juga harus mampu mengatur para guru, pegawai tata usaha, dan pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja melainkan juga ketata usahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa. Tercapai tidaknya sekolah sepenuhnya bergantung pada kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personel sekolah.
            Menurut Hendiyat Soetopo sebagaimana dikutip oleh Sobri, dkk.  “Bahwasanya fungsi kepala  sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah meciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan  murid-murid dapat belajar dengan baik.”[21] Dalam menjalankan tugasnya seorang kepala sekolah harus benar-benar memiliki kemampuan dan pengetahuan yang terarah dan berkembang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam tujaan pendidikan yaitu keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajarnya.  Kepala sekolah sebagai manajer pendidikan harus memiliki pengetahuan dan teori-teori pengelolaan untuk diterapkan dalam praktek kerjannya. Posisi pengelolaan menempati posisi penting dalam lingkungan pendidikan baik secara rasional, structural, maupun operasional. Karena itu, wawasan dibidang pengelolaan pendidikan sangat diperlukan oleh kepala sekolah agar mampu menjalankan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sebagai manajer pendidikan. Sebagai pengelola pendidikan, kepala  sekolah juga bertanggung jawab untuk mengetahui pertumbuhan guru-guru secara kontinyu. Dengan praktek demokratis, kepala sekolah harus mampu membantu guru-guru mengenal kebutuhan masyarakat sehingga tujuan pendidikan memenuhi hal itu. Ia harus mampu membantu guru membina kurikulum sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuan anak. Ia harus mampu menstimulir guru-guru untuk mengembangkan metode dan prosedur pengajaran. Ia harus mampu membantu guru-guru mengevaluasi program pendidikan hasil belajar murid. Dan yang paling utama, kepala sekolah harus mampu mengembangkan profesionalisme guru menjadi lebih baik, karena seorang guru yang profesional akan mampu mengantarkan peserta didiknnya kearah perubahan yang efektif dan kreatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
            Dari penjelasan  diatas, untuk mewujudkan fungsinya sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah hendaknya mampu mengaplikasikan fungsi-fungsinya kedalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya. Diantara fungsi-fungsinya adalah:
1.        Merencanakan
            Dalam sebuah organisasi, baik itu organisasi pendidikan ataupun organisasi lainnya diperlukan perencanaan yang baik dalam hal mengatur dan mengelola  organisasi tersebut, maka tugas seorang pemimpinlah yang mengatur dan memberikan arahan dalam hal penyusunan perencanaan.
            Kepala sekolah harus mampu merencanakan/membuat perencanaan yang baik dan teratur dalam menyusun perencaan pendidikan.
Dalam rangka pengelolaan pendidikan, perlu di lakukannya kegiatan penyusun rencana yang menjangkau kedepan untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi kebutuhan di kemudian hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun program yang meliputi pendekatan, jenis, dan urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses kerja.[22]
    
2.        Mengorganisasikan
            Kepala sekolah harus teliti dan telaten dalam pembagian tugas terhadap guru-guru, tata usaha, dan karyawan lainnya sesuai dengan susunan organisasi yang telah dibuat. Dengan pembagian kerja yang  baik, perlimpahan wewenang dan tanggung jawab yang tepat serta mengingat prinsip-prinsip pengorganisasian, memungkinkan kegiatan sekolah berjalan lancar dan mencapai tujuan yang di harapkan.  
        Rencana atau program-program organisasi yang harus dilaksakan bersifat sangat kompleks dan mengandung banyak segi yang saling bersangkut paut satu sama lain. Sifat kompleks yang terdapat dalam program organisasi menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan yang di koordinasikan. Koordinasi ini perlu untuk mengatasi batas-batas perencaan maupun batas-batas personal, terutama untuk mengatasi kemungkinan adanya duplikasi dalam tugas, perubatan hak dan tanggung jawab, keseimbangan dalam berat-ringannya pekerjaan, kesimpang siuran dalam menjelankan tugas dan kewajiban, dan sebagainya. Koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, material, pikiran-pikiran, teknik-tehnik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang harmonis, dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.[23]

