Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Fungsi Doa Dalam Kehidupan Manusia


BAB III
FUNGSI DO�A DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Fungsi Doa Dalam Kehidupan Manusia

A. Mendekatkan Diri Kepada Allah
Doa salah satu sarana bertaqarrub kepada Allah, memelihara iman dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Melalui doa lebih memelihara hubungan vertikal dengan Allah yang senantiasa membuat manusia lebih ingat kepada-Nya. Dengan mengingat Allah akan membuahkan amal perbuatan dan sikap yang tulus kepada Allah.
Dalam arti mendekatkan diri kepada Allah dapat mengerjakan segala perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Seperti halnya shalat, karena shalat adalah suatu kewajiban yang telah dipundakkan oleh Allah, kepada hamban-Nya sebagaimana firman Allah SWT :
??????? ?????? ????? ?????? ??????? ?? ???????? (??????: 43)
Artinya : Dan dirikanlah shalat, keluarkan zakat dan ruku�lah bersama orang-orang yang ruku�. (Q.S. Al-Baqarah: 43)
Dengan melaksanakan shalat maka banyak sekali faedah bagi hamba itu sendiri, misalnya. Orang yang melaksanakan shalat dengan baik akan terhindar dari perbuatan yang mungkar, sebagaimana firman Allah SWT :
... ?? ?????? ???? ?? ??????? ??????? (????????: 45)
Artinya: Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. (Q.S. Al-Ankabut: 45)
Ditinjau dari segi yang lain shalat itu dapat mendidik kedisiplinan, dalam usaha memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Dengan bekerja keras akan membawa hasil, sedangkan disiplin akan menghasilkan secara teratur sehingga tidak terbuang-buang kesempatan. Bekerja keras dan disiplin adalah dua hal yang saling menunjang dalam usaha mencapai cita-cita hidup dunia dan akhirat.
            Dari segi waktu shalat merupakan pendidikan kedisiplinan untuk menghargai waktu dan hidup yang teratur, yang telah ditetapkan dan tidak bisa dirobah.
            Di sisi lain, shalat yang dilakukan  secara teratur dengan memahami apa yang terkandung di dalamnya dapat menumbuh kembangkan sikap optimisme dalam diri orang mengerjakannya. Karena orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya, percaya bahwa segala keinginannya akan diterima jika di do�akan dan diikhtiarkan untuk mendapatkannya. Misalnya dalam usaha mencari sesuatu atau untuk menolak suatu kesukaran.
            Hasbi Ash Shiddiqy mengatakan bahwa �do�a yang disertai dengan ikhtiar adalah senjata yang paling ampuh untuk menolak suatu kesukaran dan kemudharatan�.[1]
            Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan mengutip pendapat Ibnu Al-Qayyim berkata "seseorang tidak diberi nikmat karena ia tidak bersyukur, tidak membutuhkan Allah dan tidak berdo'a kepada-Nya. Dan, seseorang beruntung karena ia bersyukur, membutuhkan Allah dengan jujur, dan berdo'a kepada-Nya.[2]
Setiap orang yang melaksanakan shalat berarti telah memohon kepada Allah untuk memperoleh rizki yang baik dan halal, seperti yang dido�akan bagi seseorang yang melakukannya. Tatkala ia berangkat kerja, ia melangkah dengan wajah yang ceria dan hati yang optimis karena sebelumnya ia telah berdo�a agar diberikan kelapangan untuk mendapat rizki yang ia cari.
Ketegangan-ketegangan jiwa  yang tidak dapat terobati dengan hiburan bahkan pertolongan seorang Dokter sekalipun dapat dihilangkan dengan shalat, karena fungsi shalat salah satunya adalah untuk membentuk ketenteraman batin. Sebagaimana firman Allah :
????? ????? ?????? ?????? ???? ???? ??? ???? ???? ????? ?????? (?????: 28)
Artinya: Orang-orang yang beriman hati mereka akan menjadi tenteram bila mengingat Allah, Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra'du: 28).
Dari ayat ini jelaslah bahwa dengan melakukan shalat hati akan menjadi tenang, karena di dalam shalat ingatan kita senantiasa tertuju kepada Allah. Dengan tenangnya jiwa maka akan tenang pula kita melakuakan segala aktivitas hidup, setelah segala pekerjaan selesai dikerjakan maka jangan lupa mengiringi dengan do�a dan bertawakal agar pekerjaan itu membuahkan hasil, karena tawakallah batas kemampuan seorang hamba didepan penciptanya.

