1.
Usaha-usaha yang dilakukan Guru dalam Memberantas Buta Baca Alquran di MIN Bantayan
Berdasakan observasi penulis di MIN Bantayan
Kabupaten Bireuen bahwa di antara hal yang kurang memuaskan adalah masih banyak
ditemui kesalahan siswa dalam membaca Alquran, misalnya ada beberapa siswa yang
masih kurang lancar tajwidnya seperti terbata-bata dalam membaca ayat Alquran,
belum mampu mempraktikkan bacaan mad dengan benar yaitu terkadang bacaan mad
tidak dibaca panjang dan yang seharusnya pendek malah dibaca panjang. Siswa
juga masih banyak melakukan kesalahan dalam membaca hukum bacaan yang dibaca
dengung dan yang tidak dibaca dengung. Dalam membaca makharijul hurufnya siswa
masih belum bisa membedakan antara , ث- س dan د- ذ , di samping itu juga
mereka masih belum bisa melagukan dan melantunkan ayat-ayat Alquran dengan
benar dan menarik.[1]
Dalam prosesnya, pemberantasan buta baca Alquran
di MIN Bantayan sangat lancar, tidak ada kendala yang berarti. Namun apakah
tidak ada kendala ini menunjukkan sudah berhasilnya pemberantasan buta baca Alquran
dalam mengantarkan siswa-siswi yang dibinanya tersebut?, berikut pemaparan dari
berbagai elemen sekolah yang terlibat dalam pemberantasan buta baca Alquran di MIN
Bantayan: Kepala MIN Bantayan, Saerah, S.Pd, saat ditemui di ruang kerjanya
tanggal 04 Januari 2014, mengatakan :
Kita tetap dalam proses peningkatan tersebut, artinya usaha untuk
meningkatkan kemampuan baca tulis Alquran siswa sudah kami lakukan dengan
sebaik-baiknya, dan hasilnya juga cukup menggembirakan meskipun saat ini belum
maksimal sebagaimana yang diharapkan. Ya setidaknya, siswa sudah mulai bergerak
kearah visi dan misi sekolah. Selain itu, program pemberantasan buta baca Alquran
ini sangat membantu siswa diujian praktek akhir sekolah dibidang baca tulis Alquran
nantinya.[2]
Keterangan dari Kepala MIN Bantayan menunjukkan
bahwa keberhasilan secara maksimal masih diupayakan, tapi dari keterangan
beliau menunjukkan akan rasa optimis yang besar kalau pemberantasan buta baca Alquran
ini akan berhasil secara maksimal. Selanjutnya bagaimana tanggapan Ibu Waka kurikulum,
Yunita, S.Pd, berikut tanggapan beliau:
Sudah cukup lumayan, dapat dikatakan telah tercapai. Kami akan selalu
berbenah dari tahun ke tahun agar hasil pemberantasan buta baca Alquran dalam meningkatkan
baca tulis Alquran siswa bisa maksimal sehingga sesuai yang kita harapkan. Hal
ini dapat terlihat dari siswa yang sama sekali tidak tahu baca tulis Alquran
menjadi tahu, yang sudah bisa membaca Alquran tapi belum lancar, menjadi
lancar, dan seterusnya.[3]
Jika menurut Kepala MIN Bantayan, dengan pemberantasan
buta baca Alquran ini siswa sudah mulai bergerak kearah visi dan misi sekolah,
Waka kurikulum lebih memberikan apresiasi pada peningkatan kemampuan siswa yang
diprosentasikan sudah hampir maksimal. Adapun koordinator pemberantasan buta
baca Alquran, Ibu Rusmaniyah, S.Pd.I menjelaskan:
Keberhasilan dalam pembinaan pemberantasan buta baca Alquran dari tahun ke
tahun makin terasa, dulu banyak siswa yang hampir buta dengan baca tulis Alquran,
namun sekarang hampir tidak ada. Meskipun dari hasil yang diharapkan dari
program pemberantasan buta baca Alquran ini, kemampuan baca tulis al-Qur’an masih
di rasa jauh dari maksimal. Tapi setidaknya mereka memiliki bekal dan dasar
baca tulis Alquran yang cukup.[4]
Keterangan Ibu Rusmaniyah, S.Pd.I hampir sama
dengan penjelasan yang diberikan oleh Ibu Azizah, S.Pd.I selaku senior pengajar
pemberantasan buta baca Alquran, yaitu sama-sama melihat kemampuan dasar yang
dikuasai setiap individu siswa yang dapat diamati dari masing-masing kelas.
Menurut Ibu Azizah, S.Pd. I, sebagai berikut :
Pemberantasan buta baca Alquran secara umum dapat dikatakan belum maksimal,
tapi kita tetap diusahakan kearah yang lebih baik. Bagi kelas V sudah lumayan,
tapi untuk kelas III, ada yang belum bisa sama sekali baca tulis Alqurannya.
Keinginan kami, setiap siswa dan siswi yang kita bina nanti akan mampu baca
tulis Alquran dengan baik. Agar mereka kelak mampu membaca dan mengajarkannya
pada anak-anak mereka nantinya. Kasihan sekali kalau generasi muslim, buta akan
kitab suci mereka. Padahal Alquran itu pedoman hidup.[5]
Berdasarkan keterangan diatas, program
pembinaan baca-tulis Alquran merupakan pengembangan potensi diri siswa-siswi dibidang
agama. Dengan tujuan, lulusan sekolah tidak hanya menguasai ilmu-ilmu
pengetahuan umum, tapi juga menguasai pengetahuan agama seperti baca-tulis Alquran.
Agar kelak bisa mengamalkan ajaran agama dengan baik. Karena dengan Alquran,
manusia bisa hidup dengan tenang baik sebagai individu maupun dengan
masyarakat.Atau dengan kata lain yang lebih singkat, “Alquran adalah petunjuk
bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup
didunia dan akhirat”. Maka dari itu, sekolah mengupayakan agar siswa mampu membaca
dan menulis dengan benar kitab Alquran.
[2] Hasil wawancara dengan Ibu Saerah, S.Pd.
Kepala MIN Bantayan Kabupaten Bireuen tanggal 04 Januari 2014.
[3] Hasil wawancara dengan Ibu Yunita, S.Pd.
Wakakurikulum MIN Bantayan Kabupaten Bireuen tanggal 04 Januari 2014.
0 Comments
Post a Comment