Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

upaya guru agama dalam meningkatkan kemampuan kemampuan membaca Al-Quran siswa


BAB I
PENDAHULUAN

upaya guru agama dalam meningkatkan kemampuan kemampuan membaca Al-Quran siswa

A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia untuk dijadikan petunjuk. Dalam Islam, Al-Qur'an merupakan pedoman hidup yang harus dipelajari dan dipahami kandungannya, karena didalamnya berisi petunjuk, bimbingan dan aturan-aturan bagi kehidupan manusia, sehingga umat Islam harus dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Al-Qur'an merupakan suatu mukjizat maknawi dan keindahan teksnya dan gaya bahasa yang tidak ada bandingannya.
�Membaca Al-Qur'an merupakan perbuatan ibadat bagi orang yang membacanya.�[1] Untuk membaca Al-Qur'an sangat diperlukan ilmu pengetahuan tentang cara-cara membaca Al-Qur'an, yang salah satunya adalah ilmu Tajwid. Membaca Al-Qur'an adalah perintah Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Muzammil ayat 4 yang berbunyi:

Artinya: �atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur�n itu dengan perlahan-lahan�. (al-Muzammil: 4)
Al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang melakukan kebajikan dan menyuruh orang lain berbuat kebajikan dan meninggalkan kemungkaran.
Dalam fungsinya sebagai petunjuk yaitu meningkatkan (kualitas) keyakinan dan memperluas keimanan, meningkatkan (kualitas) tingkah laku dan kepribadian, dan membangun hukum untuk mengatur tingkah laku manusia.
Dalam Al-Qur'an juga dijelaskan bahwa segala persoalan kehidupan dan berbagai macam persoalannya sudah diatur oleh Allah SWT. Untuk itu Al-Qur'an sudah diajarkan kapan dan dimana saja. Membaca Al-Qur'an juga salah satu muatan pengantarnya lebih menekankan kepada aspek keagamaan.[2]
Oleh karena itu, siswa SMP Negeri 2 Neuhen ketika dilakukan tes membaca Al-Qur'an masih sangat kurang mampu. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua dalam memberikan pendidikan agama kepada anaknya, khususnya dalam membaca Al-Qur'an. Di sisi lain, di SMP Negeri 2 Neuhen pun sangat kurang materi pelajaran agama, karena SMP tersebut tidak ada mata pelajaran Al-Qur�an yang khusus, tetapi hanya tersedia satu pokok bahasan tentang bacaan Al-Quran dalan satu semester.


 guru melihat kemampuan membaca Al-Qur'an siswa khususnya siswa kelas I SMP Negeri 2 Neuhen.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah:
1.     Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur�an siswa kelas I SMP Negeri 2 Neuhen?
2.     Bagaimana upaya guru agama di SMP Negeri 2 Neuhen dalam meningkatkan kemampuan kemampuan membaca Al-Qur�an siswa?
3.     Hambatan apa saja yang ditemui guru agama dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an siswa?