B. Membina  Ketenangan Jiwa
Hidup manusia di dunia bukan merupakan sesuatu yang menoton, melainkan penuh gelombang yang terkadang naik terkadang turun, dan perjalanan hidupnya akan terus mengalami pasang surut. Suatu saat berada dalam kecukupan, tenteram, serta gembira, namun pada waktu yang lain justru ditimpa kesedihan, karena hidup di dunia memang tidak bisa lepas dari permasalahan atau cobaan. Sedih dan gembira merupakan dua sisi dari warna kehidupan yang pasti dialami oleh siapapun orangnya, dari tingkat paling rendah hingga yang paling tinggi, dari yang paling miskin hingga yang paling kaya, dari orang yang paling bodoh hingga yang paling cemerlang kecerdasan otak dan pikirannya, anak yang paling kecil hingga seseorang yang paling lanjut usianya. Hal itu sudah merupakan sunnatullah, hukum alam yang telah digariskan Allah. "Sesungguhnya hidup itu sendiri memang cobaan".[3]
Jadi manusia tidak perlu bersedih atau putus asa menghadapi cobaan yang diberikan Allah, karena setiap cobaan pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya, dan Allah juga tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan hamba-Nya.
Dan yakinlah bersama kesulitan ada kemudahan, sebagaimana layaknya setelah lapar pasti ada kenyang, setelah dahaga ada kesegaran, setelah sakit ada sehat, yang pergi akan datang, yang tersesat akan mendapat petunjuk, yang menenmui kesulitan akan mendapat kemudahan, dan kegelapan akan sirna.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh A'idh bin Abdullah Al Qarni yaitu: ucapan terbaik yang disampaikan orang Arab dimasa jahiliyah adalah:
"Bersama air mata ada senyuman
Bersama rasa takut ada rasa aman
Bersama kegelisahan ada ketenangan".[4]
Dan hal ini juga sebagaimana firman Allah SWT:
?? ?? ????? ???? (????????: 6)
Artinya: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al-Insyrah: 6)
Untuk mendapatkan ketenangan jiwa harus ditempuh dengan pembinaan iman, bila iman telah terserap dalam lubuk hati sanubari, maka yang akan timbul adalah ketenangan dan ketenteraman dalam hidup.
            Jiwa yang tenang yang selalu disirami dengan iman dan do�a akan senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Rabbnya. Ia tidak akan terpengaruh oleh bujuk rayu keindahan duniawi, yang bisa membawa kepada kenistaan bahkan kekufuran.
            Ketenteraman jiwa akan sanggup menghadapi segala cobaan dengan sabar, tulus dan ikhlas, dan akan mensyukuri setiap rahmat yang diterima. Sikap ini akan terhindar dari keputus asaan pada setiap kegagalan yang dialami, karena dalam dirinya hanya ada Allah sebagai tempat menggantungkan harapan, sebagai makhluk ia sadar bahwa hanya ihktiar yang bisa dilakukan selebihnya ia akan bertawakal pada keputusan yang diberikan Allah SWT. Dalam hal ini Zakiah Darajat mengatakan �sembahyang, do�a-do�a dan permohonan ampun kepada Allah semuanya merupakan cara-cara pelegaan batin, yang akan mengembalikan ketenangan dan ketenteraman jiwa kepada orang-orang yang melakukannya�.[5]
            Keterangan di atas menjelaskan bahwa jiwa yang sudah galau, gundah dan putus asa pun dapat tenang kembali dengan melakukan sembahyang, berdo�a dan permohonan ampun kepada Allah SWT. Jadi jika ada seseorang yang selalu menghadapi kegagalan dalam meneruskan cita-citanya, tidak harus berputus asa tapi harus berdo�a kepada Allah supaya suatu waktu rahmat Allah akan diperuntukkan baginya.
            Orang-orang yang berjiwa tenang adalah orang-orang yang patuh dan taat menjalankan tuntunan agama, karena orang-orang yang taat selalu mengharap keridhaan Allah dan hanya keridhaan Allah yang menjadi modal utama dalam kehidaupan manusia, prinsip ini hanya bisa dipegang dengan iman yang kokoh. Kalau iman tidak kuat maka hilanglah pegangan ini, bila pegangan sudah tidak ada jiwa  tidak akan tenteram lagi dan dengan mudah dihinggapi oleh penyakit-penyakit jiwa. Kondisi jiwa yang seperti ini apabila ditimpa musibah yang besar bisa saja akan hilang akal, karena ia tidak siap menghadapi keadaan seperti kelaparan, ketakutan kekurangan harta benda dan sebagainya, lalu putuslah harapan dalam hidupnya.
            Orang-orang yang melupakan Allah ia akan mengalami kegoncangan-kegoncangan dalam hidupnya seperti gelisah, pikirannya terganggu. Sebaliknya orang-orang yang ingat kepada Allah SWT, dengan meminta pertolongan hanya kepada Allah serta menyerahkan perlindungan kepada-Nya, pikirannya jadi tenang dan hatinya menjadi tenteram. Jiwa yang seperti ini akan menjadi kuat dalam mengatasi kesukaran, karena terlahir dari ketenangan dan akhlak yang terpuji.

