Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pengertian Pendidikan Tauhid


BAB III

HAKIKAT PENDIDIKAN TAUHIID


A.    Pengertian Pendidikan Tauhid 
           
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan itulah manusia dapat maju dan berkembang dengan baik, melahirkan kebudayaan dan peradaban positif yang membawa kebahagian dan kesejateraan hidup mereka. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat kebudayaan dan peradabannya.
Kata pendidikan berasal dari kata dasar didik atau mendidik, yang secara harfiah berarti memelihara dan memberi latihan[1]. Dalam bahasa Arab kata pendidikan juga berasal dari kata rabba-yurabbi-tarbiyatan, berarti mendidik, mengasuh dan memelihara[2].  Bahasa Arab pendidikan juga sering diambilkan dari kata �allama dan addaba. Kata allamaberarti mengajar (menyampaikan pengetahuan), memberitahu, mendidik. Sedangkan kata addaba lebih menekankan pada melatih, memperbaiki, penyempurnaan akhlak (sopan santun) dan berbudi baik[3]. Namun kedua kata tersebut jarang digunakan untuk diterapkan sebagai wakil dari kata pendidikan, sebab pendidikan itu harus mencakup keseluruhan, baik aspek intelektual, moralitas atau psikomotorik dan afektif.
Dengan demikian, ada tiga istilah pendidikan dalam konteks Islam yang digunakan untuk mewakili kata pendidikan, yaitu tarbiyah, ta�limdan ta�dib. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, kata tarbiyah dipandang tepat untuk mewakili kata pendidikan, karena kata tarbiyah mengandung arti memelihara, mengasuh dan mendidik yang ke dalamnya sudah termasuk makna mengajar atau �allama dan menanamkan budi pekerti (addab)[4]. Walaupun demikian, baik tarbiyah, ta�lim dan ta�dib, semua merujuk kepada Allah. Tarbiyah ditengarai sebagai kata bentukan dari kata Rabb, yang mengacu kepada Allah sebagai Rabbal �alamiin. Ta�lim yang berasal dari kata �allama, juga menuju kepada Allah sebagai Zat Yang Maha Alim. Selanjutnya kata ta�dib memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah.
Kata pendidikan juga berpadanan dengan education yang berarti membimbing; sebagaimana pendapat John Dewey, �the word education means just a process of leading or bringing up[5] . Kata tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia yang berarti membimbing kemampuan, potensi dan fitrah yang tersimpan dalam diri anak untuk mencapai kedewasaan. Dalam Kamus Pendidikan, kata pendidikan diartikan sebagai �upaya membantu peserta didik untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, kecakapan, nilai, sikap dan pola tingkah laku yang berguna bagi hidupnya�[6].  Menurut Muhammad Naquib Al Attas, �Education is a process of instilling something into human beings�, atau dengan kata lain �Education is something progressively instilled into man[7].
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) atau potensi manusia agar berkembang sampai titik maksimal sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
Kata tauhid berasal dari kata kerja wahhada, yang berarti �mengesakan, menyatakan atau mengakui Yang Maha Esa�[8].  Maksudnya ialah keyakinan atau pengakuan terhadap keesaan Allah, Zat Yang Maha Mutlak. Dalam kamus agama dijelaskan tentang pengertian tauhid yaitu Tauhid adalah meng-Esakan Tuhan, suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa Tuhan itu Esa, tiada sekutu bagi-Nya, tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta segala isinya yang mengatur dan memelihara serta yang membinasakan[9].  Tauhid menurut pendapat Muhammad Abduh adalah �asal makna tauhid ialah meyakinkan bahwa Allah adalah satu, tidak ada syarikat bagiNya�[10].
Keyakinan tentang satu atau Esanya Zat Allah, tidak hanya percaya bahwa Allah ada, yang menciptakan seluruh alam semesta beserta pengaturannya, tetapi haruslah percaya kepada Allah dengan segala ketentuan tentang Allah meliputi Sifat, Asma dan af�al-Nya�[11].  Dengan demikian, tauhid adalah suatu bentuk pengakuan dan penegasan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Zat Yang Maha Suci yang meliputi sifat, asma dan af�al-Nya.
Secara sederhana pendidikan tauhid mempunyai arti suatu proses bimbingan untuk mengembangkan dan memantapkan kemampuan manusia dalam mengenal keesaan Allah. Menurut Hamdani pendidikan tauhid yang dimaksud di sini ialah Suatu upaya yang keras dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan, membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu dan ruh kepada pengenalan (ma�rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah SWT. Dan melenyapkan segala sifat, af�al, asma dan dzat yang negatif dengan yang positif (fana�fillah) serta mengekalkannya dalam suatu kondisi dan ruang (baqa�billah)[12].
