Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Sejarah Ringkas Masa Tabi’in


B A B I
P E M B A H A S A N

A. Latar Belakang Masalah
            Nabi Muhammad adalah Qur’an berjalan. Dia adalah pengejawantahan Qur’an di dunia. Kawan-kawan karibnya tahu betul akan hal ini. Karena inilah mereka menemaninya. Karena inilah mereka digelar “Kawan-kawan sang Nabi”. Kata “kawan” di sini tidak berarti umum. Tidak semua Muslim pada saat itu adalah kawan Muhammad, dan hanya mereka yang bisa bertemu dengannya (kecuali satu orang yang dianggap Nabi sebagai kawannya meskipun orang itu tidak dapat datang atau bertemu dengannya).
            Kawan-kawan karib Muhammad sadar akan berharganya Muhammad, sehingga mereka berusaha setengah mati untuk bisa bersama dengannya dan untuk mencatat dan menjadi bagian dari semua yang dia katakan dan lakukan. Omar membuat persetujuan dengan kawan karib Muhammad lainnya bahwa mereka akan bergantian menemani Muhammad. Yang seorang akan pergi ke luar untuk bekerja menafkahi keluarganya, sedangkan yang lain akan diam tinggal bersama Muhammad dan mencatat semua yang dikatakan dan dikerjakannya. Pada akhir hari, mereka semua akan membagi apa yang mereka ketahui.
            Contoh lain adalah Abu Hurairah. Meskipun dia jadi Muslim dalam tahun akhir kenabian Muhammad, tapi dia adalah penyampai kisah tentang sang Nabi terbanyak diantara semua kawankarib Nabi. Ini karena begitu dia jadi Muslim, dia lalu diangkat jadi Ahlu-Suffah (kawan-kawan karib yang tinggal di mesjid Nabi) dan dia membaktikan hidupnya untuk menemani Nabi dan belajar darinya. Begitu banyak kisah yang disampaikannya sehingga beberapa kawan lain mengujinya dan dia berhasil lulus ujian.
            Tradisi ini dilakukan dengan ketat sehingga jika sang Nabi berbuat sesuatu dalam tradisi asli, para penyampai cerita sepanjang waktu juga berbuat hal yang persis sama. Ada satu kelompok Hadis yang disebut sebagai “Al-Musalsalat” di mana penyampai cerita akan berkata “dan lalu sang Nabi melakukan ini …” dan dia pun berbuat persis sama seperti yang dilakukan Nabi. Contohnya, tersenyum atau berjabatan tangan atau menekuk jari-jari agar terbelit dengan jari-jari yang lain (tashbik). Beginilah persisnya orang-orang mempertahankan tradisi, sehingga bahkan jika sang Nabi membuat suatu gerakan tubuh, mereka (penyampai cerita) akan menceritakan dan melakukannya.













