Strategi Pembelajaran Aqidah Akhlak pada MIN


1.     Strategi Pembelajaran Aqidah Akhlak pada MIN Cot Batee


            Strategi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap organisasi, tanpa strategi visi dan misi yang sudah disusun sedemikian rupa sulit untuk bisa di wujudkan. Selain sebagai acuan bagi penentuan taktik dalam melaksanakan misi, strategi bertujuan untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing.  Hal ini berlaku pula bagi organisasi pendidikan, visi dan misi yang diramu dalam rencana pengembangan sekolah/madrasah akan tercapai jika kepala sekolah sebagai pimpinan pada tingkat satuan pendidikan, secara kolektif bersama para pembantunya dapat memilih strategi pelaksanaan visi dan misi yang tepat.
Strategi yang sesuai dengan pembelajaran Aqidah Akhlak yaitu strategi yang mengaktifkan siswa dan guru, kedua pihak ini harus saling aktif dalam proses pembelajaran serta didukung oleh media supaya keberhasilan dapat dicapai sebagai-mana yang diharapkan. Strategi ini sudah ditentukan di dalam GBPP Aqidah Akhlak pada MIN Cot Batee, akan tetapi dalam penerapannya belum mencapai tahap maksimal. Hal ini dapat dilihat salah satunya pada metode yang digunakan guru Aqidah Akhlak pada MIN Cot Batee Kabupaten Bireuen.[1]
Berdasarkan pengolahan data dari hasil wawancara, diketahui bahwa metode yang diterapkan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada MIN Cot Batee meliputi metode ceramah dan tanya jawab, kedua metode inilah yang sering dipraktekkan dalam proses belajar mengajar. Adapun metode diskusi dan belajar kelompok mendapat prioritas yang lebih kecil. Sebenarnya metode diskusi sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, karena metode ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar serta menelaah buku lebih giat lagi sehingga pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran akan lebih mendalam.[2]
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Dalam proses pembelajaran itu terdiri dari tiga komponen yaitu pengajar, siswa dan bahan ajar. Peran pengajar sangat penting karena ia berfungsi sebagai komunikator, begitu pula peran siswa yang berperan sebagai komunikan. Bahan ajar yang diberikan oleh pengajar merupakan pesan yang harus dipelajari oleh siswa dan seterusnya diadopsi sebagai bekal siswa setelah penyelesaian studinya. Dalam pembelajaran, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan[3]. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik penyajian pelajaran atau biasa disebut metode mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan dengan Ibu Fatimah, S.Pd.I bahwa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, guru menerapkan pendekatan yang lebih tepat dengan materi pembelajaran, seperti pendekatan pengalaman, pembiasaan, emosional dan pendekatan rasional, namun kenyataannya guru Pendidikan Akhlak mendapatkan hasil yang positif dengan strategi ini.[4]
Menurut pengakuan Ibu Yuliawati, S.Ag bahwa Agar siswa dapat meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara tepat dan benar, guru dituntut untuk membimbing dan menjelaskan sedetil-detilnya kepada siswa dengan cara-cara yang tepat, sehingga pada akhirnya mereka mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru MIN Cot Batee tidak hanya mengharapkan pada kemampuan kognitif siswa saja dalam memahami materi, karena bila dibiarkan mereka akan mengalami kekeliruan dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Di samping itu ada strategi tertentu yang mungkin dalam pembelajaran Aqidah Akhlak cocok dan diinginkan oleh siswa untuk diterapkan di Madrasah[5].
Dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak seorang guru haruslah aktif, sehingga interaksi antara guru dengan murid terjalin dengan baik, sehingga dengan mudah seorang guru memberi pelajaran pada anak didik, dengan demikian suasana bisa kondusif, dikarenakan guru aktif dan mampu mengelola santriyang mencapai 30-35 siswa dalam sitiap ruang.  Menurut Ibu Agustina, S.Pd.I salah seorang tenaga pengajar pada  MIN Cot Batee Kabupaten Bireuen, seorang guru (subjek) haruslah menjalin komunikasi dan keakraban dengan baik terhadap  siswa (objek) karena sangat mempengaruhi daya  minat belajar dan ingin tahu anak terhadap materi yang kita berikan. Kalaulah hubungan tersebut tidak di jaga, siswa akan merasa jenuh terhadap kita (sang guru).[6].


               [1] Hasil Wawancara dengan Ibu Fatimah, S.Pd.I Guru Aqidah Akhlak pada  MIN Cot Batee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen pada tanggal 25 September 2013.

               [2] Hasil Wawancara dengan Ibu Marhaya, S.Pd.I Guru Aqidah Akhlak pada  MIN Cot Batee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen pada tanggal 25 September 2013.
[3] Hasil Wawancara dengan Ibu Sufiyani, S.Pd.I Guru Aqidah Akhlak pada  MIN Cot Batee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen pada tanggal 25 September 2013

[4] Hasil Wawancara dengan Ibu Fatimah, S.Pd.I Guru Aqidah Akhlak pada  MIN Cot Batee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen pada tanggal 25 September 2013.
[5] Hasil Wawancara dengan Ibu Yuliawati, S.Ag Guru Aqidah Akhlak pada  MIN Cot Batee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen pada tanggal 25 September 2013.

[6] Hasil Wawancara dengan Ibu Agustina, S.Pd.I Guru Akhlak pada  MIN Cot Batee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen pada tanggal 25 September 2013

0 Comments