 Pendidikan yang dimaksud ialah agar manusia dapat memfungsikan instrumen-instrumen yang dipinjamkan Allah kepadanya, akal pikiran menjadi brilian di dalam memecahkan rahasia ciptaan-Nya, hati mampu menampilkan hakikat dari rahasia itu dan fisik pun menjadi indah penampilannya dengan menampakkan hak-hak-Nya[13].  Pendidikan tauhid yang berarti membimbing atau mengembangkan potensi (fitrah) manusia dalam mengenal Allah ini, menurut pendapat Chabib Thoha, �supaya siswa dapat memiliki dan meningkatkan terusmenerus nilai iman dan taqwa kepada Allah Yang Maha Esa sehingga pemilikan dan peningkatan nilai tersebut dapat menjiwai tumbuhnya nilai kemanusiaan yang luhur�[14]. 
Dengan kata lain pendidikan tauhid adalah �usaha mengubah tingkah laku manusia berdasarkan ajaran tauhid dalam kehidupan melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan dengan dilandasi oleh keyakinan kepada Allah semata�[15]. Hal ini sesuai dengan karakteristik ajaran Islam sendiri yaitu, mengesakan Allah dan menyerahkan diri kepada-Nya. Allahlah yang mengatur hidup dan kehidupan umat manusia dan seluruh alam. Dialah yang berhak ditaati dan dimintai pertolongan-Nya.
Dengan pendidikan tauhid ini, manusia akan menjadi manusia hamba bukan manusia yang dehumanis kemudian timbul rasa saling mengasihi, tolong menolong, memberikan hartanya yang lebih kepda mereka yang membutuhkan selalu waspada terhadap tipu daya dunia dan manusia zalim, dapat belaku sederhana (zuhud) dan hati yang wara serta sebagainya Dengan demikian pendidikan tauhid mempunyai makna yang dapat kita pahami sebagai upaya untuk menampakkan atau mengaktualisasikan potensi laten yang dimiliki oleh setiap manusia, yang dalam bahasa Islamnya potensi laten ini disebut dengan fitrah. Salah satu fitrah manusia adalah fitrah beragama maka dari itu pendidikan tauhid lebih diarahkan pada pengembangan fitrah keberagamaan seseorang sebagai manusia tauhid.
Tauhid, dalam Ensiklopedia Islam yang disusun oleh Tim IAIN Syarif hidayatullah terbagi  menjadi dua yakni : tauhid Rububiyah dan tauhid Ubudiyah.[16]Sedangkan menurut Isma�il Raji Al Faruqi tauhid terdiri dari tiga kriteria yang talazum, yakni Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Hakimiyah.[17]Ruang lingkup aqidah oleh Yunahar Ilyas, yang meminjam sistematika Hasan al Banna membagi ruang lingkup tauhid menjadi 4 bagian yakni Ilahiyat, Nubuwat,Ruhaniyat, dan Sam�iyyat[18].
Semua aktivitas alam semesta ini tidak terlepas dari kebesaran dan kekuasaan Allah sebagai Rabb. Allah tidak membutuhkan bantuan siapapun untuk mengurus alam ini, mengakui bahwa Dialah Rabb yang Esa, tunggal tidak ada Rabb selain Dia inilah yang disebut sebagai tauhid rububiyah. Selanjutnya ketauhidan itu tidak hanya pengakuan bahwa Allah satu-satunya pencipta dan Ilah, namun ketauhidan tersebut harus sejalan dengan semua aktivitas seorang hamba, keyakinan tersebut harus diwujudkan melalui ibadah, amal sholeh yang langsung ditujukan kepada Allah Swt. tanpa perantara serta hanya untuk Dialah segala bentuk penyembahan dan pengabdian, ketaatan  tanpa yang hanya tertuju kepada-Nya syarat, inilah tauhid ubudiyah.
Tauhid Uluhiyah sebagaimana dijelaskan oleh Daud Rasyid ialah bahwa yang berhak dijadikan tempat khudhu� atau ketundukan dalam beribadah serta ketaatan hanyalah Allah Swt yang berhak dipatuhi secara mutlak oleh hambanya bukan hamba yang berlagak sebagai �raja�.[19] Dijelaskan pula bahwa Tauhid Al Hakimiyah ialah hanya Allah-lah yang berhak membuat ketentuan, peraturan, dan hukum. Meskipun mungkin konsep ini sudah terkandung dalam pengertian Uluhiyah namun ulama kontemporer tetap memisahkannya dengan tujuan menonjolkan kehakimiyahan Allah Swt.[20]
Ketauhidan ini harus dimiliki oleh setiap muslim, oleh sebab itu ditanamkan kepada para generasi penerus karena tanpa tauhid semuanya akan hancur, baik masa depan agama maupun bangsa. Pendidikan ketauhidan perlu ditanamkan sejak dini. Awal kehidupan serta lingkungan pertama dan utama yang dikenal anak adalah keluarga.            
B.     Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid

