Pendidikan Keluarga Menurut Perspektif Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Rumah tangga merupakan suatu wadah yang sangat penting dalam
pembinaan akhlak anak, dari rumah tanggalah tempat pertama dan utama untuk
mengajarkan sesuatu pendidikan kepada anak. Apabila sebuah rumah tangga
dapat mendidik anak dengan baik, maka akan tercapai tujuan pendidikan Islam
sebagaimana yang diharapkan oleh agama dalam rangka mewujudkan tujuan
pembangunan nasional, yaitu menciptakan manusia seutuhnya. Untuk itu perlu
diciptakan rumah tangga yang harmonis, rasa saling mengerti dan memahami akan
kewajiban yang telah dibebankan kepadanya. Rasa aman dan tentram dalam rumah
tangga merupakan suatu hal yang paling utama dalam mencapai ketenangan lahir
dan batin dalam menciptakan sumber daya manusia yang menjadi dambaan semua
orang.
Dalam hal ini Al-Qur'an sebagai pedoman pokok umat Islam
telah memberikan gambaran dalam surat ar-Rum ayat 21 sebagai berikut:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ
أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (الروم: ٢١)
Artinya: Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu kasih sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Q. S.
ar-Rum: 21)
Keluarga adalah
unit terkecil dari suatu masyarakat. Di dalam keluargalah anak pertama kalinya
menerima pendidikan agama, karena pada dasarnya yang bertanggung jawab atas pendidikan anak adalah
orang tua. Orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, dari mereka anak mula-mula anak menerima pendidikan. Dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga, keluarga sangat
berperan dalam mendidik seorang anak. Apa
yang diterima dan di alami anak dalam lingkungan keluarga turut menentukan
sikap kehidupannya kelak yang tercermin dari tingkah lakunya oleh karena itu
pendidikan perlu sekali meneropong keluarga sebagai lembaga pendidikan yang
pertama dan utama bagi anak.[1]
Selain itu
keluarga merupakan pewaris nilai-nilai pendidikan ajaran Islam dan tempat
pertama untuk membina rasa malu pada anak, maka keluarga perlu menciptakan
suasana aman bagi setiap anggota keluarganya, keretakan keluarga berakibat
keretakan jiwa anggota keluarga lainnya, maka ia akan merasa tidak aman dan
merasa kehilangan tempat berpijak sehingga kepribadiannya pun tumbuh ke arah yang
kurang mengenal kasih sayang pula, hal ini disebabkan ”karena orang itu
merupakan pusat kehiudupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalannya
dengan dunia luar ”.[2]
Dalam hal ini, untuk dapat menentukan
status manusia sebagaimana mestinya, anak harus mendapat pendidikan. Pendidikan
yang utama adalah dari orang tua, karena orang tua sangat berpengaruh bagi
tumbuh dan kembang anak-anaknya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini
dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa:
Orang tua yang
mendidik anaknya untuk berbuat baik dalam memberikan keteladanan kepada anak
maka anak akan mencontoh prilaku orang tuanya dengan baik, sebaliknya bila anak
tidak mendapatkan keteladanan yang baik dari orang tuanya atau orang tua
bersifat apatis terhadap anaknya, maka anak akan cenderung ke arah yang tidak
baik”.[3]
Dengan demikian, bimbingan orang tua
memegang kedudukan yang sangat penting dalam membina dan membentuk pribadi anak
yang berakhlak mulia, karena baik buruknya akhlak seorang anak tergantung pada
pendidikan dari orang tuanya. Anak yang lahir belum ada pengaruh apa-apa dan
jiwanya dalam keadaan kosong dan bersih dari semua pengaruh, orang tuanyalah
yang pertama mengisi jiwa anak tersebut dengan pendidikan, maka jika yang
kosong itu di isi dengan pendidikan yang baik maka baiklah anak tersebut, bila
pendidikan yang diberikan tersebut buruk, maka buruklah sifat anak tersebut
sesuai dengan pendidikan yang diterimanya. Di sinilah wujud keluarga sebagai
faktor utama dalam masalah pendidikan anak, karena di sinilah anak
itu dilahirkan, dipelihara sampai besar dan dipenuhi seluruh kebutuhannya untuk
menentukan hidupnya dimasa yang akan datang.
Sebagaimana Hadis Nabi Saw, yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah sebagai berikut :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يَـوْلَدُ
عَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانَهُ أَوْيُنَصِّرَانَهُ أَوْيُمَجِّسَانَهُ (رواه البخارى)[4]
Artinya: Setiap
anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani
atau Majusi (H.R. Bukhari).
Menurut pendapat M. Arifin, dalam
bukunya yang berjudul Hubungan Timbal Balik di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, mengemukakan
sebagai berikut :
Keluarga adalah
lingkungan pertama bagi anak, keluarga memberi contoh sikap anak terhadap orang
lain, benda-benda dan kehidupan pada umumnya, anak menjadikan keluarga sebagai
modal dari penyesuaian dirinya dengan kehidupan. Bila keluarga tidak dapat dipakai
sebagai standr penyesuaian diri dengan sebaik-baiknya, maka hal ini akan
menimbulkan problema psikologis anak sebagai problema tingkah laku kepada
keluarganya.[5]
Di sinilah keluarga memiliki peranan
yang cukup menentukan dalam mempersiapkan kader-kader yang berkualitas dan
beriman. Hal ini hanya dapat dicapai dengan jalan pendidikan yang berorientasi
kepada ajaran agama, sehingga pembinaan dan pembentukan watak anak lebih
menjurus kepada yang islami dan diridhai oleh Allah Swt.