C.Memberi Kekuatan Jasmani dan Rohani
            Do�a sangat berpengaruhi terhadap kebutuhan kehidupan manusia, karena menyangkut dengan kekuatan jasmani dan rohani.

1.     Do�a memberi kekuatan jasmani.
            Dengan berdo�a seseorang dapat menimbulkan kekuatan batin yang berpengaruh terhadap kekuatan-kekuatan jasmani, sebagaimana kekuatan-kekuatan di luar tubuh manusia akan tidak dapat diandalkan dengan sepenuhnya, kecuali orang-orang yang teguh pendiriannya.
            Apabila memohon kepada Allah, mohonlah dengan keikhlasan dan kekusyu�kan dengan sepenuh hati  serta percaya kepada Allah bahwa ada hubungan batin dengan Nya. Kalau batin seseorang selalu berhubungan dengan Allah dengan jalan berdo�a dan memuji Allah maka akan nampaklah kekuatan jasmani dan hilanglah kelemahan-kelemahan dalam dirinya.
            Pada masa jahiliah manusia banyak yang bertuhan pada patung-patung dan berhala, maka dengan kehadiran Nabi Muhammad membawa agama Islam sekaligus berjuang mengikis kepercayaan-kepercayan kaum kafir pada masa itu, Nabi Muhammad mempertahankan aqidah dengan kekuatan kaum muslimin yang sedikit tapi mereka mampu menghadapi kekuatan kaum kafir yang berjumlah besar, pada hal pada saat itu kaum muslimin disamping sedikit tidak terampil pula dalam berperang. Semua ini kerena adanya kekuatan lain yang diberikan Allah kepada mereka sebagaimana firman-Nya :
... ?? ?? ??? ????? ???? ??? ????? ???? ???? ????? ?? ???????? (??????: 249)
Artinya : �Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 249).
            Dengan demikian jelas bahwa do�a memberi sugesti kepada seseorang supaya terus berusaha dengan sekuat tenaga. Karena usaha yang dilakukan itu demi tercapainya suatu cita-cita dan tidak menyerah diri pada kegagalan tanpa berusaha memperoleh kebahagiaan.

2.     Do�a Memberi Kekuatan Rohani.
              Dengan majunya ilmu pengetahuan di segala bidang, manusia dapat membuat bermacam-macam teknologi, sebagai contoh kemampuan manusia menciptakan senjata, yang bisa mematikan, atau kemampuan membuat bom nuklir yang dapat meluluhlantakkan sebuah Negara dan memusnahkan manusia.
              Bagi manusia yang beriman kepada Allah semua kekuatan yang dibuat manusia bukanlah kekuatan yang paling ampuh tapi masih ada kekuatan yang maha kuat dari semua kemampuan manusia itu yaitu kekuatan Allha SWT. Terkadang hal ini sering terlupakan oleh manusia dan menganggap bahwa kemampuan manusia adalah yang terkuat, pada hal kemampuan itu hanya sekelumit dari kekuatan Allah. Karena tidak ada sebuah petaka pun yang sanggup di hadapi dengan kekuatan hasil rekayasa manusia. Dalam keadaan seperti ini barulah manusia tergesa-gesa kembali kepada Allah untuk meminta pertolongan, sebagaimana firman Allah  SWT.
???? ?? ??????? ???? ????? ????? ?? ????? ?? ????? ???? ????? ??? ??? ?? ??? ?? ????? ??? ?? ???...( ????: 12)

