A.
Professionalisme Guru Honor Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan
di MIN No. 1 Peudada
Guru yang telah berusaha secara
maksimal tidak mempunyai arti bila tidak berpengaruh pada anak didiknya.
Pengaruh ini akan tampak pada perubahan yang dialami oleh siswa. Seorang guru
yang mempunyai kompetensi harus mampu membangkitkan prestasi belajar siswa, ini
mutlak harus didapatkan sebagai imbangan dari usaha yang dilakukannya.
Untuk membentuk kompetensi guru
seperti yang diharapkan, pihak sekolah selalu memberikan kesempatan untuk
mengembangkan diri pada guru. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain dengan
mengaktifkan kegiatan kelompok guru, memberikan kesempatan berkuliah untuk
meningkatkan profesional secara akademik dan memberikan pelatihan-pelatihan dan
bimbingan-bimbingan yang bersifat membangun kompetensi.[1]
Perubahan yang didapat oleh siswa
bisa berupa bentuk perubahan perilaku kearah yang lebih baik dan bisa juga
dalam bentuk hasil penilaian evaluasi pelajaran yang ditempuhnya. Dalam
penelitian ini yang akan diteliti adalah hasil perubahan dalam bentuk nilai
yang diperoleh oleh siswa sebagai aplikasi terhadap pemahaman dalam materi
pelajaran yang dikuasainya.
Bila dilihat dari segi pencapaian
nilai siswa dalam bidang studi dapat dinilai bahwa mereka telah berhasil dalam
menuntaskan materi pelajaran yang dipelajari. Berdasarkan data yang penulis
dapatkan dari guru honor daerah di MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen nilai
harian dan nilai tugas yang didapat oleh siswa telah mencapai angka “baik”.[2]
Nilai yang tinggi tidaklah diperoleh
begitu saja, tetapi harus melalui usaha belajar yang tekun dan kerajinan dalam
mengikuti pelajaran. Keaktifan siswa MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen dalam
mengikuti kegiatan belajar-mengajar cukup efektif. Keaktifan dalam kehadiran
dibuktikan dengan absensi harian kelas yang setiap harinya siswa berhadir
kesekolah untuk mengikuti pembelajaran kecuali karena alasan yang memaksa
mereka untuk absen dari sekolah seperti: kematian anggota keluarga, pesta
keluarga dan alasan-alasan lainnya yang bisa diterima oleh guru yang mengajar.[3]
Dalam pembelajaran siswa ikut aktif
didalamnya. Guru hanya berperan sebagai moderator, materi pelajaran yang
diberikan dipelajari sendiri oleh siswa baik itu secara diskusi kelompok maupun
belajar individu. Sebagian materi pelajaran yang diberikan oleh guru honor
daerah lebih banyak diselesaikan melalui diskusi atau kerja kelompok. Disini
dituntut keaktifan siswa untuk memecahkan masalah yang ditemuinya. Bila dalam
pembelajaran ditemui kesulitan akan berusaha dipecahkan bersama-sama, dan jika
tetap tidak ditemui jalan keluar barulah guru mengemukakan teori yang sesui
dengan permasalahan yang ditemui. Ini adalah cara yang dipergunakan oleh guru
honor daerah dalam mengajar.[4]
Kegiatan belajar-mengajar yang
menggunakan pola klasikal turut berlangsung dengan efektif. Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru dengan tekun menyimaknya. Apabila terdapat kesulitan atau
materi yang tidak dimengerti mereka tidak segan-segan untuk bertanya pada guru
yang bersangkutan, guru pun sangat bijak dalam menangani pertanyaan-pertanyaan
dari siswa. Guru berusaha tidak memveto kegiatan belajar-mengajar dan terlebih
dahulu melemparkan segala permasalahan atau kesulitan pelajaran kepada siswa
yang lain untuk menjawabnya. Kegiatan seperti ini mendorong semangat siswa
untuk terus belajar dan berpacu dalam menjawab atau memecahkan masalah yang
ditemui oleh teman-temannya. Ini adalah pendapat siswa tentang cara guru honor
daerah mempraktekkan cara mengajarnya.[5]
Untuk mendukung keaktifan belajar
mandiri seperti ini, sekolah ataupun guru bidang studi berusaha menyediakan
buku paket maupun buku-buku penunjang pelajaran terutama dalam dalam setiap
bidang studi pokok. Setiap siswa mendapatkan sebuah buku paket yang bisa mereka
pergunakan baik disekolah maupun untuk belajar dirumah. Dengan adanya buku
paket yang dipergunakan oleh siswa turut membantu kelancaran belajar-mengajar.
