A. Proses
Pembelajaran yang Bermutu
Dalam konteks model pembelajaran bermutu, pembelajaran
harus inovatif dan penuh tantangan bagi siswa, dan guru harus mau keluar dari
model pembelajaran tradisional, bahwa pada model pembelajaran ini siswa hanya
mendengarkan ceramah atau mendengarkan penjelasan guru, lalu akhir pelajaran
siswa menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan guru.
Dalam model pembelajaran bermutu guru harus memperbanyak
pembelajaran ekslorasi, yaitu pada pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih
banyak bergerak atau berpindah tempat secara fisik, dan ruangan harus jadi
pertimbanagan guru agar anak dapat bergerak secara leluasa. Misalnya dalam
model penempatan bangku dan meja tidak selalu harus berjejer rapih dan berderet,
tetapi harus selalu berpindah-pindah (moving) dan siswa terlibat dalam
tugas kelompok pada meja yang berbeda-beda.[1]
Dalam model pembelajaran yang bermutu, guru dituntut
untuk senantiasa kreatif untuk menciptakan model-model pembelajaran yang
bermakna bagi siswa. Dalam konteks model pembelajaran bermutu ini guru harus
bisa mengungkapkan kemampuan siswanya, tidak hanya mengungkapkan kemampuan satu
ranah mengingat (kognitif) saja, tetapi guru harus bisa juga
mengungkapkan keterampilan ranah lainnya seperti pemahaman (Afektif) dan
aspek keterampilan (Psikomotor).[2]
Model pembelajarannya siswa tidak bekerja sendiri tetapi
harus senantiasa berkelompok sengan mempertimbangkan juga kemampuan individunya
dalam kelompok tersebut. dalam hal ini guru harus membedakan kemampuan siswa
yang berada diatas, yang sedang atau yang rendah sehingga dalam pembagian tugas
akan berbeda cara pengerjaanya didalam kelompok. Untuk mencapai sasaran tujuan
pembelajaran yang bermutu maka diperlukan metode atau cara yang tepat dan
pengalaman belajar yang variatif agar siswa tidak bosan. sistem pendekatannya
bisa dengan VAK (Visual, Auditoris, dan Kinnaestetis).
Pembelajaran yang menggunakan sistem visual bisa
dipraktekkan dengan melihat gambar, diagram, video, atau demonstrasi. Pada
pembelajaran ini , siswa dapat menceritakan kembali, menganalisis yang
dilihatnya, dan mencatat kejadian-kejadian yang dilihatnya. Pembelajaran lewat
mendengarkan (Auditoris) , dipraktekkan dengan media radio, CD, kaset adan siswa
mencatat hal-hal yang penting. pembelajaran yang terlibat secara fisik
(Kinaestetis), dapat dilakukan dalam suatu tugas seperti permainnan peran,
simulasi, tugas-tugas praktek sehingga anak dapat terlibat langsung dan dapat
bergerak mengekspresikan kemampuannya. Pada prakteknya penggunaan VAK
kadang-kadang tidak berdiri sendiri akan tetapi kadang-kadang juga harus
digabungkan dalam pengkondisiannya.
Untuk menuju model pembelajaran yang bermutu harus
menerapkan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan, dalam hal ini yaitu
PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran
yang menyenangkan tujuannya agar situasi dalam pembelajaran baik didalam maupun
di luar kelas tidak menimbulkan kekakuan atau menakutkan siswa, sehingga akan
menimbulkan dampak yang positif bagi siswa yaiti memunculkan kreatifitas dan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Perlu diingat guru, bahwa pengertian
pembelajaran yang menyenangkan tidak selalu identik dengan kegiatan
nyanyi-nyanyi saja, tetapi bisa dimulai dari : pengaturan ruangan yang menarik
dan nyaman.[3]
Hal ini penting sekali dilakukan oleh seorang
guru sebelum memulai pembelajaran. Penerangan kelas yang memadai dan ventilasi
udara yang bagus turut menunjang dalam menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan. Pengaturan tempat duduk yang tidak statis yaitu siswa bisa
berpindah-pindah tempat sesuai kebutuhan pembelajaran juga merupakan hal yang
sangat diperlukan.
[1] Tim
Dosen IAIN Sunan Ampel Malang, Dasar-dasar Kependidikan Islam,
(Surabaya: Karya Abdi, 1996), hal. 246.
0 Comments
Post a Comment