Artinya:          Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo�a kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu dari padanya dia kembali melalui jalan sesat seolah�olah dia tidak pernah berdo�a kepada kami untuk menghilangkan bahaya yang pernah menimpanya...(Q.S. Yunus: 12)
             Dari ayat di tersebut dapat dipahami bahwa do�a itu sangat perlu bagi seseorang dalam memenuhi kebutuhan rohani, sebagai penangkis terhadap bahaya yang menimpanya.tetapi manusia sering melupakan malapetaka yang diberikan Allah setelah malapetaka itu berlalu dari mereka, tanpa memandang malapetaka itu sebagai teguran dari Allah, dan mereka kembali pada kenistaan yang selama itu deperaktekkan dilingkungan mereka dengan anggapan bencana dari Allah sebagai kejadian alam belaka, sehingga teguran Allah itu berlalu begitu saja tanpa dapat mengambil I�tibar dari sebuah malapetaka. Dengan demikian kebutuhan rohani mereka tidak terpenuhi sehgingga timbullah kegelisahan jiwa dan tekanan batin yang membahayakan kesehatan.
            Kartini Kartono mengatakan bahwa setiap individu memiliki dorongan yang bersifat organis (fisik dan mental) yang bersifat sosial. Dorongan dan kebutuhan itulah setiap individu membutuhkan kepuasan. Apabila kepuasan tersebut tidak terpenuhi timbullah ketegangan dalam usaha memenuhi kebutuhan. Dan apabila kebutuhan itu terpenuhi ketegangan menurun dan jika kebutuhan tak terpenuhi maka akan menimbulkan frustasi.[6]
            Kebutuhan tersebut ialah :
1.    Kebutuhan akan rasa kasih sayang.
2.    Kebutuhan akan rasa aman.
3.    Kebutuhan akan rasa harga diri.
4.    Kebutuhan akan rasa bebas.
5.    Kebutuhan akan rasa sukses.
6.    Kebutuhan akan rasa tahu ( mengenal ).[7]

1.     Kebutuhan akan rasa kasih sayang.
            Setiap orang membutuhkan rasa kasih sayang baik anak-anak maupun orang dewasa, apabila kasih sayang tidak dicurahkan pada seorang anak, ia akan merasa terasing dengan orang tua. Ia merasa tidak diperhatikan oleh orang-orang yang seharusnya memperhatikannya, maka ia akan mengalami penderitaan batin, lebih jauh dari pada itu ia akan mengalami kegoncangan jiwa. Hal seperti ini bisa menghambat perkembangan daya pikir anak, sehingga anak akan terlihat lambat dalam berfikir. Dan juga dapat mempengaruhi tingkah lakunya sehingga anak tersebut akan berkembang menjadi anak yang nakal, tidak patuh pada orang tua, dan susah diatur. Demikian juga pada orang dewasa, ia akan merasa kesepian, merasa ada kebutuhan batinnya tidak terpenuhi. Sehingga ia merasa bahwa di dunia ini dia hidup sendiri tiada tempat mengadu dan membagi kasih sayang. Dengan demikian bisa berakibat terjadinya ketegangan-ketegangan dalam diri orang itu.
            Akan tetapi bagi orang yang merasa kehilangan rasa kasih sayang apabila masih percaya kepada Allah sebagai zat yang Maha pengasih dan Maha penyayang, tidak akan mengalami rasa keputus asaan karena baginya masih ada kasih sayang Allah yang selalu ia rasakan, dengan jalan memohon kepada Allah agar merahmati sugesti dalam jiwanya.

2.     Kebutuhan akan rasa aman.
            Salah satu kebutuhan jiwa yang penting adalah kebutuhan akan rasa aman dalam kehidupan. Sebab dengan  rasa aman  lebih mendorong manusia untuk berusaha. Apabila ia dicoba dengan rasa ketidak nyamanan dalam hidup, maka fungsi do�a akan memberi peranan baginya, �percaya kepada Tuhan dan memberi ketenangan jiwa�[8], serta ia percaya bahwa tidak akan terjadi sesuatu apapun di atas muka bumi ini tanpa dengan izin Allah SWT. Sehingga terhindar dari rasa putus asa terhadap ketidak amanan hidupnya.

3.     Kebutuhan akan rasa harga diri.
            Rasa harga diri merupakan kebutuhan jiwa yang tidak bisa terabaikan, kurangnya rasa penghargaan diri seseoang akan membuat orang itu tersinggung dan merasa sakit hati, bahkan bagi sebagian orang akan mengambil jalan yang buruk dengan memfitnah, memusuhi dan mengkhianati orang yang memandang rendah dirinya. Kepercayaan kepada Allah akan menghilangkan sikap yang tidak terpuji ini, karena dihadapan Allah semua orang sama yang membedakan hanyalah taqwanya kepada Allah, dan harga diri seseorang tidak akan berkurang hanya dikarenakan ada orang yang merendahkan harga dirinya.