3.        Motivasi
            Para pemimpim harus terus memotivasi para karyawan mereka untuk terus maju. Para pemimpin yang efektif memotivasi para karyawan dengan menggunakan otoritas, peran keteladanan, membangun rasa pecraya diri, menciptakan tantangan lewat penetapan sasaran, mendelegasikan, dan memberi imbalan serta hukuman. Motivasi dilakukan untuk tujuan:
Pertama, memeransang seseorang untuk bekerja dengan baik. Kedua, mendorong seseorang untuk bekerja lebih berprestasi. Ketiga, mendorong seseorang untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab. Keempat, meningkatkan kualitas kerja. Kelima, mengembangkan produktivitas kerja. Keenam, menaati peraturan yang berlaku. Ketujuh, jera dalam melanggar aturan. Kedelapan, mengarahkan prilaku untuk mencapai tujuan. Kesembilan, mempertahankan prestasi kerja dan bersaing secara sportif.[24]                                                                                                                                         
4.        Mengarahkan
            Sebagai seorang manajer dan juga pengelola sebuah lembaga khususnya lembaga pendidikan harus mampu mengarahkan bawahannya dalam menjalankan berbagai tugasnya, terutama sekali yaitu dewan guru, serta  manajer juga terampil dalam mengambil berbagai keputusan yang tujuannya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan yang di harapkan. Guru harus benar-benar mendapatkan pengawasan khusus dan perhatian yang lebih baik dari kepala sekolah, karena guru merupakan orang atau pun tenaga yang melatar belakangi keberhasilan anak didik dan keberhasilan pendidikan pada umumnya.
Adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang di lakukan oleh banyak orang, seperti tergambar di dalam struktur organisasi sekolah, memerlukan adanya koordinasi serta pengarahan dari pimpinan sekolah. Adanya koordinasi serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat antar bagian atau antar personel sekolah dan kesimpangsiuran dalam tindakan.[25]

5.        Mengkoordinasikan
            Adanya koordinasi dan pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat menghindarkan terjadi kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat. Koordinasi harus dilakukan oleh seorang manajer ataupun seorang yang bertindak sebagai kepala sekolah untuk menyelaraskan tugas-tugas dan peran serta tujuan-tujuan yang  harus  dicapai kedalam hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.  
Koordinasi yang di lakukan  oleh manajer akan berjalan sempurna apabila manajer menyadari tugas berikutnya yang berkaitan dengan pengorganisasian, yaitu tugas pengendalian (controling). Tugas ini adalah meneliti dan mengawasi agar semua tugas dilakukan dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada atau sesuai dengan deskripsi kerja masing-masing personal.[26] 

6.        Mengelola Informasi
            Mengelola informasi berkaitan dengan berbagai aspek dari tanggung jawab dan aktivitas pemimpin, seperti pengkajian dan pemantauan umpan balik, perencanaan dan pengambilan keputusan. Seorang pemimpin harus menyediakan banyak waktunya untuk menghimpun dan memproses informasi. Seorang pemimpin harus ahli dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dan mengolahnya untuk mengambil keputusan. “Komunikasi memberikan informasi yang di perlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data, guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif.”[27]
7.        Mengawasi