Dalam setiap materi pelajaran yang ditemui, para siswa terlebih dahulu telah
mempelajarinya dirumah. Dengan kata lain, adanya buku paket bagi siswa telah
mengefektifkan waktu dalam belajar, sehingga guru tidak perlu mengenalkan
terlebih dahulu materi pelajaran yang akan dipelajari sehingga akan
menghabiskan waktu secara sia-sia. Hal yang sama juga diterapkan oleh guru-guru
berstatus pegawai negeri yang mengajar disana.[6]
Walaupun siswa telah memiliki buku
paket dan guru yang berkompetensi dibidangnya, tetaplah ditemui kendala-kendala
dalam kegiatan proses belajar-mengajar baik itu kendala yang datang dari guru
yang mengajar maupun kendala dari diri siswa itu sendiri.
Untuk menyikapi kendala-kendala yang
dihadapi oleh siswa, guru turut berusaha memecahkannya, diantara langkah
langsung yang diambil oleh guru adalah dengan memberikan nasehat-nasehat,
mencoba penjelasan dengan metode yang lain dan adakalanya guru mengabaikannya
saja.[7]
Dengan langkah-langkah yang diambil
oleh guru honor daerah ternyata cukup efektif untuk meningkatkan minat dan
prestasi belajar. Sebagaimana pengakuan para siswa bahwa mereka memahami materi
yang diberikan dengan metode yang diberikan oleh guru. Untuk mendukung
peningkatan prestasi belajar yang maksimal, para siswa juga aktif untuk
mempelajari sendiri materi pelajaran, hal ini turut berperan dalam meningkatkan
prestasi mereka disekolah. Dan secara umum para siswa senang dan suka mengikuti
pelajaran dengan gurunya walaupun status gurunya hanya guru honor daerah.[8]
Secara umum dapat dikatakan bahwa
para siswa MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen mengulangi pelajaran yang telah
dipelajarinya disekolah dan kemudian melakukan penguatan sendiri dirumah dengan
kesadaran yang tidak dipaksakan, kemauan yang timbul pada diri siswa ini tidak
terlepas dari kinerja guru honor daerah dalam memberikan dukungan dan motivasi
pada siswa untuk selalu belajar tanpa mengenal tempat dan waktu.[9]
Kemampuan
guru honor daerah dalam mengajar dan memotivasi siswa membuat kompetensi yang
dimiliki oleh guru honor daerah tidak lagi beda dengan cara yang diterapkan
oleh guru yang berstatus pegawai negeri. Apalagi dimadrasah tidak pernah ada
pembedaan sikap antara guru honor dan guru negeri, semuanya mempunyai tanggung
jawab yang sama dalam memajukan madrasah.[10]
Dan kinerja
yang dilaksanakan oleh guru honor daerah dalam mengajar, membuat puas semua
pihak disekolah, sehingga para guru negeri pun menaruh hormat dan menghormati
peran guru honor daerah disebabkan karena kemauan para guru tersebut untuk
melaksanakan tugasnya terutama tugas dalam mengajar dengan penuh tanggung
jawab.[11]
[1]Wawancara penulis dengan Usman (Kepala MIN MIN
Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen) Tanggal 10 Juli 2011.
[2]Wawancara Penulis dengan Hj. Nilam, S.Ag (Kepala MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen) Tanggal 09 Juli 2011.
[3]Wawancara dengan Rosdiana, A.Ma (Guru honor
pada MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen) Tanggal 07 Juli 2011.
[4]Wawancara Penulis dengan Novita, A.Ma (guru
honor pada MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen) Tanggal 08 Juli 2011.
[5]Wawancara penulis dengan faiza(siswa
MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen) tanggal 07 Juli 2011.
[6]Wawancara penulis dengan Yuliana (guru honor pada MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten
Bireuen) Tanggal 09 Juli 2011.
[7]Wawancara penulis dengan Rosdiana, A.Ma (guru honor daerah pada MIN Nomor 1 Peudada
Kabupaten Bireuen) Tanggal 07 Juli 2011.
[8]Wawancara penulis dengan Ramadhan (siswa MIN
Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen) tanggal 07 juli 2011.
[9]Wawancara penulis dengan Bukhari (guru PNS pada
MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten Bireuen) Tanggal 07 Juli 2011.
[10]Wawancara penulis dengan Maryana, A.Ma (guru PNS pada MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten
Bireuen) Tanggal 06 Juli 2011.
[11]Wawaancara penulis dengan Hambali, A.Ma (guru PNS pada MIN Nomor 1 Peudada Kabupaten
Bireuen) Tanggal 06 Juli 2011.
0 Comments
Post a Comment