SD Negeri Seuneubok
Sekolah Dasar kami terletak di pinggiran sungai, jauh dari jalan raya. Murid-muridnya hanya berasal dari tiga kampung terdekat. Seuneubok, Kayee Adang dan Rabo. Memiliki enam kelas dan tidak lebih dari 12 murid dalam setiap kelasnya. Sekolah yang jarang sekali mendapatkan nomor hampir di semua ajang perlombaan. Sekolah yang tidak gaul dan dikatakan kampungan oleh orang-orang. Tidak ada seorang murid dan guru pun yang berbicara dengan bahasa Indonesia. Namun saya sangat bangga menjadi salah satu alumninya.
Adalah foto di bawah ini dalam rangka mengikuti karnaval Hardiknas, 2 Mei 1994. Seperti biasa, sekolah kami tidak menang. Terakhir yang saya ingat, selama saya bersekolah di sana, hanya pernah memenangkan perlombaan sekali saja dalam ajang Lomba Balap Karung dalam rangka HUT RI tahun 1996, mungkin dikarenakan kami selalu berjalan dan berlari setiap hari ke sekolah. Strata ekonomi kami, murid SD Seuneubok rata-rata sama. Kami tidak punya kendaraan dan tidak perlu kendaraan pun, untuk bisa sampai ke sekolah.
Teman-teman dalam foto:
Yang memegang Pamplet Sekolah, mengenakan seragam sekolah merah putih namanya Bang Martunis, kabar terakhir yang saya terima, beliau sudah menyelesaikan pendidikan S2 dan S3-nya di Belanda dan Jerman.
Di belakang Bang Martunis, mengenakan pakaian adat Aceh (Linto Baro), namanya Bang Rahmad, teman sekelas saya dari TK-SMA. Kabar terakhir yang saya terima, Bang Rahmad sudah menjadi Guru (ASN) Mapel Kimia di SMA 1 Bireuen.
Di samping Bang Martunis, mengenakan seragam sekolah pramuka, memegang bendera, namanya Kak Fitriana, beliau sudah menjadi korban tsunami.
Di belakang Kak Fitriana, namanya Kak Rita. Kabar terakhir yang saya terima, beliau sudah menjadi seorang Dokter Umum di sebuah rumah sakit.
Di depan Kak Fitriana, namanya Bang Saiful. Kabar terakhir yang saya terima, beliau sudah menjadi anggota Brimob.
Di samping kanan Bang Saiful dengan tangan memegang raket adalah saya, yang tidak menjadi siapa-siapa dan dengan bangga menceritakan mereka semua.
Terima kasih kepada semua guru-guru saya yang rela datang setiap hari dari jarak yang sangat jauh demi mengenalkan kami huruf demi huruf.
Terima kasih teman-teman seperjuangan atas segala kenangan yang tercipta di sekolah terpencil kita.
.
.
.
Nyo ka khem watee ka kalon poto, ku blok.
Sumber: Facebook Ismi Marnizar
Adalah foto di bawah ini dalam rangka mengikuti karnaval Hardiknas, 2 Mei 1994. Seperti biasa, sekolah kami tidak menang. Terakhir yang saya ingat, selama saya bersekolah di sana, hanya pernah memenangkan perlombaan sekali saja dalam ajang Lomba Balap Karung dalam rangka HUT RI tahun 1996, mungkin dikarenakan kami selalu berjalan dan berlari setiap hari ke sekolah. Strata ekonomi kami, murid SD Seuneubok rata-rata sama. Kami tidak punya kendaraan dan tidak perlu kendaraan pun, untuk bisa sampai ke sekolah.
Teman-teman dalam foto:
Yang memegang Pamplet Sekolah, mengenakan seragam sekolah merah putih namanya Bang Martunis, kabar terakhir yang saya terima, beliau sudah menyelesaikan pendidikan S2 dan S3-nya di Belanda dan Jerman.
Di belakang Bang Martunis, mengenakan pakaian adat Aceh (Linto Baro), namanya Bang Rahmad, teman sekelas saya dari TK-SMA. Kabar terakhir yang saya terima, Bang Rahmad sudah menjadi Guru (ASN) Mapel Kimia di SMA 1 Bireuen.
Di samping Bang Martunis, mengenakan seragam sekolah pramuka, memegang bendera, namanya Kak Fitriana, beliau sudah menjadi korban tsunami.
Di belakang Kak Fitriana, namanya Kak Rita. Kabar terakhir yang saya terima, beliau sudah menjadi seorang Dokter Umum di sebuah rumah sakit.
Di depan Kak Fitriana, namanya Bang Saiful. Kabar terakhir yang saya terima, beliau sudah menjadi anggota Brimob.
Di samping kanan Bang Saiful dengan tangan memegang raket adalah saya, yang tidak menjadi siapa-siapa dan dengan bangga menceritakan mereka semua.
Terima kasih kepada semua guru-guru saya yang rela datang setiap hari dari jarak yang sangat jauh demi mengenalkan kami huruf demi huruf.
Terima kasih teman-teman seperjuangan atas segala kenangan yang tercipta di sekolah terpencil kita.
.
.
.
Nyo ka khem watee ka kalon poto, ku blok.
Sumber: Facebook Ismi Marnizar