1.      Dasar Pendidikan Tauhid
Dasar merupakan fundamental dari suatu bangunan atau bagian yang menjadi sumber kekuatan. Ibarat pohon, dasarnya adalah akar. Maksud dari dasar pendidikan di sini ialah pandangan yang mendasari seluruh aspek aktivitas pendidikan, karena pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Dasar pendidikan yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pandangan oleh suatu masyarakat itu berlaku sehingga dapat diketahui betapa penting keberadaan dasar pendidikan sebagai tempat pijakan.
Dengan demikian setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan mapan. Pendidikan tauhid sebagai suatu usaha membentuk insan kamil harus mempunyai landasan ke mana semua kegiatan pendidikan dikaitkan dan diorientasikan. Dasar pendidikan tauhid adalah sama dengan pendidikan Islam, karena pendidikan tauhid merupakan salah satu aspek dari pendidikan Islam, sehingga dasar dari pendidikan ini tidak lain adalah pandangan hidup yang Islami, yang pada hakikatnya merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transendental dan universal yaitu Al Qur�an dan Hadis.
Al-Quranul Karim, Sunnah Nabi Muhammad saw, serta penalaran serta perenungan yang sehat terhadapnya merupakan asas atau sumber pokok akidah islamiyah, demikian penjelasan Ali Abdul Halim Mahmud.[21] Karena membicarakan dasar pendidikan Islam berarti membicarakan dasar syari�at  Islam yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi.[22]
Adapun uraian dasar pendidikan tauhid adalah sebagai berikut:
a.       Alqur�an
1)      Surat At Tahrim ayat 6 :
??? ???????? ????????? ??????? ???? ??????????? ????????????? ?????? ?????????? ???????? ?????????????? ????????? ??????????? ??????? ??????? ??? ????????? ??????? ??? ?????????? ????????????? ??? ??????????? (??????? : ?)
Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. At-Tahriim: 6).

2)      Surat Luqman ayat 13 :
?????? ????? ????????? ????????? ?????? ???????? ??? ??????? ??? ???????? ????????? ????? ????????? ???????? ???????) ???? : ??)
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: �Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.(Qs. Lukman:13).


Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya, merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat syirik, karena pada hakikatnya pendidikan tauhid adalah pendidikan yang berhubungan dengan kepercayaan akan adanya Allah dengan keesaan-Nya, sehingga timbul dalam ketetapan dalam hati untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang ditetapkan dalam hati sanubarinya.

3)      Surat Al Baqarah ayat 132-133 :
???????? ????? ???????????? ??????? ??????????? ??? ??????? ????? ?????? ???????? ?????? ???????? ????? ?????????? ?????? ???????? ????????????, ???? ??????? ???????? ???? ?????? ????????? ????????? ???? ????? ????????? ??? ??????????? ??? ??????? ???????? ???????? ????????? ????????? ???????? ???????????? ?????????????? ??????????? ???????? ???????? ???????? ???? ???????????) ??????: ???- ???(
Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya�qub. (Ibrahim berkata):� Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. Adakah kamu hadir ketika Ya�qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: �Apa yang kamu sembah sepeninggalku?�. Mereka menajwab: �Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma�il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.(Qs. Al-Baqarah:132-133).