Dari latar belakang tersebut di atas,
maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Pendidikan
Keluarga Menurut Perspektif Islam.”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1. Bagaimana faktor pendidikan keluarga menurut Islam?
2. Bagaimana proses pendidikan keluarga menurut Islam?
3. Bagaimana peran orang tua dalam pendidikan
keluarga menurut Islam?
C. Penjelasan
Istilah
Adapun istilah
yang terdapat dalam judul skripsi ini
yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia pendidikan diartikan “sebagai proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.[6]
Pendidikan
adalah terjemahan dari bahasa Yunani pedagogie yang berarti “pendidikan”
dan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”[7].
Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing dan mendidik dalam pertumbuhannya
agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari
kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).
Dalam kamus
umum bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, diberi awalah “pe”
dan akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”[8].
Menurut
Langevel sebagaimana yang dikutip oleh Abu Ahmadi mengatakan pendidikan adalah
mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha
membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara
orang dewasa dengan anak yang belum dewasa.[9]
Menurut ensiklopedia pendidikan
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk membawa anak yang belum
dewasa dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala
perbuatannya secara moral.[10] Dalam Bahasa Inggris pendidikan identik dengan education
atau educ berarti pendidik.[11]
Educ berarti menghasilkan dan mengembangkan, mengacu kepada segala
sesuatu yang bersifat fisik dan material, yang meliputi spesies hewan dan tidak
terbatas pada hewan yang berakal atau manusia.[12]
Istilah pendidikan dalam pendidikan Islam disebut al-Ta’lim.
Al-Ta’lim biasanya diterjemahkan dengan pengajaran. Pendidikan juga disebut
dengan al-Ta’dib. Al-Ta’dib secara
etimologi diterjemahkan dengan perjamuan makan atau pendidikan sopan santun.[13]
Sedangkan Al-Ghazali menyebutkan pendidikan dengan sebutan al-Riyadhat.
Al-Riyadhat dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olah raga atau
pelatihan.[14]
Menurut M. Arifin, definisi pendidikan adalah
Suatu proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang
dapat dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik
dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.[15]
Adapun
pendidikan menurut penulis adalah suatu usaha untuk mencerdaskan anak bangsa.
2.
Keluarga
Keluarga atau kata benda ini
dimaksudkan untuk ibu bapak beserta anak-anaknya;seisi rumah.[16]
Menurut Masjfuk Zuhdi, keluarga merupakan satu kesatuan sosial terkecil dalam
masyarakat yang telah diikat oleh tali perkawinan yang sah atau resmi.[17]
Keluarga dalam penulisan ini adalah
keluarga muslim, mengutip pendapat Khatib Ahmad Santhut bahwa keluarga muslim
adalah keluarga dengan ayah dan ibu yang memegang teguh ajaran Allah Swt dan
Sunnah Rasul, karena itu keluarga muslim merupakan intisari dan paling
prinsipil dalam usaha membentuk, dan mewujudkan masyarakat muslim.[18]
Keluarga adalah satuan sosial yang pertama dan
lingkungan yang paling pokok untuk memelihara manusia, oleh sebab itu keluarga
merupakan faktor yang kuat dalam menentukan perkembangan anak, sebab kehidupan
anak dalam keluarga lebih lama sampai mengambil sepertiga dari waktu kehidupannya
dan lama fase anak tergantung pada sistem sosial ekonomi yang berlaku pada
keluarga dan masyarakat.[19]
Keluarga yang dimaksud
di sini adalah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan famili-famili
terdekat yang ikut memegang peranan penting dalam pembinaan rumah tangga dimana
mereka harus menunaikan hak dan kewajibannya masing-masing untuk ketentraman
dan keselamatan tersebut.
D. Tujuan
Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui faktor pendidikan keluarga
menurut Islam.
2. Untuk mengetahui proses pendidikan keluarga menurut Islam.
3. Untuk mengetahui peran orang tua dalam pendidikan keluarga
menurut Islam.
E. Kegunaan
Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pendidikan
keluarga menurut perspektif Islam. Selain itu hasil
pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan pendidikan keluarga menurut perspektif Islam
ini dalam
pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi
tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan
Islam.
F. Metodelogi
Penelitian
1. Jenis penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (Library Research). Metode ini digunakan untuk memperoleh data
yang ada berkaitan dengan teori-teori pendidikan, khususnya pendidikan
keluarga menurut perspektif Islam. Di samping literatur tentang
metodologi penelitian dan referensi lainnya yang berhubungan dengan variabel
penelitian dengan cara membaca, menelaah dan menganalisa.
