Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini


BAB II

KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


A.    Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini                         

Hahekat pendidikan anak usia dini adalah periode pendidikan yang sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak sebab pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas dengan baik jika pada masa perkembangannya dilalui dengan suasana yang baik, harmonis, serasi, dan menyenangkan. Merujuk  kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah �suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut�[1]. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Dalam penjelasan selanjutnya, PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), RaudhatulAthfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pedidikan non  formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau  pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.  Pendidikan anak usia dini menurut Isjoni adalah:
Masa dimana anak belum memasuki pendidikan formal. Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya, pengembangan potensi anak yang asal-asalan, akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan.[2]

Anak usia dini adalah �kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya�.[3]
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan proses interaksi antara pendidik (orang tua, pengasuh, dan guru) dengan anak usia dini secara terencana untuk mencapai suatu tujuan. Dalam proses interaksi pendidik harus memahami segala aspek pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang dihadapinya. Karena dengan memperhatikan pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, pendidik dapat menyesuaikan segala bentuk ucapan, sikap dan tindakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan serta perkembangan anak usia dini.[4]

Pada masa-masa emas atau golden age hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik.
Anak merupakan titipan yang paling berharga dari Allah Swt. Bagi orang tua semua itu merupakan amanah yang mempunyai kewajiban untuk menjaga, mendidik, dan mengarahkan anak agar dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan sesuai dengan ajaran agama Islam, hal sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Al-Kahfi ayat 46 sebagai berikut:
???????? ???????????? ??????? ?????????? ?????????? ??????????????? ????????????? ?????? ????? ??????? ???????? ???????? ???????) ?????: ??(
Artinya:  Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.(Qs. Al-Kahfi: 46).

Dalam ayat di atas, dapat kita pahami bahwa anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah (titipan) yang Allah berikan kepada setiap orang tua. Oleh karena itu orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, baik jasmani maupun rohani, dan barakhlaqul karimah serta memiliki intelegensi yang tinggi.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.  
Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Pendidikan anak usia dini tidak harus selalu mengeluarkan biaya mahal atau melalui suatu wadah tertentu, melainkan pendidikan anak usia dini dapat dimulai di rumah atau dalam pendidikan keluarga.[5]

Lebih lanjut Mansur menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini dapat dideskripsikan sebagai berikut : Pertama,pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Kedua, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi. Ketiga, sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan pendidikan anak usia dini (PAUD) disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.[6]
Dalam pandangan Islam anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa didikan yang baik akan tumbuh subur pada diri anak, sehingga ia akan berkembang dengan baik dan sesuai ajaran Islam, dan pada akhirnya akan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.  Jika anak sejak dini dibiasakan dan dididik dengan hal-hal yang baik dan diajarkan kebaikan kepadanya, ia akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan akan memperoleh kebahagiaan serta terhindar dari kesengaraan/siksa baik dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Hal ini senada dengan firman Allah:
??? ???????? ????????? ??????? ???? ??????????? ????????????? ?????? ?????????? ???????? ?????????????? ????????? ??????????? ??????? ??????? ??? ????????? ??????? ??? ?????????? ????????????? ??? ???????????) ???????: ?(
Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. At Tahrim: 6)