B A B  II
P E M B A H A S A N
A. Sejarah Ringkas Masa Tabi’in
            Tabi'in artinya pengikut, adalah orang awal yang masa hidupnya setelah para sahabat dan tidak mengalami masa hidup Nabi.[1] Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup. Tabi'in disebut juga sebagai murid sahabat Nabi .
            Dimulai pada tahun 41 Hijriah sampai akhir abad satu Hijriah. Fiqih pada masa ini semakin berkembang lagi, apalagi pasca Tahkim. Umat Islam saat itu menjadi terbagi kedalam beberapa jama'ah. Disamping pada perjalanan selanjutnya muncul dua madrasahyang ikut mewarnai fiqih.
            Tahkim ini sedikit banyaknya mempengaruhi fiqih pada saat itu, meskipun pada awalnya jama'ah-jama'ah itu muncul disebabkan polemik politik.
            Namun jama'ah-jama'ah tersebut berkembang sampai menyentuh aspek fiqih. Seperti; Khawarij berijtihad mengkafirkan pelaku dosa sekecil apapun, menjilid penzina baik yang sudah berkeluarga ataupun tidak, dengan alasan memakai dalil surat An Nur:2 dan mengabaikan hadits-hadits Nabi tentang perajaman penzina yang sudah berkeluarga, juga mereka berijtihad membolehkan wasiat kepada orang tua dengan memakai dalil surat Al Baqarah:180 dan menafikan hadits .
            Adapun Syi'ah mereka hanya menafsirkan ayat sesuai dengan visi mereka, mereka menolak pendapat diluar golongannya, mereka menolak Qiyas dan Mashalih Mursalah untuk dijadikan perangkat istinbath.
            Namun di sisi lain, masih ada kaum muslimin yang masih memegang teguh syari'at dengan berijtihad tidak keluar dari ranah-ranah syari'at. Mereka inilah yang dijanjikan Allah dengan syurga (lihat QS. At Taubah:100), juga yang disebutkan Nabi sebagai masa yang terbaik setelah masa sahabat .
            Pada masa ini dimulai dikumpulkannya hadits-hadits Nabi atas perintah Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz kepada Imam Az Zuhury, meskipun pengkodifikasiannya belum dikumpulkan secara per-bab. Hal ini dilakukan Khalifah demi menjaga Hadits-haditsNabi dari bercampurnya dengan hadits-hadits Maudlu'.[2]
            Juga, muncul dua madrasah yang memiliki perangkat ijtihad yang berbeda. Yaitu Madrasah Ahli Hadits, madrasah ini terletak di Hijaz yang diusung oleh beberapa Tabi'in diantaranya: Said bin Musib, Urwan bin Zubair Sulaiman bin Yasar dll. Mereka berpandangan bahwa di dalam Al Qur'an dan As Sunnah telah terdapat hukum-hukum, karenanya ra'yu tidak bisa dijadikan sebagai perangkat istinbath hukum.
            Adapun madrasah Ra'yu terletak di Kuffah-Iraq dengan pengusungnya diantaranya: Al Harits Al A'war, Al Aswad bin Yazd, Masruq bin Amr As Salmani. Mereka berpendapat bahwa syari'at sarat dengan masuk akal, maka akal bisa dijadikan sebagai perangkat istinbath hukum
B. Kekhalifahan Tokoh Tabi’in ( Umar bin Abdul Aziz )
            Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah hanya dua tahun lebih. Tetapi pada masa itu sangat banyak kesuksesan yang beliau lakukan. Beliau yang menghapuskan caci-maki terhadap Imam Ali dan keluarganya yang dilakukan khatib saat khutbah Jum’at dan mengganti dengan membaca surat An-Nahl ayat 90. Sampai sekarang khutbah Jum’at membaca ayat itu mengikuti sunnah yang baik dari Umar bin Abdul Aziz. Beliau juga menolak Nepotisme dari keluarganya, Bani Umayyah.
            Dalam masalah ilmu dan kekhusyu’an, Umar bin Abdul Aziz adalah termasuk ulama panutan. Berkata Maimun bin Mahran, ”Para ulama di hadapan Umar bin Abdul Aziz menjadi murid[3]. Beliau adalah gurunya para ulama.” Di masa beliaulah penulisan hadits-hadits Rasululah SAW. dilakukan sehingga berkembanglah tadwin hadits dan penulisan buku hadits.
            Sedangkan ibadahnya sangat menyerupai Rasululah saw. Anas bin Malik r.a. berkata, ”Saya tidak shalat berjamaah bersama imam yang lebih menyerupai shalatnya Rasulullah daripada shalat bersama pemuda ini (Umar bin Abdul Aziz) ketika beliau di Madinah.” Anas meneruskan, ”Beliau menyempurnakan ruku’ dan sujud, dan memendekkan berdiri dan baca Al-Qur’an.”
C. Tokoh-Tokoh Pada Masa Tabi’in
• Said bin Al-Musayyib
• Uwais Al-Qorniy
• Urwah bin Az-Zubair
• Saalim bin Abdillah bin Umar
• Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah bin Mas'ud
• Muhammad bin Al-Hanafiyah
• Ali bin Al-Hasan Zainal Abidin
• Al-Qaasim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq
• Al-Hasan Al-Bashriy
• Muhammad bin Sirin
• Abu Hanifah Umar bin Abdul Aziz
• Muhammad bin Syihab Az-Zuhriy.
• Ahmad Bin Hanbal
D. Hadist Pada Masa Tabi’in.
            Setelah masa sahabat berakhir, maka munculah masa Tabi’in, masa ini periwayatan hadits berkembang sangat pesat lebih dari masa sebelumnya, mereka mengandalkan lawatan berbagai penjuru negeri untuk menemui sahabaat yang lafal hadits.[4]
            Di antara  tokoh-tokoh tabi’in yang termashur dalam periwayatan hadits adalah :
1. Di Madinah, antara lain : Sa’id, Urwah, Abu Baka bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, Ubaidillah bin Abdullah bin Utsbah, Salim bin Abdullah bin Umar, Sulaiman bin Yasar, al-Qosim bin Muhammad bin Abu bakar, Nafi’, Az-Zuhri, Zinad, dll
2. Di Mekkah, antara lain : Ikrimah, Atha’ bin Abi Rabah, Abul Zubair, Muhammad bin Muslim.
3.  Di Kuffah antara lain : As-Sya’bi, Ibrahim An-Nakha-i, al-Qomah An-Nakha-i.
4. Di Basrah, antara lain : Al-Hasan, Muhammad bin Sirin dan Qatadah, Di Syam antara lain : Umar bin Abdul Aziz, Qabishah bin Dzuaib dan Makhul Ka’bul Akhbar.
5. Di Mesir, Antara lain : Abul Khair Martsad bin Abdullah al-Yazini, Yazid bin     Murabbih.
6. Di Yaman, antara lain : Thaus bin Kaisan al-Yamani dan Wahab bin Munabbih.
























