BAB
II
DENDAM
DALAM PERSFEKTIF ISLAM
A. Dendam Menurut Pandangan Islam
Dendam
secara bahasa diambil dari kata Al-Hiqdu, yang artinya menahan,
yaitu menahan rasa sakit atau rasa tidak puas sehingga menuju dendam dan ingin
membalas rasa sakit hatinya. Adapun secara istilah dendam (Al-Hiqdu)
adalah menyimpan permusuhan di dalam dada karena tidak bisa membalas pada saat
itu juga, sambil kemudian menghindar atau mencari kesempatan untuk
melampiaskannya pada waktu yang lain dengan cara apa saja. Hal ini terjadi kalau
seseorang menahan marahnya karena tidak bias membalas saat itu juga.[1]
Dendam
merupakan buah dari hati yang terasa terluka, teraniaya dan haknya terambil.[2]
Semakin kuat seseorang menyimpan dendam, maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk marah dan dengki. Ia tidak akan suka melihat orang lain merasa
nikmat dan senang malah sebaliknya ia lebih senang melihat orang lain merasakan
kesusahan. Apabila dendam itu tidak segera diobati maka, bukan cuma mencemarkan
nama baik, tetapi bisa menimbulkan rasa ingin
mencelakai bahkan membunuh, meskipun dengan menyuruh dan membayar orang
lain untuk melakukannya.
Dendam
juga timbul karena ada rasa marah, rasa marah ini juga merupakan suatu penyakit
hati yang perlu dijauhi serta dihilangkan oleh setiap manusia. Apabila
seseorang telah marah maka, ia tidak dapat menyelesaikan masalah dengan hati
yang jernih. Hatinya selalu diliput rasa ingin membalas rasa sakit hati, inilah
yang disebut dendam. Bila marah sudah memuncak maka pikiran akan menjadi
sempit, tindakan akan lepas dari kontrol, sehingga apa saja yang dilakukan
hanya untuk menyalurkan dorongan marah dan dendamnya.[3]
Dendam merupakan salah satu penyakit hati yang harus dihilangkan oleh setiap yang
telah beriman kepada Allah, karena sifat ini merupakan suatu sifat keinginan
dari hawa nafsu yang ada dalam jiwa manusia yang tidak digunakan pada tempatnya
serta tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam. Orang
yang telah beriman kepada Allah SWT.,dan telah mengerjakan amal yang shaleh,
harus menjauhi sifat dendam, karena ia akan dimasukkan kedalam surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai yang begitu indah. Hal ini sesuai dengan Firman
Allah SWT, Surat Al-A’raf ayat42-43 yang berbunyi:
úïÏ%©!$#ur
(#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
w ß#Ïk=s3çR
$²¡øÿtR
wÎ) !$ygyèóãr Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r&
Ïp¨Zpgø:$# (
öNèd $pkÏù tbrà$Î#»yz $uZôãttRur
ÇÍËÈ $tB Îû
NÏdÍrßß¹ ô`ÏiB
9e@Ïî
ÌøgrB
`ÏB
ãNÍkÉJøtrB ã»pk÷XF{$#
(
(#qä9$s%ur ßôJptø:$# ¬! Ï%©!$#
$uZ1yyd #x»ygÏ9 $tBur
$¨Zä.
yÏtFöks]Ï9 Iwöqs9 ÷br& $uZ1yyd ª!$# (
ôs)s9 ôNuä!%y` ã@ßâ $uZÎn/u Èd,ptø:$$Î/
(
(#ÿrßqçRur
br&
ãNä3ù=Ï? èp¨Yyfø9$# $ydqßJçGøOÍré&
$yJÎ/
óOçGYä.
tbqè=yJ÷ès?