4.     Kebutuhan akan rasa bebas.
            Kebutuhan akan rasa tidak terikat akan mendorong seseorang lebih mudah dalam menentukan sikap dalam hidupnya, karena ketiadaan kebutuhan yang satu ini dapat berakibat gangguan jiwa, lalu akan menderita berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi atau tekanan darah rendah.
            Sebagai contoh bahwa pernah seorang ibu rumah tangga yang mengalami tekanan darah tinggi dalam beberapa tahun lamanya dikarenakan dalam hidupnya tertekan perasaan karena suaminya kurang memberikan kebebasab kepada isterinya.[9]
            Gangguan jiwa yang ditimbulkan oleh rasa keterikatan ini dapat dihilangkan dengan berdo�a kepada Allah supaya jauh dari bahaya tersebut.

5.     Kebutuhan akan rasa sukses.
            Rasa sukses merupakan kebutuhan jiwa yang penting, karena sukses dapat memberi kepuasan batin yang membuat hati tenang. Rasa sukses akan timbul apabila suatu cita-cita berhasil. Sebaliknya jika suatu cita-cita mengalami hambatan atau gagal dapat pula mengakibatkan rasa putus asa yang akan menghilangkan rasa percaya diri seseorang dan tidak mau lagi berusaha untuk mencapainya. Dengan mengingat Allah rasa yang ditimbulkan oleh suatu kegagalan akan hilang, karena keberhasilan suatu cita-cita berada dalam genggaman Allah manusia hanya bisa berusaha untuk keberhasilannya. Sikap seperti ini akan menghilangkan rasa kekecewaan terhadap kegagalan sebuah cita-cita karena dibalik kegagalan ada rahasia Allah yang tidak diketahui oleh manusia. Segala keputusan yang ditetapkan Allah kepada hamba-Nya adalah yang terbaik untuk hamba-Nya itu. Maka hendaklah manusia sabar dan tabah dalam menghadapinya karena setelah kesukaran pasti ada kelapangan.

6.     Kebutuhan akan rasa mengenal.
            Kebutuhan akan rasa mengenal lebih mendorong manusia untuk menyelidiki apa saja yang terdapat di permukaan bumi ini dengan bermacam-macam pendekatan melalui ilmu yang dimiliki. Dengan ilmu pengetahuan manusia akan mengungkapkan rahasia-rahasia yang ada disekelilingnya. Akan tetapi walaupun pengetahuan manusia begitu maju belum mampu juga  untuk menyibak semua isi alam. Ketidak mampuan manusia dalam membuka mesteri alam ini harus dikembalika kepada Allah bahwa ada yang lebih berkuasa dibalik semua kemampuan makhluk yakni Allah SWT. Dan Allah hanya memberikan sedikit pengetahuan kepada manusia dari pengetahuan-Nya yang Maha besar sehingga tidak merasa cemas dan berputus asa pada setiap kegagalan usaha dalam mengenal alam ini.



D. Dapat Mengatasi Segala Kesukaran
            Manusia dibekali akal  yang membedakan dirinya dari binatang, sehingga manusia mempunyai keinginan dan cita-cita, salah satu cita-citanya yaitu berkeinginan memperoleh kebutuhan dalam hidup, sehingga lebih mendorong manusia untuk berusaha  dan bekerja, sebagaimana M. Nasir menjelaskan dalam bukunya Fiqhu Da�wah sebagai berikut: "Dorongan untuk memenuhi hajat adalah fitrah manusia yang perlu untuk mempertahankan hidupnya dan kelanjutan jenisnya, dorongan ini adalah salah satu sumber kegiatan bagi kemajuan yang  tidak boleh tidak dan memang tidak boleh dimatikan".[10]
            Dengan adanya dorongan manusia untuk berusaha maka manusia semakin sibuk untuk mencari apa yang dirasa perlu dalam menempuh kehidupan. Kadang-kadang dengan kesibukan itu sehingga lupa pada tujuan diciptakannya di dunia ini, sebagaimana firman Allah SWT:
??? ???? ???? ?????? ??? ??????? (????????: 56)