2. Metode Penelitian
Adapun metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini
adalah metode histeris, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada
masa sekarang meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap
data yang ada, sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan pendidikan keluarga menurut perspektif Islam.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
NO
|
Ruang Lingkup Penelitian
|
Hasil Yang diharapkan
|
1
|
Faktor pendidikan keluarga menurut Islam.
|
1.
Orang tua
2.
Lingkungan
|
2
|
Proses pendidikan keluarga menurut Islam.
|
1.
Kasih sayang
2.
Keteladanan
3.
Pembiasaan
|
3
|
Peran orang tua dalam pendidikan keluarga
menurut Islam.
|
1.
Pendidikan
2.
Pengawasan
|
4. Sumber Data
1) Data primer
adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan
penyelidik untuk tujuan penelitian.[20],Adapun
sumber data primer dalam penelitian ini adalah Ali
Qaimi, Peranan Ibu Dalam mendidik Anak,
Bogor: Cahaya, 2003, Alfiah Kalsum Ananda dan Muhammad Ridwan, Catatan Kasih
Bunda: Pengalaman Mengasuh Bayi dengan Cinta, Cet. I, Bandung: Al-Bayan
Mizan, 2004. H. M Arifin Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di
Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang,1997.
2) Data skunder yaitu sumber data yang
mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku “Fiqih
Wanita karya Kamil Muhammad Uwaidah yang diterbitkan Pustaka Al-Kautsar,
2006, Bersikap Terhadap Anak
karya Muhammad Fauzil Adhim yang diterbitkan Titian Ilahi Press, 1996, Ilmu
Pendidikan Teoretis dan Praktis karya M. Ngalim Purwanto Cet. XVI, yang
diterbitkan Remaja Rosdakarya, 2004, Bagaimana Membimbing, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak Secara
Efektif, karya Schaefer, Charles, Terj. R. Turman Sirait, yang diterbitkan Restu
Agung, 1997, Metode Pengembangan Moral Anak Prasekolah karya Dwi
Siswoyo dkk, yang diterbitkan FIP UNY. 2005, Konsep Pendidikan dalam Islam (Pendidikan
Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Anak), karya Fauji Saleh, (mengutip Ahmad
Husain al-Liqaini), yang diterbitkan Yayasan Pena, 2005.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik
pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik Library Research yaitu menelaah buku-buku, teks dan
literature-literature yang berkaitan dengan permasalahan di atas.[21]
Suatu metode pengumpulan data atau bahan melalui perpustakaan yaitu dengan
membaca dan menganalisa buku-buku, majalah-majalah yang ada kaitannya dengan
masalah yang penulis teliti. Selain itu juga akan memanfaatkan fasilitas
internet untuk memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan skripsi
ini.
6. Tehnik Analisa Data
Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia
membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap
analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara
dimensi-dimensi uraian.
Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah yakni suatu teknik
penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasi karakter khusus
secara obyektif dan sistematik yang menghasilkan deskripsi yang obyektif,
sistematik mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi.[22]
G. Kajian
Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini adalah:
Nama: Maulida Haryani Nim: A. 273857/2807
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Matangglumpangdua Bireuen tahun 2008
dengan judul dengan judul skripsi keharmonisan rumah tangga ditinjau dari
segi pendidikan hasil penelitiannya :
1.
Saling memahami
adalah kata kunci dari sekian banyak tips dan kiat untuk membina keluarga yang sakinah,
mawaddah, wa rahmah. Tiada artinya memiliki berbagai macam keahlian dan
ketrampilan tentang dunia keluarga apabila tidak ada kemauan untuk saling
memahami pasangan masing-masing.
2. Diantara aspek-aspek pendukung untuk melakukan kerukunan
dalam rumah tangga antara lain: Harus berkomitmen dengan ajaran Al-Qur’an dan
As- Sunnah sebagaimana yang di teladani oleh Rasulullah Saw. dalam
kehidupan rumah tangga beliau.
Penulis sangat tertarik
terhadap penelitian diatas mengenai keharmonisan rumah tangga, akan tetapi
penelitian tersebut belum menjelaskan secara detail tentang bentuk-bentuk
pendidikan keluarga dalam Islam, sehingga terlihat belum lengkap dalam sebuah
penelitian. Melalui penelitian ini penulis mendiskripsikan yang paling penting
dikaji adalah pendidikan keluarga menurut perspektif Islam.
[5] H.
M Arifin Ed, Hubungan Timbal Balik
Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan
Bintang,1997), hal. 86.
[9] Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 69.
[10]Soeganda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1999), hal. 12.
[11]John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus
Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 207.
[12]Syeh Muhammad al-Nuquib al-Attas, Konsep
Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam,
Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 65.
[14]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kadar Jaya, 2002), hal. 2.
[15]M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal.12
[17] Ibid., hal. 536.
[18] Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan Spiritual
Anak Dalam Keluarga Muslim, Terjemahan
Ibnu Murdah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hal. 5.
[19]TIM AKTA, Ilmu
Jiwa Perkembangan, (Banda Aceh: LPP IAIN Ar-Raniry, 1969), hal. 214.
[20]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
(Bandung:
Angkasa, 1987), hal. 163.