(العأرف: ٤۳ – ٤۲)
Artinya:
Dan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, kami tidak
memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya,
mereka Itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Dan kami cabut segala macam dendam yang
berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka
berkata: "Segala puji bagi Allah yang Telah menunjuki kami kepada (surga)
ini. dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak
memberi kami petunjuk. Sesungguhnya Telah datang Rasul-rasul Tuhan kami,
membawa kebenaran." dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang
diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan". (QS. Al-A’raf : 42-43)
Ayat di atas, memberi suatu penafsiran bahwa orang-orang
yang beriman dan beramal saleh sesuai dengan kemauannya, mereka akan menjadi
penghuni surga, mereka tidak akan tidak akan dikeluarkan dari dalamnya dan
tidak akan dicabut dari mereka segala kenikmatan buat selama-lamanya. Allah
juga tidak akan memikulkan kewajiban kepada mereka melainkan sekedar
kesanggupannya. Ayat di atas
juga menjelaskan bahwa penghuni surga tidak mempunyai rasa dendam dan benci
kepada orang lain. Allah telah membuang rasa dendam dan benci itu dari dada
mereka. Kemudian Allah menumbuhkan rasa berkasih-kasihan, rasa bergembira dan
bersatu kepada mereka. Dengan demikian mereka akan memuji Allah yang telah
memberi petunjuk selama hidup di dunia sehinnga mereka menjadi orang yang
beriman dan bermal shaleh yang
menyebabkan mereka menjadi penghuni surga. Inilah balasan dari Allah kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh serta menjauhi sifat
dendam. Hal ini berbeda dengan orang-orang yang mempunyai sifat dendam, mereka
akan dimasukkan kedalam nereka. Kemudian Allah membakar mereka dengan api yang
menyala-nyala.[4]
Dari
penafsiran ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah memberikan balasan surga kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal-amal yang shaleh serta menjauhi dari penyakit dendam.
Sedangkan orang yang mempunyai sifat dendam akan jauh dari surga Allah dan disiksa
dalam neraka yang apinya menyala-nyala. Demikianlah ayat di atas, yang
mana Allah menjelaskan kepada umat manusia bahwa
keburukan dendam sangat tidak baik, bahkan penyakit dendam sangat tercela dan
dibenci oleh Allah SWT.
Rasa
dendam atau perbuatan tercela merupakan suatu penyakit hati yang membawa
seseorang kepada buruk sangka, suka menyelidiki keburukan orang lain,
membicarakan cacat orang lain, semua ini merupakan perbuatan yang di benci
dalam Islam.[5]
Apabila buruk sangka ada pada seseorang maka nilai-nilai kebaikan akan jauh
dari orang tersebut, hatinya hanya menilai kejelekan
orang lain.
Ia disibukkan dengan mencari-cari, menyelidiki kelemahan dan
kejelekan orang lain. Setelah ia mengetahui semua kejelekan orang lain, maka ia
akan menceritakan kepada yang lain lagi supaya anggapan yang negatif itu bisa
tertanam kepada orang yang di jelekan. Jika ini berhasil dilakukan maka hatinya
akan puas dan senang.
Padahal dengan
perbuatannya itu kesenangan yang hakiki tidak akan dimilikinya, tetapi karena pengaruh hawa nafsu dan bujuk rayu syaithan, maka
ia akan akan rela berbuat demikian. Oleh karena itu,
sifat dendam hanya akan menghancurkan kebahagiaan pikiran
dan akhlak manusia. Dendam juga menghancurkan kebahagiaan hidup di akhirat
kelak, karena orang yang dendam telah menyibukkan dirinya untuk mengurus dan
mencari kejelekan orang lain, sehingga ia lupa beramal untuk bekal hidup
akhiratnya.