B.    Penjelasan Istilah
Sebelum kita membicarakan masalah ini terlalu jauh maka dari judul skripsi ini istilah yang akan penulis jelaskan adalah :
  1. Kemampuan
  2. Membaca
  3. Al-Qur'an
Adapun uraian dari ketiga istilah di atas adalah sebagai berikut :
1.     Kemampuan
Menurut W.J.S Poerwadaminta, kata kemampuan mengandung dua arti, yaitu (1) kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan (2) Kekayaan.[3]
Dari pengertian kamus di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa kemampuan adalah suatu kesanggupan atau kecakapan serta ketaatan yang di miliki baik yang berupa fisik maupun psikis. Sebagaimana yang telah kita ketahui  bahwa kemampuan juga berarti memperkenalkan suatu kondisi dimana menunjukkan potensi seseorang untuk mengembangkan kecakapannya dalam suatu bidang tertentu.
Atau kemampuan juga bisa diartikan sebagai suatu kondisi atau suatu kualitas yang di miliki individu yang memungkinkan individu itu brkembang pada masa akan datang. Sehubungan dengan judul skripsi ini, maka kemampuan yang dimaksudkan penulis di sini adalah kesanggupan atau kecakapan yang di miliki siswa dalam usaha memahami dan membaca Al-Qur'an.
2.     Membaca
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, membaca juga mempunyai dua pengertian, yaitu (1) melihat dan mengerti atau dapat melisankan yang tersurat. (2) mengucapkan.[4] Namun demikian dalam bahasa Arab membaca dikenal dengan sebut �???� yang berasal dari fiil madhi. �???�berarti pekerjaan membaca sesuatu menambah ilmu pengetahuan.
Membaca dapat juga diartikan sebagai kegiatan menelesuri, memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbul atau dalam pengertian lain membaca ialah salah salah satu fungsi kemanusiaan yang tertinggi dan menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya .
Beberapa pengertian membaca menurut dari beberapa para ahli :
JI SHENG mengartikan, membaca adalah proses mengenal, mengenterpretasi dan mempersepsi bahan yang tertulis dan tercetak selain itu juga komunikasi antara penulis dan pembaca.[5]
SAVAGE and MONEY,  menyatakan membaca adalah sebagai suatu proses pemerolehan atau mendapat kanarti dan pengertian dari tulisan tercetak.[6]
Jadi, membaca adalah kumpulan dari sebuah proses dan hasil yang tidak hanya melibatkan pengenalan arti kata-kata atau simbol kata-kata tapi juga pengetahuan dan pengalaman pembaca.
Dari pengertian kamus dan beberapa pengertian para ahli tersebut, maka berdasarkan judul skripsi ini penulis dapat mengambil suatu pengertian dari membaca adalah melisankan atau mengucapkan apa-apa yang tersurat dan tertulis.
Adapun membaca yang penulis maksudkan dalam pembahasan ini adalah pembelajaran Al-Qur'an yang dilakukan dengan cara menyuruh siswa untuk membaca, sehingga mereka mampu membaca Al-Qur'an dengan baik dan fasih.
3.     Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah wahyu yang di turun kan kepada Nabi Muhammad SAW untuk memberikan penjelasan dan meyakinkan dan tidak terbantah. dapat juga diartikan sebagai wahyu Allah SWT . yang merupakan mukjizat yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum dan pedoman hidup pemeluk Islam dan jika dibaca menjadi ibadah.

C.    Tujuan Penelitian
Suatu penelitian ilmiah memiliki tujuan-tujuan tertentu karena itu merupakan hal yang sangat penting untuk dapat melihat arah dan saran pembahasan sehingga apa yang akan dibahas mudah untuk dipahami.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.     Untuk mengetahui mengapa siswa di SMP Negeri 2 Neuhen kurang mampu membaca Al-Quran.
2.     Untuk mengetahui upaya guru agama di SMP Negeri 2 Neuhen dalam meningkatkan kemampuan kemampuan membaca Al-Qur�an siswa.
3.     Untuk mengetahui hambatan yang ditemui guru agama dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an siswa.

D.    Postulat dan Hipotesis
1.     Postulat
            Berdasarkan problematika yang ada, maka perlu adanya postulat ataupun anggapan dasar yang mengarah kepada masalah yang akan diteliti dalam suatu penelitian. Menurut Winarto Surachmad, postulat adalah tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi, yang titik pangkal pemikiran yang kebenarannya tidak lagi menjadi keraguan penyelidik.[7]
Adapun postulat dari pembahasan ini adalah:
1)    Pengajaran Al-Qur'an merupakan kewajiban bagi umat Islam dan bagi guru di sekolah maupun orang tua di rumah diperintahkan untuk mengajarkan pendidikan Al-Qur'an pada anak.
2)    Seorang anak muslim harus mampu membaca dan mengartikan Al-Qur'an dengan baik dan benar.
3)    Pengajaran Al-Qur'an sejak dini meruypakan tanggung jawab orang tua di rumah baru kemudian di lingkungan sekolah dan tempat-tempat pengajian sehingga anaknya kelak dapat mengartikan dan memahami tentang Islam secara kaffah (menyeluruh).