Ayat ini menganjurkan kepada setiap individu muslim bertakwa kepada Allah dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah. Bahwa engkau perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan engkau cegah mereka dari perbuatan durhaka terhadapNya, dan hendaklah engkau tegakkan terhadap mereka perintah Allah dan engkau anjurkan mereka untuk mengerjakannya serta engkau bantu mereka untuk mengamalkannya. Jika engkau melihat di kalangan keluargamu suatu perbuatan maksiat kepada Allah, maka engkau harus cegah mereka darinya dan engkau larang mereka melakukannya. Hal yang sama juga dikemukakan Ad-Dahlak dan Muqatil, bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim mengajarkan kepada keluarganya, baik dari kalangan kerabatnya ataupun budak-budaknya, hal-hal yang difardukan oleh Allah dan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka jauhi.
B.    Fungsi dan Manfaat Pendidikan bagi Anak Usia Dini              
Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan (baik di rumah maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan mengucapkan kata-kata dengan benar, sehingga ketika mereka masuk sekolah, sudah mempunyai modal untuk membaca.
1.     Fungsi
Menurut Widarni D Wijana  fungsi pendidikan anak usia dini yang utama adalah sebagi berikut[7]:
1)     Fungsi Adaptasi
Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. Dengan anak berada di lembaga pendidikan anak usia dini, pendidik membantu mereka beradaptasi dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah. Anak juga belajar mengenali dirinya sendiri.
2)     Fungsi Sosialisasi
Berperan dalam membantu agar anak memiliki ketrampilan-ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana ia berada. Di lembaga pandidikan anak usia dini anak akan bertamu dengan teman sebaya lainnya. Mereka dapat bersosialisasi, memiliki banyak teman dan mengenali sifat-sifat temannya.
3)     Fungsi Pengembangan                                    
Di lembaga pendidikan anak usia dini ini diharapkan dapat pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak menumbuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuh kembangkan potensi tersebut ke arah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungan.
4)     Fungsi Bermain
Berkaitan dengan kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermaian merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuanya sendiri. Melalui bermain anak dapat berlatih, meningkatkan cara berfikir dan mengembangkan kreativitas. Dalam bermain maka mainan sangat penting bagi pembelajaran anak, terutama jika anak dapat berkreasi dengan mainan itu, tidak ada keharusan mengikuti instruksi pembuatnya.
Dengan memahami arti bermain bagi anak, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain suatu kebutuhan bagi anak. Dengan merancang pembelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangan.
Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut[8]:
1.     Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Contoh: menyiapkan media pembelajaran yang banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat anak;
2.     Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: field tripkeTaman Safari, selain dapat mengenal bermacam-macam hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal berbagai macam tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara panas dan dingin;
3.     Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat berkembang;
4.     Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti penghormatan kepada pahlawan perjuangan bangsa;
5.     Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak;
6.     Memberikan stimulus kultural pada anak.
Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang pendidikan anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
Selain itu, fungsi PAUD lainnya yang penting diperhatikan, adalah[9]:
1)   Sebagai upaya pemberian stimulus pengembangan potensi fisik, jasmani, dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan dorongan perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak;
2)   Memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan dan emosi kearah yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama;
3)   Stimulus pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui metode yang dapat mengintegrasikan pembelajaran agama dengan upaya mendorong kemampuan kognitif anak.
2.     Manfaat
Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dasar anak. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan pendidikan dibutuhkan untuk mencapai cita-cita dan untuk menghadapi persaingan hidup dimasa depan. Kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan anak sejak dini mendorong orangtua untuk mengikutsertakan anaknya yang masih balita dalam kelas pendidikan anak usia dini (PAUD). Adapun manfaat pendidikan anak usia dini dalam Islam adalah sebagai berikut[10]:

1)     Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Emosional
Pendidikan anak usia dini memfasilitasi anak mendapatkan lingkungan sosial yang sesuai untuknya.  Di sini ia dapat berinteraksi dengan lebih banyak teman sebaya sehingga meningkatkan keterampilan sosial dan emosional. Interaksi dengan teman-temannya akan mendorong ia untuk belajar berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan.
2)     Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Berbahasa
Anak akan diajarkan untuk bicara dengan bahasa formal saat di dalam kelas. Guru juga akan memberikan bimbingan mengenai cara berbicara yang baik dan sopan. Beberapa aktivitas seperti bermain dan bernyanyi juga bermanfaat menambah kosa kata anak. Hal ini akan meningkatkan keterampilan berbicara dan berbahasa.
3)     Meningkatkan Keterampilan Motorik
Banyak pelajaran yang diajarkan bersifat mendorong kreativitas anak melalui kegiatan yang menyenangkan. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan yang mengandalkan gerakan jari-jari tangan misalnya menulis, memegang, mewarnai, dsb. Aktivitas tersebut juga dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar melalui kegiatan yang mengandalkan gerakan tangan dan kaki misalnya memukul dan menendang.
4)     Mengembangkan Kreativitas
Anak yang mengikuti kelas PAUD cenderung lebih cepat mengembangkan kreativitasnya. Beberapa aktivitas di kelas membantu anak mengembangkan kreativitasnya seperti bermain, bernyanyi, menyusun puzzle, mewarnai gambar dan lain sebagainya.
5)     Meningkatkan Daya Imajinasi
Banyak aktivitas di kelas yang mendorong anak mengembangkan kemampuan imajinasinya misalnya dari mendengarkan cerita, pengenalan tokoh pahlawan, pengenalan profesi, dan lain sebagainya.
6)     Memahami Nilai-Nilai Penting dalam Kehidupan
Guru di kelas sering memberikan pelajaran dalam bentuk cerita untuk mengajari anak mengenai pentingnya nilai-nilai ketuhanan, kasih sayang, sopan santun, kebenaran, dan lain sebagainya.
7)     Meningkatkan Aktivitas Fisik
Mengikuti kelas PAUD membantu anak meningkatkan aktivitas fisik yang jarang dilakukan di rumah. Beberapa kegiatan yang membantu anak lebih banyak bergerak antara lain senam, olahraga, bermain, menari, dan lain sebagainya.
8)     Mempersiapkan Mental Anak untuk Menempuh Pendidikan Formal
Melalui PAUD, banyak orangtua yang merasa sangat terbantu mempersiapkan anak untuk masuk SD. Begitu memasuki sekolah formal di SD, anak sudah memiliki mental yang cukup dan beberapa keterampilan dasar seperti memegang pensil, mengenal huruf dan angka, berbaris, dan lain sebagainya.



