A.
Bentuk-bentuk
hadist yang dipelajari
Berdasarkan wawancara penulis dengan Teungku Khaidir, guru Dayah Almadinatuddiniyah
Babussalam, bahwa bentuk-bentuk hadist yang dipelajari didayah tersebut adalah
sebagai berikut[1]:
1. Hadits Qauli
a).
Contoh hadits
qauli ialah tentang do’a Rasulullah SAW yang ditunjukan kepada orang yang
mendengan, menghafal dan menyampaikan ilmu. Hadits tersebut berbunyi :
نصر الله امرأ سمع منا حديثا فحفظه وبلغه غيره فرب
حامل فقه ليس بفقيه ثلاث لايغل عليهن قلب مسلم اخلاص العمل لله ومناصحة ولاة
الامور ولزوم جماعة فان دعوتهم طحيط من ورائهم
Artinya: Semoga
Allah memberikan kebaikan kepada orang yang mendengarkan perkataan dariku
kemudian menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain karena banyak orang
yang berbicara mengenal fiqih padahal ia bukan ahlinya. Ada tiga sifat yang
dapat menghindari timbulnya rasa dengki dihati seorang muslim, yaitu ikhlas
beramal kepaa Allaw SWT, salng menasehati dengan pihak penguasa, dan patuh atau
setia terhadap jamaah. Karena sesungguhnya do’a mereka akan membimbing dan
menjaganya dari belakang”.
Hadits berupa
sabda Rasulullah SAW dalam berbagai hal dan keadaan.
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا (رواه مسلم(
Artinya: Orang
mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang satu sama yang
lainnya saling menguatkan:. (HR. Muslim)[2]
Contoh lain,
hadits tentang bacaan Al-Fatihah dalam Shalat:
لاصلاة لمن لم يقرأ بام الكتاب
Artinya: “Tidak sah shalat
seseorang yang tidak membaca Ummul Qur’an.
2. Hadits Fi’li
Contoh hadits
fi’li tentang sholat adalah sabda Nabi SAW yang berbunyi:
صلوا كما رايتمونى اصلى (رواه البخارى ومسلم(
Artinya: Shalatlah
kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat. (HR.Bukhori dan Muslim)[3].
Contoh lainnya yang berbunyi:
كان النبى صلعم يصلى على راحلته حيث توجهت فاذا اراد
الفريضة نز فاستقبل القبلة (رواه الترمذى ومسلم واحمد(
Artinya: Nabi Muhammad SAW sholat diatas
tunggangannya kemana tunggangannya itu menghadap. (HR.
At-Turmudzi,Muslim dan Ahmad)[4].
كان النبى صلعم يسوى صفوفنا اذا قمنا الى الصلاة فاذا
استوينا كبر(رواه مسلم(
Artinya: Nabi
SAW menyamakan (meluruskan) shaf-shaf kami ketika kami melaksanakan shalat,
apabila shaf-shaf kami telah lurus, barulah Nabi SAW bertakbir. (HR.
Muslim)[5]
3. Hadits Taqriri
Contoh :
كنا نصلى ركعتين بعد غروب الشمس وكان رسول الله صلعم يزانا ولم يأمرنا ولم
ينهنا )رواه مسلم(
Artinya:
Kami (para sahabat) melakukan shalat dua rakaat sesudah terbenam matahari
(sebelum shalat magrib). Rasulullah SAW terdiam ketika melihat apa yang kami
lakukan, beliau tidak menyuruh dan tidak pula melarang kami. (HR.
Muslim)[6]
Diantara
contoh hadits taqriri ialah sikap Rasul SAW membiarkan para sahabat
melaksanakan perintahnya sesuai dengan penafsiran mereka terhadap sabdanya yang
berbunyi:
لايصلين احد العسر لافى بنى قريضة (رواه البخارى(
Artinya: Janganlah seseorangpun shalat ashar kecuali
bila tiba dibani Quraidah. (HR. Bukhari)[7]
Sebagian
sahabat memahami larangan tersebut, sehingga mereka tidak melaksanakan shalat
ashar pada waktunya. Segolongan sahabat lainnya memahami perintah tersebut
dengan segera menuju bani Quraidhah sehingga mereka dapat melaksanakan shalat
tepat pada waktunya. Sikap para sahabat ini dibiarkan oleh Nabi SAW tanpa
menyalahkan atau mengingkarinya.
[1] Hasil Wawancara dengan Teungku Khaidir guru Dayah Almadinatuddiniyah Babussalam, Tanggal 10 Juli 2011.
[3]
Abdul Ghani Azmi Haji Idris, Himpunan Hadits-Hadits Shahih, (Kuala Lumpur: Arrisalah, 2005), hal. 491.
[5] Ibid., hal. 250.
[6] Abdullah
bin Abdurrahman Ali Bassam, Syarah Hadits Pilihan Bukhari Muslim, (Jakarta: Darul Falah, 2002), hal. 555.
0 Comments
Post a Comment