2.     Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya harus diuji secara empiris atau merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya.[8]
Dengan bertitik tolak pada postulat di atas, maka pemecahan diarahkan melalui anggapan sementara (hipotesa), adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.   Kemampuan membaca Al-Qur�an siswa SMP Negeri 2 Neuhen masih kurang baik.
2.   Usaha meningkatkan kemampuan baca Al-Qur'an siswa telah dilakukan oleh guru cukup memadai.
3.   Kurang perhatian orang tua merupakan hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur�an siswa SMP Negeri 2 Neuhen.

E.     Populasi dan Sampel
Menurut Koentjaraninggrat, populasi adalah semua objek yang menjadi objek penelitian atau seluruh individu yang ditetapkan menjadi sumber data. Sedangkan sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari kelompok populasi (sebahagian dari populasi).[9] Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Neuhen yang terdiri dari 9 kelas, 3 lokal dengan jumlah siswa 120 orang siswa. Karena banyak populasi dan keterbatasan waktu, maka penulis mengambil beberapa sampel secara acak (random sampling) sehingga dapat mewakili populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila populasi melebihi dari angka 100, maka dapat diambil 10-15 %, 15-20 %, dan 20-25 %.[10]Karena itu berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis menetapkan sampel penelitian sebanyak 20 % saja atau 24 siswa dan siswi SMP Negeri 2 Neuhen. Dari 24 siswa yang penulis jadikan sampel penelitian, penulis juga mengadakan pemilahan pengambilan sampel berdasarkan kelas yang terdiri dari kelas IA sebanyak 8 orang, kelas IB 8 orang dan kelas IC sebanyak 8 orang. Dengan pengambilan sampel demikian kiranya dapat dikumpulkan data sebagaimana yang penulis maksudkan.

F.     Metodelogi Penelitian
1.     Tehnik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1)    Library research (penelitian kepustakaan) adalah penelitian yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan dan dapat mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
2)    Field research (penelitian lapangan) adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sebagai berikut :
a)     Angket (kuisioner) yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan dan jawaban yang penulis ajukan kepada sampel penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk isian atau simbol. Angket tersebut diberikan kepada siswa untuk diberikan jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terutama tentang kemampuan membaca Al-Qur'an siswa SMP Negeri 2 Neuhen.
b)    Wawancara yaitu tanya jawab dengan guru agama. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur'an.
c)     Observasi (pengamatan lapangan) yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengamati langsung ke lokasi penelitian. Penulis mengadakan observasi sebagai usaha untuk mengkomplain setiap jawaban yang diberikan siswa dan guru melalui angket dan hasil wawancara, sehingga dengan observasi dapat ditemukan data yang sebenarnya. Observasi dilakukan ke ruang kelas pada saat guru mengajar guna mengetahui proses kegiatan belajarn yang sedang berlangsung.
d)    Tes baca Al-Qur�an yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendengar secara langsung kemampuan baca Al-Qur�an siswa, dalam tes ini penulis hanya mengambil 67 orang sample dari ketiga tingkat kelas yang dianggap mewakili populasi.  
            Adapun sebagai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku panduan �Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh Tahun 2002.�
Adapun dalil-dalilnya atau ayat-ayat Al-Qur'annya penulis berpedoman pada Kitab Suci Al-Qur'an dan Terjemahannya yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI, terbitan CV. Diponegoro, Bandungtahun 2000.




[1]Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu dan Seni Baca Al-Qur'an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 10.

[2]Baharuddin Lopa, Al-Qur'an dan Hak-hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1996), hal. 33.
[3]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. V, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),    hal. 628.

[4] Ibid., hal. 71.

[5]Sutan, Firmanawaty, Maniak Membaca, Membesarkan Buah Hati Dengan Puspa Swara, (Jakarta: IKAPI, 2004), hal.

[6]Ibid, hal. 24.
[7]Winarno Surachmad, Pengantar Metodologi Penelitian, (Bandung: Tarsito, 1975),  hal. 63.

[8]Sumardi Surya Brata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 75.
[9]Koentjaraninggrat, Metodelogi Penelitian, (Banda Aceh, 2004), hal. 41.

[10]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 111