9)     Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Memasukkan anak dalam PAUD dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Banyak kegiatan yang dilakukan di kelas yang mendorong anak untuk lebih berani tampil seperti bernyanyi, menari, bermain, dan lain sebagainya.
10)Meningkatkan Keterampilan Kognitif
Melalui berbagai aktivitas pengajaran, anak akan mulai mengembangkan kemampuan kognitif dalam memahami dan menganalisa permasalahan. Melalui pengamatan anak didorong mengembangkan keterampilan kognitif misalnya dalam memahami sifat zat cair, manfaat makan sayuran, mengenal warna, menghitung benda, dan lain sebagainya.
Pendidikan usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada anak. Keberhasilan pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, seperti: kelompok bermain, taman penitipan anak, satuan padu sejenis maupun taman kanak-kanak yang sangat tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang yang dijalankan.

C.    Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini         
            Pada umumnya tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan Pendidikan Islam ialah �suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai�.[11]Pendidikan dalam pandangan Islam dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan Islam tidak hanya membentuk anak yang beriman, berakhlak mulia, beramal shaleh tetapi juga menjadikan anak tersebut berilmu pengetahuan dan berteknologi, juga berketerampilan dan berpengalaman sehingga ia menjadi orang yang mandiri berguna bagi dirinya, agama, orang tua serta negaranya.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan menurut Islam dalam membentuk seorang muslim yang mampu melaksanakan kewajibannya kepada Allah, sebagaimana firman allah dalam surat Adz-Dzariyaat ayat 56 sebagai berikut:
????? ???????? ???????? ?????????? ?????? ?????????????) ????????: ??(
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Qs. Adz-Dzariyaat: 56).

Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah. Sehingga jelas bahwa tujuan pendidikan dalam Islam harus terkait dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri di dunia ini, yakni menyembah Allah Swt dengan segala aspeknya ibadahnya, baik yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia maupun dengan lingkungannya. Ibadah yang juga berhubungan dengan masalah ukhrawi (akhirat) maupun masalah dunia (ilmu dunia).
Pendidikan anak usia dini juga bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

D.    Perbandingan Pendidikan Anak Usia Dini Perspektif Islam dengan Non Islam
                                                                   
1.     Pendidikan Anak Usia Dini Perspektif Islam

Islam sangat memperhatikan pemeliharaan hidup dan kehidupan manusia sejak dini. Perhatian itu melebihi perhatian apa pun yang ada pada undang-undang yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Islam sangat memperhatikan anak-anak pada setiap fase kehidupan mereka. Bahkan Islam memperbolehkan seorang ibu yang hamil membatalkan puasanya, jika itu dikhawatirkan dapat membahayakan janin atau anaknya yang sedang dikandung atau disusuinya. Semua itu membuktikan bahwa Islam sangat menghargai keberadaan hidup dan kehidupan manusia semenjak manusia berupa janin sampai manusia menjadi besar dan dewasa. Oleh karena itu, pendidikan harus diberikan manusia semenjak usia dini. Karena pendidikan yang dimulai sejak usia dini mempunyai daya keberhasilan yang tinggi dalam menentukan tumbuh-kembang kehidupan anak selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik maupun non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata Pendidikan usia dini dalam perspektif pendidikan Islam adalah:
Usaha membantu anak agar fitrah yang disebut dengan kecakapan/abilitybaik fisik maupun non fisik itu dapat dibantu perkembangannya sejak dini. Pendidikan usia dini dapat dimaknakan sebagai semua proses yang mengarah pada bantuan pemeliharaan jiwa manusia untuk selalu berada dalam kemaslahatan hidup baik di dunia maupun di akhirat, dan membantu agar fitrah yang merupakan kecakapan potensial yang dibawa sejak kelahirannya dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ketentuan dalam shari�at Islam.[12]

