Siapapun tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai dirinya. Termasuk sebuah tulisan. Begitu juga dengan tulisan di bawah ini. Mungkin ada yang menganggapnya sebagai suatu bentuk ke-irihati-an, kebencian, pem-bully-an ataupun ketidakmampuan, itu hak setiap orang. Tugas kita adalah menyampaikan apa yang kita anggap perlu disampaikan dengan niat yang baik. Dan mengenai hasilnya, takdirlah yang berbicara.
Manusia dikaruniai hawa nafsu, hati nurani juga akal sehat agar kehidupannya seimbang. Oleh karena itu, saat keinginan (hawa nafsu) tidak mampu dikendalikan, terkadang kita membutuhkan orang lain untuk menasihati dengan akalnya yang sehat. Kita butuh teman curhat. Kita butuh teman diskusi. Kita butuh dorongan. Kita butuh peringatan. Kita butuh teguran.
Janganlah menganggap orang yang memberi nasihat itu sebagai haters atau iri hati terhadap kita.
"Kenapa kau yang sibuk? Ini duit aku, mau aku belanja banyak, belanja dikit, itu urusan aku. Mau aku makan ini, makan itu, itu perut aku. Mau aku pakai baju ini, baju itu, itu hak aku. Ada berutang sama kau?"
Ada saatnya memang, jawaban-jawaban seperti di atas layak kita berikan. Tetapi tidak kepada semua orang. Ada orang-orang yang benar-benar ikhlas menyadarkan kita terhadap suatu perilaku yang sudah dianggap keterlaluan. Kekeliruan. Karena apapun yang kita beli tiba saatnya akan menjadi sampah. Makanan akan menjadi kotoran. Pakaian akan lusuh, bahkan ada pakaian setelah kita beli dengan harga mahal justru tidak terpakai, hanya tergoda sesaat, selebihnya menjadi onggokan yang memenuhi space lemari kita. Saya berusaha tidak berbicara keladi di sini, ya! Serius saya sudah insaf. Ini tentang pengendalian diri. Jika keladi merasa termasuk, maka itu takdir beliau. Eh?!
Apapun akan terlihat sangat indah sebelum dimiliki. Contoh dekat saja, seperti menginginkan sepasang gamis cantik, sungguh indah membayangkan betapa anggun ketika kita mengenakannya. Tetapi apa yang terjadi setelah menjadi milik kita? Biasa saja.
Begitu pula dengan rasa cinta. Memimpikan betapa indah mengarungi hidup bersamanya dalam hujan dan terik, dalam lapar dan kenyang, dalam senang dan marah. Lalu lihatlah, apa yang terjadi setelah kita miliki? Biasa saja. Jika tidak boleh dikatakan menyesal. Ups! (terkhusus yang menginginkan milik orang lain).
Percayalah, hidup kita jauh lebih bahagia selama ada mimpi yang belum terwujud dan terus membayangkan betapa indah jika suatu saat mampu mewujudkannya.
Dan, sejatinya harta yang kekal adalah apa yang kita donasikan demi kebaikan.
Mohon maaf bila tidak berkenan.
-Penulis: Ismi Marnizar-
0 Comments
Post a Comment