Strategi Pembelajaran Tahsinul Qiraah
A. Strategi Pembelajaran Tahsinul Qiraah
Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa istilah
tentang cara mengajar seperti model, strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Rahmah Johar berpendapat model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.[1] Strategi pembelajaran Tahsinul
Qiraah adalah kegiatan yang dipilih pengajar dalam proses
pembelajaran, sehingga memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran Tahsinul Qiraah berlangsung dengan baik perlu diatur
strateginya.
Penggunaan strategi sangat mempengaruhi proses pembelajaran Tahsinul
Qiraah, oleh karena itu seorang guru hendaklah menggunakan strategi yang
baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan mendukung tercapainya
tujuan sebagaimana yang diharapkan, akan tetapi penggunaan strategi yang tidak
sesuai dengan bahan pelajaran dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa dalam
mencerna pelajaran yang telah disampaikan oleh guru sehingga tujuan yang ingin dicapai
tidak sempurna sebagaimana yang diinginkan. Model mencakup strategi, pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Strategi itu sendiri merupakan siasat dalam pembelajaran yang bertujuan
mengoptimalkan proses belajar dan pembelajaran. Ramly Maha mendefinisikan
strategi sebagai “kemampuan mengatur langkah-langkah dan menata semua potensi
yang ada agar suatu rancangan pembelajaran yang disusun akan bermanfaat
seoptimal mungkin, sehingga suatu kegiatan pem-belajaran tercapai sasarannya.”[2]
Menurut Nana Sudjana, strategi mengajar adalah “taktik yang
digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi
para siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[3] Mencermati
beberapa pengertian strategi di atas, penulis lebih condong bahwa strategi
pembelajaran adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar yang dapat mempengaruhi para siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam
strategi terdapat beberapa pendekatan.
Pendekatan adalah cara pandang yang digunakan guru dalam
memecahkan suatu masalah. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan
pendekatan yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang juga berbeda.
Misalnya strategi untuk mengaktifkan anak didik belajar dapat dilaksanakan
dengan menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa, seperti pendekatan
kontekstual, pendekatan tematik, ataupun pendekatan problem posing (pengajuan
masalah).[4]
Adapun metode adalah cara mengajar yang sifatnya umum dan
dapat diguna-kan untuk berbagai mata pelajaran dengan memperhatikan sasaran
tujuannya. Dengan kata lain, metode adalah cara atau jalan yang dilalui untuk
mencapai tujuan pendidikan. Contohnya metode ceramah dapat digunakan untuk
memperkenalkan teori baru yang bersifat knowledge, dan metode tanya
jawab untuk pengembangan sikap dan nilai. Sedangkan teknik merupakan cara
mengajar yang bersifat khusus sesuai dengan karakter materi pelajaran, peserta
didik atau keterampilan guru. Jadi teknik penyajian adalah “suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang diperlukan oleh guru”.[5]
Dalam pembelajaran Tahsinul Qiraah
guru tidak hanya mengambil semua kesempatan untuk menjelaskan, tetapi memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Jika
kesempatan itu tidak diberikan maka guru tidak mengetahui apakah siswanya sudah
memahami materi pembelajaran itu, dan akibatnya tujuan pembelajaran Tahsinul
Qiraahtidak tercapai.
Berdasarkan kegiatan yang ditimbulkannya, strategi
pembelajaran dapat di-bagi dua macam, yaitu strategi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, dan strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik.[6]
Kedua macam strategi tersebut dapat diuraikan di bawah ini :
1.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
Strategi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta
didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran,
sedangkan pendidik berfungsi untuk mem-fasilitasi peserta didik dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.[7]
Strategi pembelajaran ini juga memiliki
keunggulan dan kelemahan, keunggulannya adalah: Pertama, siswa akan
dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta
didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi Kedua, Siswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran, Ketiga, tumbuhnya suasana demokratis dalam
pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar
membelajarkan di antara siswa dan Keempat, Dapat menambah wawasan
pikiran dan pengetahuan bagi siswa karena sesuatu yang dialami dan disampaikan
siswa mungkin belum diketahui sebelumnya oleh pendidik.[8]
Adapun kelemahan strategi pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik antara lain : membutuhkan waktu yang relatif
lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, aktivitas
pembelajaran cenderung akan didominasi oleh sebagian siswa yang sering
berbicara, sedangkan siswa lainnya akan lebih banyak mengikuti jalan pikiran
siswa tersebut, dan pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang
telah ditetap-kan sebelumnya.[9]
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ini
pada dasarnya dapat diterapkan dalam semua metode pembelajaran perorangan,
metode pem-belajaran kelompok, dan metode pembelajaran komunitas atau massal.