Dengan demikian, memberikan pendidikan tauhid kepada anak didik (orang yang belum tahu) sebagai dasar hidupnya dan dasar pendidikan sebelum memberikan pengetahuan lain agar terhindar dari azab Allah.
b.      Hadits
Hadis merupakan dasar kedua setelah Alquran. Hadis berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dicanangkan dalam Islam. Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di rumah-rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah sahabat yang dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedang masjid yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi di Madinah. Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan realisasi sunnah Nabi Muhammad sendiri. Adapun hadis yang berkaitan dengan pendidikan tauhid ialah:
???? ????? ??????????? ??????? ????? ????????:????? ???????? ????? ??? ???? ???? ???? : ??? ???? ?????????? ?????? ???????? ????? ???????????. ??????????? ?????????????? ???????????????? ????????????????) ???? ???????)
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu�anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:  Tidak seorang anakpun yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan menetapi fitrah, Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi.(HR. Bukhari).[23]

Setelah mengetahui dasar pendidikan tauhid dalam keluarga, dapat kita lihat bahwa Al-Quran dan Al Haditsternyata memberikan statemen yang jelas dan tegas tentang pendidikan perlunya pendidikan tauhid dalam keluarga. Selanjutnya ialah tentang tujuan pendidikan tauhid dalam keluarga.

2.      Tujuan Pendidikan Tauhid
Suatu usaha atau kegiatan dapat terarah dan mencapai sasaran sesuai dengan yang diharapkan maka harus ada tujuannya, demikian pula dengan pendidikan. Suatu usaha apabila tidak mempunyai tujuan tentu usaha tersebut dapat dikatakan sia-sia belaka. Tujuan, menurut Zakiah Daradjat ialah �suatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan itu selesai�[24].  Apabila pendidikan dipandang sebagai suatu usaha melalui proses yang betahap dan bertingkat maka usaha atau proses itu akan berakhir manakala tujuan akhir pendidikan sudah tercapai. Namun demikin tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
 Tujuan pendidikan secara umum menurut pendapat Hasan Langgulung adalah �maksud atau perubahan-perubahan yang dikehendaki dan diusahakan oleh pendidik untuk mencapainya�[25]. Pendapat ini bila dianalisis, pada dasarnya tujuan pendidikan adalah maksud belajar yang dikomunikasikan secara jelas, meliputi tingkah laku dan kondisi-kondisi tertentu yang diharapkan muncul di dalamnya setelah dilaksanakannya proses belajar mengajar. Sedangkan tujuan pendidikan menurut UU Pendidikan ialah Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[26]. 
Tujuan pendidikan menurut UU Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan, yang mempengaruhi dan mengejala dalam perilaku lahiriah. Tujuan pendidikan menurut pendapat Al Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Abidin Ibnu Rusn ialah� Pendidikan dalam prosesnya haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani, mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu bahagia dunia dan akhirat, karena hasil dari ilmu sesungguhnya adalah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam�[27].
Sedangkan menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan pendidikan ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Oleh karena itu pendidikan haruslah meliputi seluruh aspek manusia, untuk menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah, yang dimaksudkan dengan menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah[28].  Secara khusus tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai lahirnya nilai etika insane[29].  Tujuan pendidikan menurut ketiga pendapat di atas, pada dasarnya adalah tujuan yang berkaitan dengan pendidikan yang bercorak Islam. Dalam hal ini Islam menghendaki agar manusia didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia dalam Islam ialah beribadah. Pendidikan tauhid sebagai salah satu aspek pendidikan Islam mempunyai andil yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Menurut Zainuddin, tujuan dari hasil pendidikan tauhid dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pertama, Agar manusia memperoleh kepuasan batin, keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana yang dicitacitakan. Dengan tertanamnya tauhid dalam jiwa manusia maka manusia akan mampu mengikuti petunjuk Allah yang tidak mungkin salah sehingga tujuan mencari kebahagiaan bisa tercapai. Kedua,  Agar manusia terhindar dari pengaruh akidah-akidah yang menyesatkan (musyrik), yang sebenarnya hanya hasil pikiran atau kebudayaan semata. Ketiga,Agar terhindar dari pengaruh faham yang dasarnya hanya teori kebendaan (materi) semata. Misalnya kapitalisme, komunisme, materialisme, kolonialisme dan lain sebainya[30].

