A.
Fungsi Manajemen Kurikulum
Para ahli mempunyai pendapat yang berbeda
tentang fungsi dari manajemen. Namun pada dasarnya fungsi dari manajemen
adalah: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating),dan
pengawasan (controlling).[1]
Penjelasan secara lebih rinci adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan
atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Menurut Roger A. Kauffman yang dikutip oleh
Nanang Fattah bahwa dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang
meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
lainnya. Ketiga kegiatan itu adalah (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai (2)
pemilihan program untuk mencapai tujuan itu (3) identifikasi dan pengerahan
sumber yang jumlahnya selalu terbatas.[2]
2. Pengorganisasian (organizing).
Pengorganisasian adalah sistem kerja sama
sekelompok orang yang dilakukan dengan pembidangan dan pembagian seluruh
pekerjaan atau tugas dengan menentukan sejumlah satuan atau unit kerja, yang menghimpun
pekerjaan sejenis dalam satu satuan atau unit kerja.
3. Penggerakan (actuating)
Penggerakan adalah menempatkan semua anggota
dari pada kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan
sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah proses pengamatan atau
pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Demikian penjelasan mengenai manajemen, selanjutnya akan dijelaskan
mengenai kurikulum. Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah
raga pada zaman Yunani kuno, kurikulum dalam bahasa Yunani berasal dari kata
curir yang artinya lari dan kurire artinya tempat berpacu, curriculum diartikan
jarak yang harus ditempuh oleh pelari.[3]
Dalam konteks pendidikan kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik
atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap-sikap serta nilai-nilai. Menurut Al- Khauly yang di kutip oleh Muhaimin
menyebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan media untuk
mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan”[4]
B.
Pengertian Manajemen Kurikulum
Pendidikan Islam
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal
dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik
bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
mereka.[5]
Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.[6]
M. Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus
disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional
pendidikan.[7] Nasution
menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang kurikulum. diantaranya:pertama,kurikulum
sebagai produk (hasil pengembangan kurikulum), kedua,kurikulum sebagai hal-hal
yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap,keterampilan(tertentu),danketiga,kurikulum
dipandang sebagai pengalaman siswa.[8]
Pengertian kurikulum dalam pandangan modern
merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya
sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan
mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar
sekolah.[9]
Kurikulum di anggap sebagai penentu keberhasilan pendidikan, termasuk
pendidikan islam. Karena itu, perhatian para guru, dosen, kepala
sekolah/madrsah, ketua, rektor, maupun praktisi pendidikan terkonsentrasi pada
kurikulum bukanlah penentu utama.
Masalah kesadaran merupakan problem yang
paling besar. Kepala sekolah/madrasah lebih memperhatikan urusan fisik
sekolah/madrasah daripada kualitas pembelajaran[10].
Lemahnya kesadaran urusan pihak ini yang sebenarnya justru menjadi kendala
utama terhadap rapuhnya kualitas pendidikan indonesia. Jadi, sekali lagi bukan
kurikulum. Kurikulum sebagai rancangan segala kegiatan yang mendukung
tercapainya tujuan pendidikan tetap memiliki peran yang penting, setidaknya,
dalam mewarnai kepribadian seseorang. Oleh karenanya, kurikulum perlu di kelola
dengan baik.
E.Mulyasa menegaskan bahwa manajemen kurikulum
yang bisa memprediksi gambaran dan keadaan masyarakat. pada 10 – 20 tahun
mendatang dapat meningkatkan relevansinya dengan tuntutan perkembangan kebutuhan
masyarakat.dari segi waktu, pemberian gambaran masyarakat ini di dasarkan pada
perkembangan masyarakat masa lampau, kemudian bergerak menuju perkemmbangan
masyarakat masa sekarang[11].
Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan
Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik
untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam,
melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini
proses pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara
serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi manusia paripurna
(insan kamil) yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam
kurikulum pendidikan Islam.[12]
[2]
Nanang Fattah, Landasan..., hal. 16.
[4] Muhaimain,
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 1.
[6]Zakiyah
Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Cet.ke-3, (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), hal. 122.
[7] HM,
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 183.
[8] S.Nasution,
Asas-asas Kurikulum, Cet.I, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), hal. 5-9.
[11] E.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 39.
0 Comments
Post a Comment