Namun penggunaan strategi pembelajaran ini akan lebih efektif dalam metode
pembelajaran kelompok.[10]
2.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah
kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik
dalam mengajar atau membelajarkan peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh
pendidik.[11]
Strategi ini sangat sesuai untuk pembelajaran Tahsinul
Qiraah, karena dalam pembelajaran Tahsinul Qiraah dibutuhkan strategi yang dapat
mengaktifkan guru dan siswa dalam pembelajaran supaya tidak terdapat kekeliruan
dalam memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran al-Qur’an. Dalam hal ini dituntut adanya hubungan yang
erat antara guru dengan murid, karena suksesnya suatu pendidikan sangat
tergantung kepada seberapa besar hubungan kasih sayang yang dijalin oleh
seorang guru dengan murid. Hubungan itu dianggap cukup bila mampu mendorong murid
memberikan kepercayaan penuh kepada sang guru hingga tidak takut kepadanya.[12]
Strategi pembelajaran ini juga memiliki keunggulan dan
kelemahan. Ke-unggulannya adalah: Bahan belajar dapat disampaikan
secara tuntas oleh pendidik sesuai dengan program pembelajaran yang telah
disiapkan sebelumnya, dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar, waktu yang digunakan akan tepat
sesuai dengan jadwal waktu pembelajaran yang telah ditetapkan dan Target materi pembelajaran yang
telah direncanakan relatif mudah tercapai.[13]
Adapun kelemahan strategi pembelajaran yang berpusat pada
pendidik antara lain: Pertama, mudah menimbulkan rasa bosan pada
siswa sehingga hal ini dapat mengurangi motivasi, perhatian dan konsentrasi
peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran. Kedua, keberhasilan
pembelajaran, dalam hal perubahan sikap dan perilaku siswa relatif sulit untuk
diukur karena yang diinformasikan kepada siswa pada umumnya lebih banyak
menyentuh ranah kognitif. Ketiga, kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan
adalah relatif rendah karena pendidik sering hanya mengejar target waktu untuk
menghabiskan materi pembelajaran.[14]
Strategi pembelajaran yang berpusat
pada pendidik ini pada dasarnya dapat diterapkan dalam metode pembelajaran
dengan teknik ceramah atau kuliah, tanya jawab dan lain sebagainya. Dalam
pembelajaran Tahsinul Qiraah kedua strategi ini hendaknya digunakan
secara kombinasi sesuai dengan materi yang akan dibahas, sehingga tujuan
pembelajaran Tahsinul Qiraah tercapai.
[1] Rahmah Johar dkk., Strategi Belajar
Mengajar, (Banda Aceh: FKIP Universitas Syiah Kuala, 2006), hal. 8.
[2]
Ramly Maha, Strategi Pembelajaran (Banda Aceh: KKD Rahmad, 1994), hal.
1.
[3]
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,
1990). hal. 33.
[4] Rahmah Johar dkk., Strategi Belajar...,
hal. 9-10.
[5]
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, (Jakarta: al-Husna Zikra, 1995), hal. 39.
[6]
Sudjana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah
Production, 2001), hal. 37.
[7]
Rahmah Johar dkk., Strategi Belajar..., hal. 12.
[8]
Sudjana, Metode dan Teknik..., hal. 37.
[9] Ibid., hal. 38.
[10] Ibid. hal. 38
[11] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam
Perspektif Islam, Cet. VI, (Bandung: Remaja Rosda-karya, 2005), hal. 76.
[12] M. Bahri
Ghazali, Konsep Ilmu Menurut al-Ghazali, (Yogyakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1991), hal. 93.
[13] Sudjana, Metode dan Teknik..., hal.
38.
[14] Ibid., hal. 39.