Mukhlis, Yatim Asal Alue Krub

Mukhlis, Yatim Asal Alue Krub

Kita tidak pernah tahu di mana Tuhan menitipkan rezeki untuk hamba-Nya. Tugas manusia adalah belajar dan kemudian bekerja sekeras mungkin dan pantang mundur. Cobaan pasti ada. Segala rintangan merupakan ujian yang harus dihadapi. Yang kalah akan pulang dengan kepala tertunduk.

Mukhlis, yatim asal Alue Krub, Peusangan Siblah Krueng, salah seorang dari jutaan petarung di Aceh yang memilih berjuang memperjuangkan masa depan, dengan bersungguh-sungguh. Dari kecil telah menanamkan tekad pada suatu hari kelak dirinya harus menjadi orang besar dan penting.

Sempat mendaftar di Fakultas Hukum Unsyiah, tapi urung kuliah karena pada saat bersamaan namanya juga tertera sebagai calon mahasiswa yang lulus di Politeknik Unsyiah yang berada di Punteut, Lhokseumawe. Mukhlis memilih Politeknik. Dia meyakini bahwa dunia kontruksilah yang kelak ia tekuni.




Seperti yang sudah Anda baca di buku biografinya:Mukhlis Takabeya,Petarung dari Selatan, yang saya tulis dan diterbitkan oleh Kawat Publishing, adik kandung Allahyarham H. Saifannur, benar-benar bekerja keras mewujudkan impiannya.




Mukhlis yang Anda kenal hari ini adalah lelaki yang telah ditempa puluhan tahun. Di dalam tubuhnya itu berhimpun ribuan pengalaman yang tidak mungkin ia dapatkan, bila saja dulu putera Cut Hasan itu memilih menyerah pada keadaan.

H. Saifannur pernah mengatakan kepada saya bila adiknya itu merupakan lelaki yang bervisi panjang. Teguh pada cita-cita dan akan bekerja sekuat apapun untuk memperjuangkan tujuan.

"Kita tidak pernah tahu apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak, bila tidak pernah mencobanya. Saya memilih mencoba. Bukan untuk coba-coba. Tapi berusaha sekeras mungkin untuk berhasil," demikian kata Bang Mukhlis pada suatu ketika.

Kini, Mukhlis bukan saja pengusaha kontruksi yang sukses, tapi juga telah menjadi "dosen" bagi mahasiswa di berbagai sekolah teknik. Pengalamannya mengerjakan proyek-proyek besar dipelajari kembali oleh mahasiswa.

Suatu hari saya pernah bertanya sembari bercanda. "Bang, apakah dengan membagikan pengalaman itu, nantinya tidak akan berpengaruh pada peluang munculnya kompetitor baru."

Sembari tersenyum Mukhlis menjawab " Adoe, ilmu itu semakin dibagi semakin pula berkembang. Saya meyakini satu hal, bahwa Tuhan telah menempatkan rezeki untuk kita di celah yang berbeda-beda. Tidak ada yang bisa memotong rezeki saya. Demikian juga, saya tidak bisa merampas rezeki mereka."

Apa rahasia suksesnya? Jawaban Mukhlis sama seperti pengusaha lainnya. Keahlian, integritas dan jaringan.

Foto: Mukhlis Takabeya sedang berbagi pengetahuan kepada mahasiswa Teknik Unsyiah di proyek pembangunan jembatan Panteraja, Pidie Jaya.

Penulis: Muhajir Juli

0 Comments