Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Prinsip Universal dalam Evaluasi Pendidikan


BAB III

PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN DALAM  AL-QUR’AN
Prinsip Universal dalam Evaluasi Pendidikan

A.    Prinsip Universal dalam Evaluasi Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang esinsial bagi manusia. Manusia bisa menghadapi alam semesta demi mempertahankan hidupnya agar tetap survive melalui pendidikan. Karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrinnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan, diperlukan prinsip-prinsip. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:
Pertama, prinsip-prinsip yang mendasari tujuan pendidikan Islam adalah prinsip universal (menyeluruh), keseimbangan dan kesederhanaan, kejelasan, realisme dan realisasi, serta dinamisme. Adapun prinsip-prinsip yang mendasari prinsip kurikulum pendidikan Islam itu adalah prinsip ruh Islamiyah, universal, kesesuaian dengan perkembangan psikologi anak dan prinsip memperhatikan lingkungan sosial. Kedua, prinsip yang mendasari metode pendidikan Islam adalah prinsip kesesuaian dengan psikologi anak, menjaga tujuan pelajaran, memelihara tahap kematangan dan prinsip partisipasi praktikal. Sedangkan prinsip-prinsip yang mendasari murid dan guru dalam pendidikan Islam adalah prinsip humanistik, prinsip egaliter dan prinsip demokratis. Ketiga, prinsip-prinsip yang mendasari lingkungan pendidikan Islam secara umum adalah adanya integrasi anak terhadap lingkungan sehingga dia merasakan bahwa dirinya bagian dari lingkungan. Sedangkan prinsip-prinsip yang mendasari evaluasi pendidikan Islam adalah prinsip objektivitas, keadilan, kejujuran dan prinsip keterbukaan[1].
Evaluasi dalam wacana keIslaman tidak dapat ditemukan padanan yang pasti, tetapi terdapat term-term tertentu yang mengarah pada makna evaluasi di atas. Term-term tersebut antara lain:
1.     Al-hisab
Memiliki makna mengira, dan menghitung. Hal ini dapat dilihat pada ayat berikut :
لِّلَّهِ ما فِي السَّمَاواتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ) البقرة: ٢٨٤(
Artinya:   Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Qs. Al Baqarah : 284).
2.      Al-bala
Memiliki makna cobaan dan ujian. Misalnya dalam ayat berikut :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ) الملك: ٢(
Artinya:   Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Qs. Al Mulk : 2).
3.      Al-hukm
Memiliki makna putusan atau vonis. Misalnya dalam ayat berikut :
إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُم بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ) النمل: ٧٨(
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan keputusan-Nya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.(Qs. An Naml: 78)
4.      Al-qadha
Memiliki makna arti putusan. Misalnya dalam ayat berikut :
قَالُوا لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا) طه: ٧٢(
Artinya: Mereka berkata: Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.(Qs. Thahaa : 72).
5.      Al-nazr
Memiliki arti melihat. Misalnya dalam ayat berikut:
قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ) النمل: ٢٧(
Artinya:   Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.(Qs. An Naml: 27).



[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 24.