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepada-Ku. (Q.S. Al-Zariyat: 56)
            Setiap manusia mempunyai akal dan perasaan yang sehat dan menginginkan usahanya berhasil, akan tetapi kenyataannya tidak semua usaha manusia berhasil seperti yang diharapkan tapi masih dihalangi oleh berbagai kesukaran yang berat bahkan harus menerima kegagalan. Karena setiap manusia yang mempunyai cita-cita yang baik tentulah tidak akan menemui jalan yang mulus, rintangan dan godaan akan menghadangnya. Makin tinggi cita-citanya dan makin mulia tujuan dan cita-citanya, maka semakin besar dan beratlah cobaan dan rintangan yang dihadapinya.  Seperti bunyi pepatah, "makin tinggi tempat berdiri seseorang makin keraslah angin yang bertiup menerpanya".[11]
            Bahkan para nabi dan rasulpun tak luput dari mengalami cobaan dan rintangan dalam perjuangan mereka menegakkan aqidah, malah kadar cobaan dan rintangan yang dihadapi para nabi luar biasa berat dan tak ada bandingannya. Hal ini menunjukkan sangat tinggi dan mulianya cita-cita para nabi dan rasul Allah.
Begitu juga cobaan dan rintangan yang dihadapi manusia dalam menempuh cita-citanya, hendaklah menjadikan pelajaran dalam mengharungi kehidupan ini, karena semakin kuat iman seseorang makin berat pula ujian yang diberikan Allah kepadanya. Dan hendaklah manusia tetap bertawakkal kepada Allah, karena Allahlah yang akan menunjukkan jalan keluar bagi kesulitan dan kesukaran yang dihadapi manusia tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT:
... ??? ??? ???? ???? ?? ????? (??????: 2)
Artinya: �Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar. (Q.S. Ath-Thalaq: 2)
            Segala kesukaran yang dihadapi dalam usaha manusia mencapai cita-citanya itu akan dapat teratasi  dengan kekuatan do�a kepada Allah, walaupun pada dasarnya bagaimanapun kuatnya kehendak manusia tidak akan mampu menghadapi kesukaran-kesukaran itu.
            Dengan demikian walaupun apasaja yang terjadi pada diri manusia telah ditentukan oleh Allah, tapi manusia wajib berusaha dengan yakin dan berdo�a kepada Allah, sesuai dengan hadist Nabi yang berbunyi :
?? ??? ??? ???? ??? ??? ??? ???? ???? ??? ???? ???? ???? ???? ?? ???? ?? ??? ??? ??? ??? ?????? ?? ????? ?????? ????? ?? ???? ???? ???? ???? ???? ?????? ??? ?? ?????? ??? ???? ??? ????? ?? ??? ???? ?? ???? ?????? ???? ?????? ??? ???? ??????? ?????? (???? ????)

Artinya : Dari Ali ra, Rasulullah Saw bersabda: Setiap orang telah diketahui (oleh Tuhan) tempat di dalam syurga atau neraka sahabat bertanya, apa gunanya bagi kita beramal ya Rasulullah? Apakah tidak baik bertawakkal (menyerah diri kepada Allah) saja?, Nabi menjawab, jangan, Setiap kamu akan dimudahkan Tuhan menurut takdirnya. Lalu Nabi membaca ayat al-Qur�an : barang siapa yang suka memberi hartanya di jalan Allah dan bertaqwa dan membenarkan adanya syurga, maka kami akan memudahkan baginya jalan yang sulit, sampai akhir hayat.[12]
            Dalam hadist ini Nabi melarang umatnya beralasan dengan takdir untuk meninggalkan usahanya, Nabi menyuruh berusaha karena dengan berusaha Allah akan memudahkan jalan baginya. Karena berdo'a saja tanpa berusaha ibarat manusia yang akan mencapai suatu tujuan, tetapi ia tidak menggerakkan kakinya untuk mencapai tujuan itu, ia hanya berpangku tangan dan menunggu agar tujuannya itu dapat tercapai. Dan hal itu adalah mustahil, karena do'a itu bukan mukjizat yang dapat mewujudkan segala keinginan manusia tanpa berusaha.
            Untuk memperoleh kebutuhan itu tiada lain kecuali berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki, dan iringi dengan bertawakkal dan berdo�a supaya tidak terjadi kesukaran-kesukaran dalam hidup ini.

