-->
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

"Ustaz Hanif Yang Agamis Melankolis"

"Ustaz Hanif Yang Agamis Melankolis"

Ini bukan foto pencitraan, ini foto real yang di potret oleh salah satu guru. Saya sudah lupa siapa yang memotret. Baiklah, saya akan jujur lagi kali ini, mungkin ini juga kejujuran yang pahit. Saya mengaku belum bisa pakai dasi. Kalau harus memakai dasi maka saya minta tolong sama teman dekat untuk memasangnya. Maklum saya anak kampung, santri jadul, "watee ubeut seureng meu ek idong, luweu beukah thong, "ya jelas tidak akrab dengan dasi. Tidak dekat dengan gaya fashion yang ke-eropaan. Pakai jas, berdasi.

Salah satu momen indah, adalah saya dipakaikan dasi oleh satu sahabat akrab, pernah jadi wakil kepala sekolah Hanief Khan. Nama lengkapnya Muhammad Hanif S.Pd.I. Sekarang beliau Kepala Sekolah SMPIT Boarding School Muhammadiyah Bireuen. Seorang guru sejati. Lulusan Ponpes Al-muttaqin Solo ini sangat dekat dengan muridnya. Salah satu keahliannya ceramah-ceramahnya dengan dikelas membuat satu ruang tersentuh, meneteskan airmata.

Kami memang sangat akrab, sejak membangun sekolah pada tahun 2014 lalu. Mudah bergaul, mudah akrab, baik hati dan suka menolong siapapun, hal ini melekat pada karakternya. Konon beliau punya banyak teman. Baik dari kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu. Hatinya mudah iba. Saya sering sebut beliau termasuk golongan agamis melankolis. Seorang yang taat beragama dan punya rasa kasih sayang yang tinggi kepada siapapun.

Kami berdua disekolah kadang amnesia, kalau saya Direktur dan ustaz hanif sebagai kepala sekolah. Tidak ada rasa hormat berlebihan. Tidak tenggelam dengan jabatan sementara. Kami hanya serius saat rapat. Diluar rapat ya kadang kami berlatih smack down jauh sebelum lockdown baru-baru ini. Di sela-sela waktu kerja, saya sangat sering menjadi teman makannya. Sambil bercerita tentang masa depan masing-masing.

Kami komitment membangun SMPIT Muhammadiyah Kedepan. Menjadi salah satu pesantren modern yang bersaing di tingkat nasional. Goalnya adalah santri mampu menghafal Alquran, mampu berbahasa Arab dan mampu bahasa Inggris. Memiliki kemampuan leadership dan menguasai teknologi. Cuma itu mimpi kami..
Kami berjanji, akan memajukan lembaga mendidikan ini dengan segala keterbatasan kami. Kami bukan orang alim dan pintar. Kuncinya adalah "teamwork". Penting memiliki team kerjasama yang baik. Tidak baperan soal-soal tidak penting, tidak saling mencari kekurangan dan tidak jadi BOS dan peutimang gaya di sekolah. Tetap belajar merendah dan tidak merasa tinggi. Tidak saling menghina dan saling merendahkan. Tetap Saling menjaga hati dan lisan dari bahaya penyakit hati. Tentu yang paling penting saling memotivasi. Nyoe kheun awak aceh "Asai hana teupeh (*sensor) jeut taraba, tapi nyoe ka teupeh bu tamah han geupeutaba". Nyan yang ka lon sensor bek neujak peutrang hai ampon. Makajih penteng jaga lisan. Bek meuka tapruh aju.

Walaupun kami sering bercanda, kami tetap menjaga batasan, karena kami paham "Asai Cabok Nibak Kudee, Asai pake nibak seunda"

Kon nyoe meunan.

Rizki Dasilva

Post a Comment for ""Ustaz Hanif Yang Agamis Melankolis""