Menurut Abu Tauhied tujuan pendidikan tauhid tidak terlepas dari tujuan pendidikan Islam karena pendidikan tauhid dalam keluarga bagian dari pendidikan Islam itu sendiri. Oleh sebab itu sebelum kita membicarakan tujuan pendidikan tauhid dalam keluarga kita perlu mengetahui tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu. Tujuan pendidikan Islam akan terlihat jelas jika kita melihat defenisinya kembali. Tujuan adalah salah satu faktor yang harus ada dalam setiap kegiatan begitu pun dalam kegiatan pendidikan, termasuk aktivitas pendidikan Islam.Tentunya tujuan tersebut terwujud setelah seseorang mengalami proses pendidikan Islam secara keseluruhan�.[31]
Dengan demikian, tujuan dari pendidikan tauhid adalah tertanamnya akidah tauhid dalam jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam. Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan tauhid pada hakikatnya adalah untuk membentuk manusia tauhid. Manusia tauhid diartikan sebgai manusia yang memiliki jiwa tauhid yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui perilaku yang sesuai dengan realitas kemanusianya dan realitas alam semesta, atau manusia yang dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahiah.           
C.    Fungsi Pendidikan Tauhid        
           
Fungsi merupakan bentuk operasional dari sebuah tujuan, sehingga kita dapat melihat fungsi pendidikan tauhid dalam keluarga dengan menganalisis tujuan dari pendidikan tauhid. M. Saleh menyebutkan bahwa pendidikan tauhid dalam keluarga adalah berfungsi untuk: Pertama, Memberikan ketentraman dalam hati anak. Kedua, Menyelamatkan anak dari dari kesesatan dan kemusyrikan., Ketiga, Membentuk perilaku dan kepribadian anak, sehingga menjadi falsafah dalam kehidupannya.[32]
Dari penjelasan yang diuraikan oleh Yunus,  dapat dilihat bahwa pendidikan tauhid dalam keluarga memiliki beberapa fungsi agar: Pertama, Anak dapat beribadah kepada Allah secara ikhlas. Kedua, Anak dapat mengetahui makna dan maksud beribadah kepada Allah. Ketiga, Anak dapat menjauhi hal-hal yang dilarang Allah seperti syirik dan semua hal yang dapat menghancurkan ketauhidan.[33]

Keluarga merupakan tempat pertama kali anak menerima pendidikan tauhid. Dengan menanamkan kepada anak bahwa dirinya selalu berada dalam perlindungan dan kekuasaan Allah yang Maha Esa. Sehingga dengan proses yang panjang anak akan selalu mengingat Allah Swt. Allah berfirman :
????????? ???????? ????????????? ?????????? ???????? ?????? ????? ???????? ?????? ??????????? ?????????? (????? : ??)
Artinya:  (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Qs. Ar-Ra'd:28).

Pendidikan tauhid dalam keluarga juga membuat anak mampu memiliki keimanan berdasarkan kepada pengetahuan yang benar, sehingga anak tidak hanya mengikuti saja atau �taklid buta�.  Dengan mengajarkan ketauhidan yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits, maka ketauhidan yang terbentuk dalam jiwa anak disertai dengan ilmu pengetahuan yang berdasarkan kepada argumen-argumen dan bukti-bukti yang benar, serta dapat dipertanggung jawabkan.
Keyakinan yang disertai ilmu pengetahuan akan membuat keyakinan itu semakin kokoh, sehingga akan terpancar melalui amal perbuatan sehari-hari. Maka benar jika keimanan itu tidak hanya diucapkan, kemudian diyakini namun juga harus tercermin dalam perilaku seorang muslim. Ketauhidan yang telah terbentuk menjadi pandangan hidup seorang anak akan melahirkan perilaku yang positif  baik ketika sendirian maupun ada orang lain, karena ada atau tidak ada yang melihat, anak yang memiliki ketuhidan yang benar akan merasakan bahwa dirinya selalu berada dalam penglihatan dan pengawasan Allah, sehingga amal dan perilaku positif yang dilakukan benar-benar karena mencari ridha Allah Swt.
Menurut ibnu taimiyah, sebagaimana yang dikutib oleh masjid �irsan al-kaylani,[34]tugas pendidikan islam pada hakikatnya tertumpu pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan tabiat peserta didik. Pendidikan tauhid dilakukan dengan pemberian pemahaman terhadap dua kalimat syahadat; pemahaman terhadap jenis-jenis tauhid (rubuhiyah, uluhiyah, dan sifat dan asma�); ketundukan, kepatuhan, dan keikhlasan menjalankan islam; dan menghindarkan dari segala bentuk kemusyrikan. Sedang pendidikan pengembangan tabiat peserta didik adalah mengembangkan tabiat itu agar mampu memenuhi tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah Swt. Dan menyediakan bekal untuk beribadah, seperti makan dan minum. Menurut Ibnu Taimiyah, manusia yang sempurna adalah mereka yang senantiasa beribadah, baik beribadah diniyyah maupun beribadah kawniyah. Ibadah diniyyah adalah ibadah yang berhubungan dengan pencipta (ta�abbdudi) dan sesama manusia (ijtima�i). sedangkan ibadah kawniyah adalah ibadah yang berhubungan dengan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada Allah Swt. Setelah memahami hukum-hukum alam dan huku-hukum sosial kemasyarakatan.
Akhirnya, dapat dilihat bahwa pendidikan tauhid dalam keluarga sangatlah penting dan harus segera dilakukan oleh para orang tua, karena fungsinya yang sangat besar dalam membentuk pribadi muslim yang benar, dan bertakwa kepada Allah Swt, yang dihiasai dengan akhlak dan perilaku positif, sehingga anak-anak yang bertauhid juga akan melakukan hal-hal yang positif. Hal-hal yang dapat bermanfaat baik untuk dirinya, keluarganya, masyarakatnya, agamanya, bahkan dunia. Aktivitas yang timbul dari anak yang bertauhid hanyalah mencari ridhaAllah Swt, bukan mencari sesuatu yang bersifat duniawi.
D.    Tauhid Sebagai Pendidikan Islam                                

Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada kesempatan kali ini kami akan membawakan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah), karena hal inilah yang banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim namun pada kenyataannya mereka menujukan sebagian bentuk ibadah mereka kepada selain Allah, baik itu kepada wali, orang shaleh, Nabi, malaikat, jin dan sebagainya.
Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia, Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:
????? ???????? ???????? ?????????? ?????? ?????????????)  ????????: ??(
Artinya:   Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.(Qs. Adz-Dzariyat: 56).

Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu �anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Anbiya ayat 16-17 sebagai berikut:
????? ????????? ????????? ??????????? ????? ??????????? ??????????, ???? ????????? ??? ?????????? ??????? ???????????????? ??? ????????? ??? ?????? ??????????) ????????: ??-??(
Artinya: Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian. (Qs. Al Anbiya: 16-17).

Selain itu, tauhid juga adalah tujuan diutusnya beberapa rasul ke muka bumi, dalam hal ini Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 36 sebagai berikut:
???????? ????????? ??? ????? ??????? ????????? ???? ?????????? ?????? ?????????????? ??????????? ????????? ????? ????? ?????? ????????? ????? ??????? ???????? ??????????? ?????????? ??? ???????? ??????????? ?????? ????? ????????? ???????????????) ?????: ??(
Artinya:  Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-Rasul). (Qs. An-Nahl: 36).

Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Allah untuk mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Selain itu tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama, Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 36 sebagai berikut:
???????????? ?????? ????? ??????????? ???? ??????? ?????????????????? ?????????? ??????? ?????????? ????????????? ??????????????? ?????????? ??? ?????????? ?????????? ????????? ???????????? ????????? ??????? ?????????? ????? ???????? ????????????? ????? ?????? ??? ??????? ??? ????? ?????????? ???????? )?????? :??(
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Qs. An-Nisa: 36).

