Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Prilaku Munafik


A.    Prilaku Munafik  
Prilaku Munafik


Adapun prilaku munafik adalah sebagai berikut:

1.     Menghalangi Manusia untuk berhukum dengan hukum Islam
Ketika ada seruan untuk mengikuti hukum-hukum Allah sebagai way of  life atau pandangan hidup. Mereka orang-orang munafik melakukan pertentangan dengan serius. Tidak itu saja, mereka bahkan memprovokasi orang-orang lain untuk menjahui mereka yang mengajak orang untuk berhukum dengan hukum Islam. Ajakan orang-orang munafik ini dinyatakan Allah seperti bujukan Syaitan, sehingga tidak heran manusia ada yang termakan dengan ajakan tersebut.[1]

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Hasyr ayat 16 sebagai berikut:
كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِّنكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ) الحشر: ١٦(
Artinya: (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam. (Qs. Al-Hasyr: 16). 

2.     Mengangkat orang kafir sebagai kawan (penolong, kekasih, dan atau pemimpin).
Kebiasaan para munafikin ialah “menjadikan orang-orang kafir sebagai Auliya’[2] (kekasih, teman karib, pemimpin)”[3]. “Mereka menjadikan orang kafir sebagi auliya’ agar mereka mendapatkan bantuan apabila sewaktu-waktu orang-orang beriman mengetahui dan memerangi mereka”.[4] Padahal dengan jelas Allah melarang orang beriman untuk menjadikan orang-orang kafir sebagai auliya’. “Orang mukmin hanya boleh berbuat baik kepada orang-orang kafir, itupun dengan syarat apabila orang-orang kafir  tidak memerangi dalam jalan Allah, dan tidak mengusir dari negeri”[5]. Intinya mereka adlah kafir dzimmi bukan kafir harbi. Perlu diketahui bahwa berbuat baik bukanlah berkasih sayang. Berbuat baik adalah memberikan kelebihan harta kita kepada orang-orang kafir. Orang mukmin diperbolehkan memberi, bukan menerima pemberian (makruh bila tidak menimbulkan rasa simpatik, haram bila sebaiknya).
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisaa’ ayat 144 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُواْ لِلّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَاناً مُّبِيناً) النساء: ١٤٤(
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu). (Q.S. Al-Nisaa’. 144).


3.     Membantu orang-orang kafir untuk menentang islam
Dalam rotasi kehidupan yang dijalani umat Islam saat ini, betapa sungguh dapat disaksikan bahwa semakin banyak yang menyangsikan efektifitas dari diberlakukannya syari’at Islam. Penentangan yang lumrah datang tentu dari umat di luar Islam yang merasa khawatir akan ‘terzhalimi’ oleh syari’at tersebut, namun penentangan yang keras dilakukan justru timbul dari tubuh umat Islam sendiri yang lebih berkiblat kepada akal dan hawa-nafsu semata.
Orang munafik niscaya akan membantu orang-orang kafir dalam pertentangan dengan Ummat Islam. Akan tetapi upaya bantuan mereka hanyalah tipuan belaka. Karena sifat munafik yang mendua, dari dua kekuatan yang saling bertentangan, yakni Islam dan kafir. Mereka para munafikin mengambil keuntungan dari kekuatan tersebut, serta apa yang dilakukan tidak lebih hanyalah upaya penyelamatan dirinya sendiri.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat 11-12  sebagai berikut:
أَلَمْ تَر إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَداً أَبَداً وَإِن قُوتِلْتُمْ لَنَنصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ, لَئِنْ أُخْرِجُوا لَا يَخْرُجُونَ مَعَهُمْ وَلَئِن قُوتِلُوا لَا يَنصُرُونَهُمْ وَلَئِن نَّصَرُوهُمْ لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنصَرُونَ) الحشر: ١١-١٢ (
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu." Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan. (Qs. al-Hasyr. 11-12).