E. Dapat Mengatasi Sikap Pesimis
            Manusia selalu berhadapan dengan berbagai kesukaran dan bermacam rintangan dalam hidupnya, untuk mengatasi masalah tersebut manusia menempuh jalannya dengan bermacam-macam cara pula, ada yang mempergunakan kekuatan jasmani maupun dengan kekuatan akal bagi yang mampu berfikir.     
            Dengan mempergunakan akal pikiran tidak selamanya sampai pada tujuan karena kemampuan akal manusia tidak selamanya berhasil memecahkan berbagai problem hidupnya. Disini manusia secara sadar dan tidak sadar terpaksa kembali kepada yang lebih berkuasa satu-satunya tempat memohon bantuan yaitu Allah.
            Dengan banyaknya kesukaran dan kegagalan yang dihadapi manusia akan memungkinkan terjadinya kekecewaan dan rasa rendah diri, namun rasa kekecewaan yang dirasakan itu akan hilang apabila berdo�a kepada Allah. Zakiah Darajat mengatakan sebagai berikut:
"Setiap kekecewaan yang menimpanya tidak akan memukul jiwanya, ia tidak akan putus asa, tapi ia akan menghadapinya dengan tenang. Dengan cepat ia akan ingat kepada Tuhan, dan menerima kekecewaan dengan sabar dan tenang. Dengan ketenangan hati itu ia akan dapat pula menemukan faktor-faktor pendorong atau penyebab kekecewaan itu, sehingga ia dapat menghindari gangguan perasaan atau gangguan jiwa akibat kekecewaan itu, ia tidak akan menjadi putus asa pesimis dalam hidupnya".[13]
            Dari kutipan ini dapat dipahami, bahwa dengan mengingat Allah seseorang yang kecewa dan pesimis karena suatu kegagalan itu dapat membawa kepada ketenangan jiwa serta jauh dari rasa putus asa. Oleh kerena itu, berdo�alah kepada Allah dan mengiringi dengan usaha supaya terwujud dan terkabul apa yang menjadi cita-citanya, Karena berdo�a saja tanpa berusaha adalah suatu perbuatan bohong dan Allah tidak akan melimpahkan rahmat-Nya.
            Marilah kita selalu berdo�a kepada Allah atas segala tindakan yang kita lakukan agar tidak menimbulkan sikap pesimis dalam hidup kita. Karena Allah sangat membenci manusia yang putus asa dan pasrah dengan nasib yang menimpanya. Setiap apa yang telah diberikan Allah kepada kita itu adalah ujian dari Allah, apakah kita sanggup untuk bangkit kembali berusaha untuk memperbaiki diri dan memperbaiki segala kesalahan atau kesilapan yang pernah kita lakukan.
            Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak manfaat yang kita rasakan dari berdo'a, selain meningkatkan ketaqwaan kepada Allah juga dapat memberikan kekuatan jasmani dan rohani dengan berdo'a kepada Allah akan dapat menghilangkan kelemahan-kelemahan fisik dan dapat membuat seseorang tegar dalam menghadapi goncangan yang melanda kehidupannya. Do'a juga dapat memberikan kekuatan rohani walau bagaimanapun canggihnya dunia ini dengan segala teknologi yang mampu mematikan dan memusnahkan manusia, tetapi hal itu tidak akan memberi rasa takut kepada manusia karena keyakinan masih ada kekuatan yang maha kuat dan tidak dapat tertandingi oleh siapapun dan dengan cara yang bagaimanapun.
            Segala kebutuhan manusia di muka bumi ini harus terpenuhi dan jika tidak terpenuhi akan timbul ketegangan dalam jiwanya. Karena setiap manusia membutuhkan kasih sayang, rasa aman, harga diri dan rasa bebas. Apabila salah satu dari kebutuhan ini tidak terpenuhi timbullah perasaan gelisah dan was-was bagi manusia itu sendiri. Dan untuk mengatasi hal tersebut hanya ada satu jalan yaitu berdo'a kepada Allah. Apapun permasalahannyajalan akhir yang harus ditempuh adalah do'a.
            Jadi kehidupan di muka bumi ini tidak terlepas dari usaha dan do'a dimanapun dia berada dan kapanpun waktunya. Karena do'a dan usaha merupakan dua perpaduan yang tidak dapat dipisahkan, dan dengan melaksanakannya akan dapat memberi ketenangan dan memberikan ketenteraman pada jiwa.