Dari uraian di atas tadi dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan anak usia dini dalam persepektif Islam yaitu usaha membantu anak agar fitrah yang disebut dengan kecakapan/ability baik fisik maupun non fisik itu dapat dibantu perkembangannya sejak dini dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ketentuan dalam syari�at Islam.
2.     Pendidikan Anak Usia Dini Perspektif Non Islam

Menurut seksi pendidikan anak usia dini dan pendidikan inklusif divisi pendidikan dasar-sektor pendidikan UNESCO menyatakan bahwa yang dimaksud PAUD adalah �berbagai macam jenis pendidikan baik formal, informal maupun non formal untuk anak usia 0-6 tahun�.[13]Jadi, yang dimaksud PAUD bukanlah suatu jenis pendidikan tertentu sebelum TK melainkan kategorisasi jenjang pendidikan berdasar kisaran umur. Kisaran umur yang dimaksud dalam tulisan ini adalah anak usia 0-6 tahun sesuai dengan yang termaktub dalam pasal 1 ayat 14.
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan: daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa/komunikasi dan sosial dengan metode bermain dan hal-hal lain yang menyenangkan serta lebih mementingkan proses dibanding hasil sehingga tidak terlalu memaksakan kepada si anak untuk menguasai ini dan itu. Seorang ahli pendidikan barat Pestalozzi memiliki keyakinan bahwa:
Segala bentuk pendidikan adalah berdasarkan pengaruh panca indera, dan melalui pengalamanpengalaman tersebut potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu dapat dikembangkan. Pestalozzi percaya bahwa cara belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman antara lain dengan menghitung, mengukur, merasakan dan menyentuhnya.[14]

Selain itu Pestalozzi memandang bahwa keluarga merupakan cikal bakal pendidikan yang pertama, sehingga baginya seorang ibu memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam memberikan dasar-dasar pendidikan yang pertama bagi anak-anaknya. Dari pandangannya tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan terutama lingkungan keluarga memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian seorang anak pada awal kehidupannya. Kasih sayang yang didapatkan anak dalam lingkungan keluarganya akan membantu mengembangkan potensinya. Dalam pandangan Pestalozzi kecintaan yang diberikan ibu kepada anaknya akan memberikan pengaruh terhadap keluarga, serta menimbulkan rasa terima kasih dalam diri anak. Pada akhirnya, rasa terima kasih tersebut akan menimbulkan kepercayaan anak terhadap Tuhan. Dari uraian di atas, nampak bahwa Pestalozzi menghendaki bentuk pendidikan yang harmonis yang seimbang antara jasmani, rohani, social dan agama.



               [1] Afnil Guza, Undang-Undang Sisdiknas, UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI Nomor 14 Tahun 2005, (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), hal. 4.
               [2]Isjoni, Model Pembelajaran, hal. 11.

               [3]Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 88.

               [4]Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakatra : Universitas Terbuka, 2008), hal. 1.29.
               [5] Luluk Asmawati, dkk, Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini, (Jakarta Universitas Terbuka, 2010), hal. 1.3.

               [6]Mansur, Pendidikan Anak, hal. 89.
               [7]Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum, hal. 1.27-1.28.
               [8]Multazam, Makalah Konsep-Dasar Pendidikan Anak, diakses Tanggal 08 November 2015 dari http://multazam-einstein.blogspot.co.id.
               [9]Multazam, Makalah Konsep-Dasar Pendidikan Anak, diakses Tanggal 08 November 2015 dari http://multazam-einstein.blogspot.co.id

               [10]Anungdriyas, Karya Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, diakses Tanggal 08 November 2015 dari https://anungdriyas.wordpress.com
               [11]Zakiah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 29.
               [12] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cet. 2, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal.92
               [13]Camillachisni, PAUD dalam Berbagai Perspektif, diakses Tanggal 30 Desember 2015 dari http://camillachisni.blogspot.co.id

               [14]Pendidikan Anak Usia Dini, diakses Tanggal 30 Desember 2015 dari http://membumikan-pendidikan.blogspot.com