B A B  III
P E N U T U P
            Berdasarkan uraian-uraian yang penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan serta mengajukan beberapa saran.
 A. Kesimpulan
1.   Tabi'in artinya pengikut, adalah orang awal yang masa hidupnya setelah para sahabat dan tidak mengalami masa hidup Nabi. Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup. Tabi'in disebut juga sebagai murid sahabat Nabi.
2.  masa Tabi’in ini dimulai dikumpulkannya hadits-hadits Nabi atas perintah Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz kepada Imam Az Zuhury, meskipun pengkodifikasiannya belum dikumpulkan secara per-bab. Hal ini dilakukan Khalifah demi menjaga Hadits-haditsNabi dari bercampurnya dengan hadits-hadits Maudlu', Dalam masalah ilmu dan kekhusyu’an, Umar bin Abdul Aziz adalah termasuk ulama panutan. Berkata Maimun bin Mahran, ”Para ulama di hadapan Umar bin Abdul Aziz menjadi murid. Beliau adalah gurunya para ulama.” Di masa beliaulah penulisan hadits-hadits Rasululah SAW. dilakukan sehingga berkembanglah tadwin hadits dan penulisan buku hadits.
3. tokoh-tokoh tabi’in yang termashur dalam periwayatan hadits adalah : 1. Di Madinah, antara lain : Sa’id, Urwah, Abu Baka bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, Ubaidillah bin Abdullah bin Utsbah, Salim bin Abdullah bin Umar, Sulaiman bin Yasar, al-Qosim bin Muhammad bin Abu bakar, Nafi’, Az-Zuhri, Zinad, 2. Di Mekkah, antara lain : Ikrimah, Atha’ bin Abi Rabah, Abul Zubair, Muhammad bin Muslim. 3. Di Kuffah antara lain : As-Sya’bi, Ibrahim An-Nakha-i, al-Qomah An-Nakha-i. 4. Di Basrah, antara lain : Al-Hasan, Muhammad bin Sirin dan Qatadah, Di Syam antara lain : Umar bin Abdul Aziz, Qabishah bin Dzuaib dan Makhul Ka’bul Akhbar. 5. Di Mesir, Antara lain : Abul Khair Martsad bin Abdullah al-Yazini, Yazid bin Murabbih. 6. Di Yaman, antara lain : Thaus bin Kaisan al-Yamani dan Wahab bin Munabbih.
B. Saran - Saran
1.     Disarankan kepada umat islam untuk dapat mengamalkan islam sesuai dengan petunjuk Al – qur’an dan as – Sunnah.
2.     Disarankan kepada para mahasiswa/I untuk dapat meningkatkan pembelajaran tentang kajian Al – Qur’an dan As – Sunnah.
3.     Disarankan kepada umat islam untuk berpegang tuguh kepada Al – Qur’an dan as – Sunnah.












DAFTAR PUSTAKA

Rahman,Fatchur,Ikhtisar Musthalahul Hadits. Bandung: PT Al-ma’arif, 1974

Al-Ma’udi,Hafidz Hasan. Ilmu Musthalahah Hadits.Surabaya:Al-Hidayah,1999.

Anwar,Muhammad..Ilmu Mushtalah Hadits.Surabaya:Al-Iklas,1981

Al-khatib,Muhammad‘Ajaj..Ushulul Al-Hadits.Jakarta:Gaya Media Pratama,1997

Shiddiqie. M. Hasbi., ”Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits", Semarang: Pustaka Rizki Putra. 1999

Ahmad Muhammad. H., "Ulumul Hadis", Bandung: Pustaka Setia. 1998.

Soetari Endang. H. 2005, "Ilmu Hadis", Yogyakarta: Qalam.








               [1] Muhammad  Anwar,..Ilmu Mushtalah Hadits ( Surabaya:Al-Iklas,1981 ), hal. 45


               [2] Al-khatib,Muhammad‘Ajaj..Ushulul Al-Hadits.( Jakarta:Gaya Media Pratama,1997 ), hal. 36

               [3] Rahman,Fatchur,Ikhtisar Musthalahul Hadits.(  Bandung: PT Al-ma’arif, 1974 ), hal 20

               [4]Soetari Endang. H., "Ilmu Hadis", ( Yogyakarta: Qalam. 2005 ), hal. 56