Sungguh
maha besar Allah yang telah menurunkan Islam melalui utusan-Nya untuk
memperbaiki akhlak manusia. Barang siapa yang hidupnya ia gantungkan pada agama
yang di wahyukan Allah maka ia akan selamat dunia akhirat. Akhlak Rasulullah
yang paling utama yang harus diikuti oleh setiap manusia adalah ketika beliau dihina,
dilempar, bahkan mau dibunuh, akan tetapi
hatinya tetap tidak pernah marah dan tidak menimbulkan dendam. Prilakunya
sangat bersahabat mengedepankan rasa persaudaraan antar sesama muslim maupun
orang kafir. Rasulullah juga tidak pernah mempunyai penyakit hati yang dapat
menyebabkan putusnya tali persaudaraan, akan tetapi hubungan baiklah yang
beliau inginkan, baik dengan orang kafir maupun sesama muslim. Beliau juga tidak pernah
melakukan perselisihan atau perseteruan dengan sesama manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat
Al-Hijr ayat 47 yang berbunyi:
$oYôãttRur
$tB
Îû
NÏdÍrßß¹ ô`ÏiB
@e@Ïî
$ºRºuq÷zÎ) 4n?tã 9ãß tû,Î#Î7»s)tGB
Artinya: Dan
kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka
merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (QS. Al-Hijr : 47)
Ayat di atas, menjelaskan
bahwa Allah SWT., mencabut dari hati penduduk surga segala macam dendam kesumat
dan rasa dengki yang telah terpendam selama hidup di dunia, dan menjadikan
mereka hidup bersaudara dan berkasih sayang. Penyakit hati akan di cabut keakar-akarnya sehingga tidak ada lagi dendam
kesumad, dengki dan permusuhan. Dengan demikian kita manusia
menjadi saudara dan saling bersahabat. Kata
yang harus di pahami dalam ayat di atas, adalah kata “ghillin” yang berarti kekeruhan. Kata tersebut dipahami juga
dalam arti permusuhan,dengki, iri hati
dan dendam kesumat yang kesemuanya melahirkan kekeruhan jiwa.[6]
Kekeruhan
jiwa yang diakibatkan oleh berbagai macam penyakit hati seperti dendam, iri
hati dan lain-lain.
Hal ini akan berakibatkan kepada hati yang mati. Hati yang
mati adalah hati yang tidak memiliki kehidupan dan tidak mengenal Tuhan yang
harus di sembah, apabila ia mencintai, maka ia akan mencintai karena hawa nafsunya dan apabila ia membenci,
maka ia membenci karena hawa nafsunya. Demikian
pula apabila seseorang yang hatinya
telah mati, maka ia tidak akan mampu
lagi berbuat kebaikan yang ikhlas karena Allah. Ia tidak lagi
berfikir menurut peraturan Allah karena ia telah di
pengaruhi oleh hawa nafsu yang diikutinya.
Dalam hal ini syahwat
menjadi pengemudinya, kebodohan adalah supirnya dan kelalaian adalah kendaraannya.[7] Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat Al- An’am ayat 43,
Allah berfirman :
Iwöqn=sù øÎ) Nèduä!%y` $uZßù't/ (#qãã§|Øs? `Å3»s9ur ôM|¡s% öNåkæ5qè=è% z`yur ÞOßgs9 ß`»sÜø¤±9$# $tB (#qçR$2 cqè=yJ÷èt ( الأ
نعم: ٤۳)
Artinya:
Maka Mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri
ketika datang siksaan kami kepada mereka, bahkan hati mereka Telah menjadi
keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka
kerjakan. (QS. Al-An’am: 43)
Ayat di atas, memberi suatu penafsiran bahwa Allah bertanya kepada manusia, Mengapa mereka
selaku hamba-Nya
tidak mau memohon kepadanya dengan tunduk
merendahkan diri dan mendekatkan diri kepadanya, ketika Allah menguji mereka?
Hatinya keras membangkang dan tidak dapat Khusyuk, sehingga mereka melakukan
kemusyrikan, keingkaran dan perbuatan-perbuatan maksiat.[8] Hal ini terjadi karena hati mereka telah mati. Demikian
pula dengan orang-orang yang mempunyai perasaan dendam, di mana ia banyak
menyimpan rasa dengki, iri hati kepada orang lain. Sehingga membuat ia lupa
melakukan kebenaran dan kebaikan untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Kebenaran
atau kebaikan yang diberikan orang tidak akan diterima, karena ia hanya
mengikuti hawa nafsu dan godaan syaithan yang telah menampakkan keindahan,
kebaikan terhadap orang-orang yang mempunyai penyakit dendam. Penyakit dendam
sering timbul dari hati orang yang terluka, tersakiti, teraniaya, atau yang
merasa terambil haknya, sehingga wujud dendam yang paling kongkrit adalah
kemarahan.[9]
Seseorang akan membalas amarahnya karena tidak suka melihat
orang itu sengsara melebihi dirinya. Makin membara dendam
seseorang maka semakin kuat berupaya mencari jalan untuk mencemarkan, mencoreng
bahkan kalau perlu mencelakakannya. Orang yang dendam juga tega melakukan
hal-hal yang keji demi kepuasan hatinya. Hal ini dilakukan karena merasa ia
telah ditipu atau karena takut disaingi.
