A.
Peranan Orang Tua dalam Mengatasi Penyimpangan Siswa
SMP Negeri 3 Juli
Setiap anak yang lahir kedunia,
pertama-tama diasuh dan dididik oleh orang tuanya. Orang tua sebagai peletak
dasar pendidikan yang akan menentukan arah dan tujuan pendidikan yang akan
dicapai oleh anak, baik menyangkut kehidupan keagamaan maupun kehidupan dunia. Rumah
tangga atau keluarga adalah taman kanak-kanak yang mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap proses belajar anak. Kegagalan mendidik dalam lingkungan
keluarga merupakan malapetaka bagi kehidupannya kelak.
Oleh karena itu dapat dikatakan
orang tua sangat berperan dalam proses belajar anak, dimana penanggung jawab
terhadap anak sebagai anggota keluarga adalah orang tua yang akan memberikan
corak hidup dan kehidupan di dunia ini, dan orang tua yang menentukan apakah
anak itu akan dijadikan anak yang terpelajar. Orang tua perlu memberikan materi
dan mengisi tulisan pertama terhadap anak yang masih putih bersih, kemudian
memilih sekolah mana yang akan dimasuki anaknya.
Berdasarkan hasil wawancara
penulis dengan bapak Muzakkir, salah seorang wali siswa SMP Negeri 3 Juli
Kabupaten Bireuen, dan menurut pengakuannya bahwa sebagian besar orang tua siswa
SMP Negeri 3 Juli Kabupaten Bireuen sudah berusaha sekuat tenaga dalam rangka
mengatasi penyimpangan siswa. Adapun usaha-usaha yang mereka lakukan antara
lain: dengan mengantarkan anaknya ketempat pengajian pada sore maupun malam
hari.[1]
B.
Peranan Guru dalam Mengatasi Penyimpangan Siswa SMP Negeri 3 Juli
Guru dalam dunia pendidikan
adalah prioritas. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan proses belajar mengajar,
guru menempati kedudukan sebagai figur sentral. Ditangan para gurulah terletak kemungkinan
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah, serta
pada tangan mereka pulalah bergantungnya masa depan karier para peserta didik
yang menjadi tumpuan para orang tuanya.
Guru memikul tugas dan tanggung
jawab yang tidak ringan. Disamping dia harus membuat pandai muridnya secara
akal (mengasah kecerdasan IQ) dia juga harus menanamkan nilai-nilai iman dan
akhlak yang mulia. Untuk itu guru harus memahami peran dan tugasnya, memahami kendala-kendala
pendidikan dan cara untuk mengatasinya. Dia harus mempunyai sifat-sifat positif
dan menjauhi sifat-sifat negatif agar bisa memainkan peranannya dalam memberi
pengaruh positif pada anak didiknya disamping sarana dan prasarana, metode dan
strategi pendidikan juga harus dikuasainya.
Berdasarkan wawancara penulis
dengan Bapak Baharuddin di SMP Negeri 3 Juli Kabupaten Bireuen peran dan tanggung
guru pendidikan agama Islam dihadapkan pada tantangan yang sangat besar dan
komplek, akibat pengaruh negatif dari Era Globalisasi serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi kepribadian dan akhlak pelajar
sebagai generasi muda penerus bangsa. Derasnya arus informasi media massa (baik
cetak maupun elektronik) yang masuk kenegara kita tanpa adanya seleksi seperti
sekarang ini sangat berpengaruh dalam mengubah pola pikir, sikap dan tindakan
generasi muda. Dalam keadaan seperti ini bagi pelajar yang tidak memiliki
ketahanan moral sangatlah mudah mengadopsi perilaku dan moralitas yang datang
dari berbagai media masa tersebut. Dijaman sekarang media masa telah menjadi pola
tersendiri dan menjadi panutan perilaku bagi sebagian kalangan. Padahal nilai-nilai
yang ditawarkan media masa tidak seluruhnya baik malah seringkali kebablasan
dan jauh dari nilai agama[2].
[1] Hasil wawancara penulis dengan Bapak Muzakkir wali siswa SMP Negeri 3 Juli
Kabupaten Bireuen pada Tanggal 23 Juli 2011
[2] Hasil wawancara penulis dengan Bapak Baharuddin Guru Pendidikan Agama Islam
pada SMP Negeri 3 Juli pada Tanggal 22 Juli 2011
0 Comments
Post a Comment