Dalam ayat ini Allah menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Allah semata.
Pendidikan dalam arti yang lebih luas merupakan pranata kehidupan manusia untuk menemukan hakikat siapa dirinya dan untuk apa dia hidup di dunia ini. Melalui pendidikan diharapkan ada kemajuan yang dicapai manusia pada kelangsungan kehidupannya agar ia selalu bisa berbuat lebih baik.[35]Namun pada teori dan prakteknya pendidikan sering kali terbentur pada wilayah-wilayah politik, ekonomi, sosial dan lebih parahnya lagi adalah kepentingan birokrasi pemerintah, yaitu dengan adanya kebijakan-kebijakan pendidikan yang sebenarnya tidak sesuai dengan hakikat dari pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu perlu kiranya formulasi pendidikan yang dapat menjadi solusi atas ketercarutmarutan situasi sosial belakangan ini.
Pendidikan Islam sebagi bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai tanggung jawab strategis untuk turut menciptakan iklim pendidikan yang lebih baik. Yaitu sebuah sistem pendidikan yang benar-benar mampu menjadi solusi bagi segala pernik kehidupan. Dengan demikian diharapkan pendidikan Islam mampu menjadi jalan bagi pencarian umat menuju kepribadian yang sempurna.
Dalam kondisi inilah, kemudian banyak kalangan gerakan dan intelektual Islam yang mencoba membangun kembali semangat yang pernah hilang. Semangat dan cita-cita yang secara kaffah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Semangat ini coba digali lagi dari kekuatan tauhid. Doktrin tauhid yang menjadi ruh kekuatan Islam tidak pernah hilang dari perjalanan sejarah, walaupun aktualisasinya dalam dimensi kehidupan tidak selalu menjadi kenyataan. Dengan kata lain, kepercayaan kepada ke-Esa-an Allah belum tentu terkait dengan perilaku umat dalam kiprah kesejarahannya. Padahal, sejarah membuktikan bahwa tauhid menjadi senjata yang hebat dalam menancapkan pilar-pilar kesejarahan Islam. Pentingnya pendidikan tauhid ini sebagaimana terdapat dalam pengajaran Nabi Lukman kepada anaknya berikut ini:
?????? ????? ????????? ????????? ?????? ???????? ??? ??????? ??? ???????? ????????? ????? ????????? ???????? ???????) ?????: ??(
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya dan dia mengajarnya, 'Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah Swt. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar'.' (Qs. Lukman: 13).

Pengajaran Lukman kepada anaknya yang diungkapkan Allah Swt pada ayat tersebut, merupakan bagian dari kegiatan Lukman dalam mendidik anaknya untuk bertauhid (mengesakan Allah Swt). Ternyata Lukman memilih tauhid sebagai materi pendidikan yang mendasar. Ayat tersebut juga mengimbau setiap manusia untuk meneladani cara Lukman dalam mendidik anaknya. Manusia harus mengedepankan pendidikan tauhid kepada generasi penerus yang bakal menjadi ahli warisnya.[36]
Pentingnya pendidikan tauhid ini seharusnya menjadi pertimbangan untuk didahulukan daripada pendidikan disiplin ilmu yang lain. Selain itu pendidikan tauhid juga harus menjadi dasar pendidikan ilmu pasti, ilmu sosial dan politik, sains dan teknologi, ilmu ekonomi, biologi, olahraga, dan sebagainya. Sehingga segala jenis pendidikan yang dipraktekkan manusia tersebut mempunyai tujuan luhur yang sifatnya tidak hanya duniawi namun juga ukhrawi.
Pendidikan tauhid menyentuh segala aspek kehidupan manusia, baik itu pada aspek kognisinya, afeksinya dan juga psikomotoriknya. Pendidikan tauhid sebagai landasan bagi pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang lebih luas yaitu bahwa pendidikan Islam harus mencakup segala kebutuhan hidup manusia yang tentunya didasari nilai-nilai ketauhidan. Sehingga pendidikan Islam dituntut untuk melahirkan insan-insan yang senantiasa berbuat dan bersikap dalam kebaikan pada dirinya, pada tuhannya, pada sesama makhluk dan pada lingkungan sebagai wujud konkret sebagi insan yang beriman[37].
Tauhid merupakan dasar peradaban Islam, sebab esensi peradaban Islam adalah agama Islam. sementara esensi ajaran Islam itu sendiri adalah tauhid, yaitu suatu afirmasi atau pengakuan bahwa Allah adalah Maha Esa, Pencipta yang mutlak dan transenden serta Raja dan Penguasa alam semesta. Tauhid memiliki implikasi yang sangat penting dalam sistem dan struktur amal dalam Islam. Dengan tauhid, seorang muslim akan menjadikan Allah sebagai terminal akhir dan ultimate serta dasar aksiologi dari semua mata rantai aktivitas di dunia[38].  Menurut pendapat Amin Rais, Pandangan dunia tauhid itu bukan saja mengesakan Allah seperti yang diyakini oleh kaum monoteis, melainkan juga mengakui kesatuan penciptaan, kesatuan kemanusiaan, kesatuan tuntunan hidup, dan kesatuan tujuan hidup, yang semua itu merupakan derivasi dari kesatuan ketuhanan�[39].
Formulasi kalimat tauhid adalah kalimat thayyibah Laa Ilaaha illallah, yang berarti tiada Tuhan selain Allah. Dengan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah ini, seorang manusia tahu dan memutlakkan Allah Yang Maha Esa sebagai Khalik dan menisbikan selain-Nya, sebagai ciptan-Nya (makhluk). Dengan dasar ini maka pendidikan tauhid menjadi suatu yang vital dalam kehidupan manusia sebab dengan memembekali dasar tauhid manusia akan selalu ingat kepada Allah. Orang yang berpaling dari pengetahuan tentang tauhid akan tersesat karena akan selalu mengikuti pikiran-pikiran yang salah yang akan menjerumuskan kelembah kemusyrikan. Pengalaman tauhid merupakan pengalaman yang bersifat suci, maka pengalaman ini dalam kehidupan manusia akan menjadi sumber inspirasi kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Hal ini disebabkan tauhid akan mendidik jiwa manusia untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya kepada Allah semata. Tujuan hidup hanyalah Allah dan harapan yang dikejarnya adalah keridhaan-Nya, yang akhirnya akan membawa konsekuensi pembinaan karakter yang agung dan menjadi manusia yang suci, jujur, dan teguh memegang amanah Allah.