Kehidupan di dunia yang fana ini Memang sering terjadi kesalahpahaman
bahkan kedengkian antara seseorang dengan orang lain, kendati mereka telah bersahabat, tetapi karena faktor kedengkian dan iri hati
sering membuat mereka tidak
harmonis yang pada gilirannya menimbulkan keresahan hidup. Penyakit hati ini juga dapat menimbulkan dampak
negatif berupa kerusakan pada diri sendiri dan orang lain. Dendam
juga dapat kita identikkan dengan hati yang sakit. Hati yang sakit juga kerap
diuji dan di bisikan oleh dua seruan yakni seruan menuju pada jalan Allah,
Rasul-Nya, dan seruan pada ketergesa-gesaan.
Hati yang sakit cenderung menjawab seruan yang paling dekat dengan
kecenderungan dirinya. [10] Salah
satu contoh dendam yang merupakan implementasi dari hati orang yang sakit adalah
ia cenderung kepada
kebatilan yaitu ingin membalas rasa sakit hatinya. Perbuatan ini sering dilakukan
oleh orang-orang munafik. Hal ini juga
sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat
52 :
utIsù z`Ï%©!$# Îû NÎgÎ/qè=è% ÖÚt¨B cqããÌ»|¡ç öNÍkÏù tbqä9qà)t #Óy´øwU br& $oYt7ÅÁè? ×otͬ!#y 4 Ó|¤yèsù ª!$# br& uÎAù't Ëx÷Fxÿø9$$Î/ ÷rr& 9øBr& ô`ÏiB ¾ÍnÏYÏã (#qßsÎ7óÁãsù 4n?tã !$tB (#r| r& þÎû öNÍkŦàÿRr& úüÏBÏ»tR ÇÎËÈ
Artinya:
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang
munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata:
"Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu Keputusan dari
sisi-Nya. Maka Karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka. (QS. Al-Maidah : 52)
ayat di atas,
memberi suatu penafsiran bahwa Allah menjelaskan kepada nabi Muhammad SAW., bahwa
Nabi akan melihat orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, yaitu
orang-orang munafik yang lemah imannya, belum sampai ketingkat yakin, mereka
itu, lebih mendekatkan diri kepada orang yahudi dari pada orang mukmin sendiri.
Abdullah bin Ubay sebagai pemimpin orang munafik, sehari-hari lebigh dekat
hubungannya dengan orang yahudi, sedangkan orang-orang munafik yang lain telah
berani membuat perjanjian kerja sama dengan orang-orang yahudi, seolah-olah
mereka menggantungkan keselamatan mereka kepada orang-orang yahudi. Karena
mereka takut kalau orang yahudi menjadi kuat dan berkuasa, mereka sendiri akan
mendapat bahaya. Orang-orang munafik tersebut kurang yakin dengan kekuatan Nabi
Muhammad SAW., dan orang-orang Islam. Sedangkan Allah telah menjanjikan bahwa
setiap mukmin yang berjuang membela agama-Nya, akan dibantu dengan kekuatan dan
kemenangan. Maka pada waktu itulah timbul penyesalan dari orang-orang yang ragu
dan munafik.[11] Sehubungan dengan hal ini Said Abdul Azhim
mengatakan bahwa, tanda-tanda orang yang mengalami hati yang sakit adalah
kemunafikan dan mengedepankan hawa nafsu, yang tercermin pada hal-hal syubhat dan
bid’ah.[12]
Tanda orang-orang
yang hatinya sakit dan munafik adalah apabila ia mengatakan, melakukan
sesuatu maka itu berbalik dengan apa yang dikatakannya. Orang seperti ini
tidak bisa di pegang, karena
ia selalu menyalahi dengan apa yang diucapkan atau diperlihatkan olehnya. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah Saw berikut:
عن عبد الله بن عمر و رضي
الله عنهما: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أربع منْ كن فيه كان منا فقًا خالصًا ومنْ كانتْ
فيه خصلةٌ منهنّ كانتْ فيه خصلةُ من النفّاقِ حتىّ يدعها: إذا اﺅتمن خان، وإذا حدّث كذب، وإذا عاهد غدر، وإذا خاصم
فجر (رواه بخارى)