F. Do�a Sebagai Terapi Terhadap Gangguan Jiwa
            Sebenarnya dari dahulu agama dengan ketentuan dan hukum-hukumnya telah dapat membendung terjadinya gangguan kejiwaan, yaitu dengan dihindarkannya segala kemungkinan-kemungkinan sikap, perasaan dan kelakuan yang membawa kepada kegelisahan. Jika terjadi kesalahan yang akhirnya membawa kepada penyesalan pada orang yang bersangkutan maka agama memberi jalan untuk mengembalikan ketenangan batin dengan meminta ampun kepada Tuhan.
            Seiring kehidupan zaman yang semakin berkembang dengan cepatnya, sehingga segala keperluan hidup hampir tercapai, tampaknya manusia lari dari agama. Kehidupan yang rukun aman dan cinta-mencintai mulai pudar dan menghilang sedikit demi sedikit berganti dengan kehidupan bersaing, berjuang dan mementingkan diri sendiri. Keadaan hidup yang seperti ini membawa akibat yang kurang baik terhadap ketenteraman jiwa dan akhirnya banyaklah manusia yang terganggu ketenteraman batinnya dan kebahagiaan semakin menjauh dari kehidupan orang. Bahkan berbagai penderitaan akan kehidupan, baik perasaan, fikiran, kelakuan atau kesehatan jasmani.
            Dalam usaha untuk mengembalikan ketenteraman batin dan kebahagiaan kepada setiap orang yang menderita, memang bermacam-macam usaha telah dilakukan dan telah menunjukkan hasil yang lumayan. Namun demikian di Negara yang telah maju dalam bidang perawatan jiwa justru banyak penderita gangguan kejiwaan.
            Berdasarkan pengalaman-pengalaman dalam menghadapi para penderita jiwa tersebut, ditemui bahwa disamping merawat mereka secara teknis ilmiah, perlu pula mereka didorong untuk berusaha menolong dirinya sendiri, terutama dalam melegakan perasaan batinnya, untuk maksud ini ternyata bahwa �Do�a  mempunyai kekuatan yang besar dalam mempercepat kesembuhan penderita gangguan jiwa tersebut�.[14]
            Sebagai contoh ada seorang ibu yang cantik, yang berada di ambang pintu usia putus asa, kelihatannya tampak kurang gembira. Keluhan yang terpokok adalah rasa gelisah dan rasa kesepian yang paling menyedihkan ialah perasaan seolah-olah dia hidup sendirian dan setelah di teliti ternyata dia adalah orang yang tidak pernah mengenal agamanya. Maka ibu tersebut disarankan supaya dia mempelajari agama disamping konsultasi jiwa yang dihadapi secara berkala, dan terus berdo�a memohon kepada Allah supaya Allah memberi jalan keluar baginya. Setelah dua bulan berjalan ibu itu tampak lebih gembira dan berseri air mukanya.
            Ternyata sembahyang, do�a-do�a dan permohonan ampun kepada Allah, semuanya merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan ketenangan dan ketenteraman jiwa kepada orang-orang yang melakukannnya.
            Semakin dekat seseorang kepada Allah, dan semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu ia menghadapi kekecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam hidupnya. Dan demikian pula sebaliknya, semakin jauh orang itu dari agama akan semakin susahlah baginya mencari ketenteraman jiwa.       
         


















[1]Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman shalat, cet V (Jakarta: Bulan Bintang.1963),  hal. 215.



[2]Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan, Tarbiyah Dzatiyah, Penerjemah: Fadhli Bahri, (Jakarta: An-Nadwah, 2004), hal. 79.

[3]Helmi Laksono, Keutamaan Istighfar, cet I, (Jakarta: Gema Insani, 1998), hal. 52.


[4]A'idh bin Abdullah Al-Qarni, 30 Tips Hidup Bahagia, cet II, (Terjemahan; Muhammad Misbah), (Jakarta: Rabbani Press, 2004), hal. 36-37.

[5]Zakiah Darajat, Pedoman Agama dalam Kesehatan Mental, cet III, (Jakarta: Gunung Agung), hal. 79.

[6]Kartini Kartono, Teori-Teori Kepribadian dan Mental Hygiene, (Bandung: Alumni, 1974), hal. 163.

[7]Zakiah Darajat, Pedoman Agama,�, hal. 35.

[8]Ibid, hal. 39.

[9]Ibid, hal. 45.

[10]M. Nasir Fiqhu Da�wah, Dewan Da�wah Islamiah Indonesia, (Jakarta: DDII 1978), hal. 44.

[11]Helmi Laksono, Keutamaan Istighfar�,hal. 55.

[12]Imam Muslim, Sahih Muslim, Juz XVI, (Mesir: Matha'ah Misriyah, tt),  hal. 187

[13] Zakiah Darajat, Pedoman Agama,�, hal. 59-60.

[14]Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental,�,  hal. 74-79