4.     Malas melaksanakan shalat atau ria’
Allah Swt. berfirman dalam surat An-Nisa ayat 42 sebagai berikut:
يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَعَصَوُاْ الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الأَرْضُ وَلاَ يَكْتُمُونَ اللّهَ حَدِيثاً) النساء: ٤٢(
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Q.S. An-Nisaa’. 142).

Bila hati sudah tidak sunguh-sungguh dalam beriman, maka apa yang dilakukan juga merupakan permainan belaka. Sebagimana yang dilakukan oleh para munafikin, dalam masalah shalat mereka melaksanakannya dengan terpaksa sekali, itupun dilakukan bila di hadapan orang lain. Shalat yang dilakukan guna untuk menipu orang-orang mukmin bahwa dia adalah orang yang beriman karena telah melakukan sebuah perintah yang paling urgent dalam pokok ajaran Islam. Bila shalat yang merupakan keajiban utama dalam rukun Islam saja sudah berani mereka poitisif guna mendapatkan pengakuan orang mukmin, terus bagimana dengan amalan-amalan yang lain?. Tentunya mereka malah berena untuk mempermainkannya.
5.     Mengatakan orang beriman ditipu agama dan bodoh
Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 49 sebagai berikut:
إِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ غَرَّ هَـؤُلاء دِينُهُمْ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ فَإِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ) الأنفال: ٤٩(
Artinya: (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya. (Allah berfirman): Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al-Anfal. 49).



6.     Tidak mau berperang, karena takut mati
Orang-orang muanfik, tidak mau berperang, baik atas ajakan orang-rang beriman maupun orang-orang kafir yang menjadi sekutunya, disebabkan karena dia melakukan sikap kemunafikan tersebut dalam rangka menyelamatkan dirinya, sehingga jelas sekali mereka takut mati. Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak berperang, dan hati mereka telah dikunci mati maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad).[6]

7.     Membangun masjid untuk menimbulkan kemudharatan.
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: Kami tidak menghendaki selain kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).Orang-orang munafik juga ikut membangun masjid-masjid, tetapi tidak dijadikan sebagai pusat harakah Islamiyah, tidak dijadikan tempat untuk mengembangkan kegiatan Islam, tetapi dijadikan sebagai perusak terhadap perkembangan Islam itu sendiri. Masjid didirikan sebagai pemudharatan umat Islam, masjid dijadikan perisai untuk merusak Islam dan umat Islam.[7]

8.     Ingkar terhadap ikrarnya kepada Allah
“Orang-orang munafik berikrar kepada Allah Swt. untuk siap melaksanakan ajaran Islam dan beriman dengan sebenar-benarnya, manakalah tercapai apa yang menjadi keinginannya, tetapi apabila keinginan tersebut benar-benar tercapai, lantas mereka ingkar terhadap ikrarnya kepada Allah”.[8]
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 75-78 sebagai berikut:
وَمِنْهُم مَّنْ عَاهَدَ اللّهَ لَئِنْ آتَانَا مِن فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ, فَلَمَّا آتَاهُم مِّن فَضْلِهِ بَخِلُواْ بِهِ وَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعْرِضُونَ, فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُواْ اللّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكْذِبُونَ, أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللّهَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ) التوبة: ٧٥-٧٨ (
Artinya: Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.  Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib.(Q.S. At-Taubah. 75-78).        



               [1] Abd. Wahid Syarkani, Orang-orang...., hal. 52.

               [2] Ibid, hal. 53.

               [3] Abuyah Ahmad Ilham Masduqie, Syifa al-Shudur, (Pasuruan:  Aqdaamul Ulama’, 2002), hal. 12.

               [4] Abd. Wahid Syarkani, Orang-orang Munafik..., hal. 53.

               [5] Ahmad Ilham Masduqie, Syifa al-Shudur...., hal. 12.
               [6] Ibid., hal. 13.

               [7] Abd. Wahid Syarkani, Orang-orang Munafik..., hal. 54.

               [8] Ibid, hal. 54-55.