            Kepala sekolah  harus mampu mengawasi pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja bawahan sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetapkan. Kegiatan mengawasi dapat berbentuk memeriksa, mengecek serta usaha mencegah terhadap kesalahan yang mungkin terjadi sehingga bila terjadi penyelewengan dan penyimpangan dapat ditempuh  usaha perbaikan. “Semua pekerja dan proses kegiatan lembaga pendidikan diawasi oleh pimpinan. Apabila karyawan sekolah telah melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik, biasanya mereka akan memperoleh penghargaan dari pimpinan lembaga pendidikan.”[28]
            Kepala sekolah tidak akan mampu berbuat banyak tanpa partisipasi dari personel sekolah lainnya seperti guru, supervisor, perwakilan orang tua siswa, dan sebagainya. Sebaiknya personel sekolah lainnya maupun bawahan tidak akan dapat menjalankan tugas dan kewajiban dengan efektif tanpa pengendalian, pengarahan dan kerja sama dengan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan seorang yang bertindak sebagai pemimpin. Dalam kegiatan belajar mengajar melibatkan berbagai unsur yaitu guru, siswa, materi, metode dan tujuan dimana unsur-unsur tersebut harus berjalan dengan harmonis, bila salah satu unsur tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tentu akan menghambat kegiatan belajar mengajar, sehingga akan berakibat pada ketidak berhasilan pendidikan pada umumnya. Keberhasilan sekolah diperoleh dari semua unsur yang terkait diantaranya adalah kepala sekolah, guru, karyawan dan komite sekolah, apabila sekolah mencapai prestasi, semua unsur akan merasa puas termasuk para guru yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Suatu organisasi atau lembaga pasti akan diarahkan atau disamakan persepsi-persepsi atau tujuan-tujuannya oleh seorang yang dipilih oleh komunitas organisasinya untuk menjadi ketua atau pemimpin yang akan mengatur jalannya program yang ingin dicapai dalam organisasi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar hal-hal yang yang akan di lakukan oleh kelompok atau lembaga menjadi lebih terarah, fokus, dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan dengan lebih efektif dan efisien. Kepala sekolah merupakan pemimpin sekaligus manajer pada suatu institusi pendidikan, kepala sekolah sebagai salah satu kunci berhasil atau tidaknya institusi tersenbut mencapai tujuan sesuai dengan tujuan yang yang telah direncanakan. Sudah pasti, peran kepala sekolah dan kinerja kepala sekolah akan menjadi kunci utama bagi keberhasilan pendidikan.
            Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya dapat membantu para  guru  atau bawahan pada umumnya untuk menghindari perasaan yang tidak menentu dengan memenuhi brebagai fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang dapat meningkatkan profesionalitas guru dalam mengajar. Hal ini  dirasakan penting, karena guru merupakan bagian penting dari komponen pelaksana tugas untuk mencapai tujuan sekolah yang berhadapan langsung dengan siswa. Kepala sekolah sudah semestinya berperan aktif dalam meningkatkan profesionalisme guru yang ada di jajaran sekolah yang dipimpinnya, tumbuh kembangnya semangat guru dan karyawan tergantung pada peran aktif dan kinerja serta kemampuan kepala sekolah dalam memimpin sebuah sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dan bijaksana akan dapat menciptakan peran yang besar yang efektif yaitu mampu memberikan visi, menciptakan gambaran besar, menetapkan tujuan yang jelas dan disetujui bersama, serta mampu mengembangkan prestasi para bawahannya terutama guru, yaitu dengan memberikan pengarahan, panduan, melatih dan membimbing serta memberikan umpan balik. Memimpin dengan memberi contoh, yaitu dengan bersikap jujur dan mendorong kejujuran, mengetahui kesalahan  dan kelemahannya sendiri, menunjukkan keyakinan dan komitmen serta menciptakan semangat tim. Memberikan dukungan, yaitu selalu terbuka dan mudah di ajak bicara, suka memberi semangat dan pujian, serta mau mendengarkan dan menerima usulan.  














[1] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 1999), hal 47.
[2] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1993), hal 73.

        [3]Departemen Agama RI,  Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah, Al-Qur’an, 1984/1985.

[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta, 1987), hal 145.

[5]M. Nur, Manajemen Kepala Madrasah: Antara Das Sein dan Das Sollen, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010),  hal. 19
[6] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 106.

[7]Sobri dkk, Pengelolaan Pendidikan, (Yojyakarta: Multti Pressindo, 2009), hal. 103.
[8]M. nur, Manajemen…, hal. 21.

[9]Ibid, hal. 22.
[10]Hikmat, manajemen pendidikan, cet. 1 (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009 ), hal. 249.

[11]Purwanto, Administrasi…, hal. 26.
[12] Arifin Abdurrachman, Teori Pembangunan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, (Jakarta: Bharatara, 1971), hal 83.

[13] Ibid.,  hal 54.
[14] Hikmat, manajemen…, hal. 255 .

[15]Ibid, hal. 256 .
[16] Purwanto,Administrasi…, hal. 51.

[17] Sobri, Pengelolaan…, hal. 78.
[18]Ibid, hal. 79.

[19] Ibid, hal . 80.  
[20]Hadisuha Daud, Manajemen   pendidikan, cet 1(Bandung: Cita pustaka Media Perintis, 2011),  hal. 21.
[21]Sobri, Pengelolaan…,  hal. 102.
[22]Hadisuha, manajemen, hal. 34.

[23]M. Ngalim purwanto, Administrasi dan supervisi pendidikan, (bandung: Rosdakarya, 1990), hal. 18. 
[24] Hikmat, manajemen…, hal. 272.

[25] Purwanto, Administrasi…, hal. 111.
[26] Hikmat, manajemen…, hal. 123.

[27]Abdullah Munir, menjadi kepala sekolah efektif , (Jogjakarta: Ar- Ruzz  Media,  2010), hal. 46.
[28]Ibid,  hal. 137.