                [1] Muhibin Syah, M. Ed., Psikologi Pendidikan, Editor: Anang Solihin Wardan, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 32.
                [2] Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Yogyakarta: PP. Al Munawwir, 1989), hal. 504.
                [3] Ibid., hal. 461 dan 1526.
                [4] Abdul Halim (ed.), Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 25.
                [5] John Dewey, Demokracy and Education, (New York: The Masmillan Company, 1964),
hal. 10.
                [6] St. Vembriarto, dkk., Kamus Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1994), hal. 47.
                [7] Muhammad Naquib Al Attas, The Concept of Education in Islam : a Framework for an
Islamic Philosophy of Education, (Kuala Lumpur : Art Printing works SDN. BHD Riong, 1980),
hal.13
                [8] Ahmad Warson Munawwir, Kamus..., hal. 164.
                [9] M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, (Jakarta: Bonafida Cipta Pratama, 1991), hal. 353.
                [10]Syekh Muhammad Abduh, Risalah At Tauhid, terj. H. Firdaus A. N., (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), hal. 3.
                [11]Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 1.
                [12] M. Hamdani B. DZ, Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, (Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2001), hal. 10.
                [13] Ibid., hal. 10.
                [14] M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 62.
                [15]Zaky Mubarok Latif, dkk., Akidah Islam, (Yogyakarta: UI Press 1998), hal. 80.
[16]Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hal. 934.
[17]Ismail Raji al Faruqi, Tauhid, Terjemahan Rahmani Astuti, (Bandung:  Pustaka, 1988), hal.18.
[18]Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2004). hal. 4.
[19]Daud Rasyid,  Islam dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal. 16.
[20] Ibid., hal. 21-22.
[21] Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik Telaah Manhaj, Akidah Serta Harakah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 27.
[22]Abdurrahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam, Rekonstruksi Pemikiran Dalam Tinjauan Filosofis Pendidikan Islam, (Yogyakarta UII Press, 2002), hal. 64.
[23]Al-Bukhari, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibn Al-Mughirah bin Bardizbah. Shahih Bukhari Juz 7, (Jakarta: Darul Fikri, 1994), hal. 556.
                [24]Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 29.
                [25]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisia psikologi, Filsafat dan
Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986), hal. 59.
                [26] UU RI, No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 6.
                [27] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), hal. 57.
                [28]Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2000), hal. 46.
                [29] M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 72.
                [30]Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 8-9.
[31] Abu Tauhied, Ms., Beberapa...., hal. 23.

[32] Ibid., hal. 28.
[33]Yunus, Metodik...., hal. 38.
[34]Majid �Irsan al-Kaylan, al-fikr al- Tarbawi �inda ibn Taymiyah, (Al-Madinah al- Munawwarah: Maktabah Dar al-Tarats, 1986), hal. 91-103.
[35]Muhammad Sa�id Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah, Sebuah terobosan Baru pendidikan Anak Modern, (Jakarta: Cendekia,1998), hal. 44..
[36] M. Hamdani B. Dz, Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001), hal. x.
[37]Osman Bakar, Tauhid & Sains Perspektif Islam tentang Agama & Sains, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), hal. 148.
                [38]Ismail Raji Al Faruqi, Tauhid, terj Rahman Astuti, (Bandung : Pustaka, 1995), hal. 3
                [39] M. Amin Rais, Cakrawala Islam antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1991), hal. 18