Kendala-kendala dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak pada MIN


1.     Kendala-kendala dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak pada MIN Cot Batee
           

            Di dalam pelaksanaan pendidikan akhlak pada saat pendidikan agama, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sehingga hasilnya belum optimal. Pertama, terlalu kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pengisian otak, memberitahu mana yang baik dan mana yang jelek, yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Aspek afektif dan psikomotoriknya tidak tersinggung, kalaupun tersinggung sangat kecil sekali. Kedua, problema yang bersumber dari anak didik yang berdatangan dari latar belakang keluarga yang beraneka ragam, yang sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya di rumah tangganya masing-masing dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab pendidikan agama tersebut beraada di pundak guru agama agama saja. Keempat, keterbatasan waktu, ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan bobot materi pendidikan agama yang sudah dirancangkan.
Dalam menyukseskan proses belajar mengajar secara terus menerus suatu lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan umum maupun lembaga pendidikan agama, tentu saja menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Adapun yang menjadi faktor penghambat yang dialami guru dan siswa MIN Cot Batee Kabupaten Bireuen menurut penjelasan pimpinannya adalah kurangnya keteladanan dari orang tua siswa dirumah terhadap perbaikan akhlak siswa sekolah.[1]
Menurut keterangan yang penulis peroleh dari salah seorang guru MIN Cot Batee Kabupaten Bireuen Kabupaten Bireuen, bahwa kendala yang sangat dirasakan guru-gurunya antara lain;
1.         Kurangnya buku paket yang tersedia disekolah, sehingga guru harus membagikan 1 buah buku untuk 2 orang siswa, sehingga mereka saling bergantian dalam membawa pulang buku untuk belajar dirumah.
2.         Kurangnya media pembelajaran, sehingga guru sering tidak menggunakan media pembelajaran dalam mengajar pembelajaran akhlak.
3.         Kurangnya kepedulian orang tua di rumah terhadap perbaikan akhlak anak, sehingga siswa terbiasa dengan akhlak dirumah.
4.         Kurangnya pengawasan dan pembinaan orang tua, baik itu sekolah maupun dilingkungan tempat siswa tinggal.
5.         Kondisi lingungan yang kurang mendukung untuk mendidik siswa untuk berakhlak yang baik, karena sebagian besar siswa MIN Cot Batee merupakan penduduk pinggir laut yang kondisi watak mereka keras[2] 


[1]Hasil Wawancara dengan Ibu Safwati, S.Pd Kepala  MIN Cot Batee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen pada tanggal 25 September 2013.
[2] Hasil Wawancara dengan Ibu Rini Wati, S.Pd Kepala  MIN Cot Batee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen pada tanggal 26 September 2013.

0 Comments