Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

5 Kondisi yang Membuat Anak Stres di Rumah


Orang tua sering tak mengira bahwa kondisi yang membuat anak stres bisa terjadi di rumah sendiri. Mereka berpikir, paparan dari luar, seperti sekolah, yang sering membuat anak menjadi pemurung, pemarah, sering uring-uringan, atau menjadi pendiam.

Terciptanya kondisi yang membuat anak stres bisa dipicu oleh perilaku orang dewasa. Mereka yang melakukan hal tersebut biasanya tidak sadar dan melakukannya dalam jangka waktu yang lama.

Akibat perilaku tidak menyenangkan dari orang dewasa, bukan tak mungkin anak yang stres tumbuh menjadi pribadi pembangkang dan menganggap rumahnya bukan sebagai “rumah”.

5 Kondisi yang Membuat Anak Stres di Rumah
Gejala stres pada anak

Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, setidaknya ada lima tanda bahwa anak Anda mengalami stres. Tanda stres yang dimaksud, antara lain:

Perubahan perilaku yang negatif

Pemurung, pemarah, dan agresif (suka menyerang, memukul, dan berteriak) termasuk ke dalamnya. Mereka juga berani berbicara kasar kepada yang lebih tua, tak semangat untuk melakukan hobinya, tak mau belajar, atau selalu “menempel” pada orang tertentu.

Misalnya, yang jahat adalah kakaknya yang sudah besar, maka anak itu tidak akan mau jauh dari orang tuanya. Begitu pula sebaliknya. Jika dia mendapatkan perilaku tidak menyenangkan dari orang tuanya, si anak akan cenderung sangat dekat dan tak mau pisah dari kakaknya.

Mengompol

Kontrol kandung kemih melemah ketika sedang stres. Itulah sebabnya, anak akan sering mengompol saat stres.

Sering mengalami mimpi buruk


Anak yang sedang stres akan menolak ketika disuruh tidur karena takut akan mimpi buruk.

Perubahan pola makan

Anak yang stres bisa jadi makan terlalu sedikit atau sangat banyak.

Alami gangguan pencernaan

Anak yang sedang stres sering mengeluhkan nyeri perut dan ada perubahan pola buang air besar.

Berbagai kondisi yang membuat anak stres di rumah

Penyebab stres atau stressor pada anak sangat beragam. Untuk itu, kenalilah stressor di bawah ini demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Terlalu sering melarang

Di usia 4-6 tahun, anak sedang berada di zona kreatif dengan keingintahuan yang sangat tinggi. Sayangnya, kreativitas, rasa ingin tahu, dan daya eksplorasinya kerap dianggap sebagai kenakalan oleh orang tua. Alhasil, dia akan selalu mendapatkan larangan, larangan, larangan dan berujung pada stres.

Bahkan, tak jarang Anda melarangnya tanpa alasan yang jelas. Boleh saja Anda melindungi anak dari bahaya atau supaya tidak terlalu mengganggu, asalkan, berikan penjelasan mengapa hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan. Tujuannya, agar dia mengerti segala konsekuensinya.

Perilaku orang tua yang tidak konsisten

Baru saja melarang si Kecil terkait tindakan sesuatu, tetapi Anda juga melakukan hal yang sama. Bahkan, Anda melakukannya di depan mereka. Kalau sudah begitu, akan timbul kebingungan tentang mana yang benar dan mana yang salah.

Anak pun cenderung akan “merekam”, tersinggung, dan membantah ketika Anda menegurnya kembali. Karena apa? Karena Anda juga melakukannya. Si Kecil pun bahkan bisa melakukan hal buruk itu di luar rumah.

Tidak diperbolehkan untuk menangis


Ini biasanya terjadi pada anak laki-laki. Sebab, orang tua menginginkan bocah laki-lakinya tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Tak salah memang, tapi tak mesti selalu begitu.

Setiap anak berhak untuk menunjukkan emosinya, sekalipun itu dengan tangisan. Apalagi jika benar-benar terluka, kasihan sekali jika tak boleh menangis. Tanpa disadari, perilaku menahan perasaan seperti itu akan menimbulkan rasa stres dan takut dianggap lemah oleh orang lain.

Pertengkaran orang tua

Sistem keamanan yang paling dasar didapatkan anak dari orang tuanya. Apabila yang dia dapatkan selama ini hanyalah pertengkaran hebat dari orang tuanya, bahkan sampai menunjukkan kekerasan fisik, si Kecil akan merasakan stres lalu trauma.

Bukan tak mungkin di kemudian hari dia justru tumbuh menjadi orang yang takut dengan pernikahan atau justru meniru perilaku abusive tersebut. Jika tidak ingin anak stres di rumah, ciptakanlah suasana yang hangat dan menyenangkan. Setiap ada masalah, bicarakanlah baik-baik.

Aktivitas yang terlalu padat

Orang tua mana yang tak ingin anaknya berprestasi? Saking inginnya punya anak yang jenius, Anda mendaftarkan si Kecil untuk les privat dengan berbagai bidang. Mulai dari les piano, les menggambar, les menari, les matematika, hingga les bahasa Inggris.

Padahal, anak-anak belum tentu siap untuk mendapatkan segudang aktivitas seperti itu. Bukannya senang, anak justru bisa stres karena kebanyakan les. Lebih baik, fokuskan saja lesnya pada bidang yang dia minati. Misalnya, selama ini dia senang berjoget jika mendengar alunan musik, daftarkanlah les menari.

Sebenarnya, masih banyak kondisi yang membuat anak stres di rumah. Untuk mencegah kondisi itu terjadi, ciptakan suasana menyenangkan di rumah. Pertimbangkan pula sudut pandang si Kecil ketika Anda ingin melakukan atau memutuskan sesuatu. Tak ada salahnya juga Anda bertanya atau berdiskusi dengan anak. Dengan membiarkan anak terbuka dan mengungkapkan isi hatinya, risiko stress pada anak pun bisa dikurangi.

Sumber: https://www.klikdokter.com