Artinya: Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr r.a.:
Rasulullah SAW,. pernah bersabda, “Siapa
pun yang memiliki empat sifat (karakteristik ini adalah seorang munafik dan
siapa pun yang memiliki satu dari empat sifat ini akan mempunyai satu sifat
kemunafikan sampai ia meninggalkannya: Keempat perangai itu adalah:
bila dipercaya ia khianat, bila
berkata ia dusta, ia berjanji ia ingkari, dan bila bertengkar ia berlaku kasar. (H.R. Bukhari)[13]
Hadits
di atas, dapat dipahami bahwa secara
tidak langsung membicarakan
tentang dendam. Karena orang yang
mempunyai sifat dendam sudah tentu mempunyai penyakit hati yang sulit untuk
disembuhkan, sebelum ia dapat membalas dendamnya itu. Bila
hati seseorang mengalami suatu penyakit yaitu dendam, maka
ia akan menampakkan sikap buruk pada prilakunya. Dalam hal ini perilakunya
adalah kemunafikan, di antara tanda kemunafikan yang disebutkan dalam hadits
adalah “apabila bertengkar ia berlaku kasar “berlaku kasar di sini menandakan
bahwa adanya menyimpan rasa dendam
di dalam hatinya kepada orang lain.
Berdasarkan
penjelasan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dendam dalam
pandangan Islam merupakan suatu sifat yang sangat tercela dan harus dijauhi
oleh setiap orang Islam yang telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sifat
dendam juga sangat dilarang oleh
Allah dan Rasul-Nya, karena dapat
merusak kehidupan umat Islam itu sendiri. Prilaku dendam juga dapat menimbulkan
permusuhan antar sesama umat manusia.
B. Karakteristik Dendam
Dendam
merupakan suatu penyakit hati yang timbul dari hati seseorang yang bersifat
dendam. Jiwa seseorang yang merasa dendam selalu mengarah kepada hal-hal yang
yang akan menghalang-halangi dalam melihat suatu kebenaran atau sesuatu yang
berada dalam kondisi yang sebenaranya. Adapun yang timbul dalam hati orang yang
mempunyai sifat dendam adalah benci kepada kebenaran dan cinta kepada
kebathilan. Orang yang bersifat dendam juga sangat senang melihat orang lain
sengsara, ia tidak suka melihat orang yang dibencinya mendapat kesenangan.
Hatinya terasa panas, pikiran bergejolak ada sesuatu yang ingin meledak di
dalam dada, itulah amuk dendam yang membara. Pikirannya terkuras hanya untuk
memikirkan cara melampiaskan dan membalas dendamnya. Waktunya hanya dihabiskan untuk
memikirkan orang yang tidak disukainya itu. Apabila perasaan dendam tidak dapat
dibalas kepada lawannya maka hatinya akan tersiksa. Makan minumnya terasa tidak
enak, tidurnya tidak bisa nyenyak, kerjanya tidak merasa nyaman dan pikirannya
selalu menerawang, Sehingga ia tidak
pernah berpikir hal-hal yang positif dan menguntungkan. Akhirnya dia telah
menghancurkan dirinya sendiri. [14]
Adapun
karakteristik yang menunjukkan seseorang memiliki rasa dendam dalam hatinya, antara
lain sebagai berikut:
1. Suka mencemarkan nama baik orang dan sering berprasangka buruk
kepada orang lain
Orang
yang Mempunyai perasaan dendam, ia senantiasa suka mencemarkan nama baik orang
lain. Ia juga rela dan tidak-tidak segan-segan mencela dan mengejek orang-orang
yang berbuat kebaikan dalam memperjuangkan agama Allah. Perbuatan ini dilakukan
dengan tanpa merasa berdosa dengan Allah SWT., karena hatinya sudah ditutupi
oleh perasan dendam dan benci kepada orang lain. Orang yang memiliki sifat dendam
juga sering berprasangka buruk
kepada orang lain. Padahal hal ini telah dilarang oleh Rasulullah dalam
haditsnya yang berbunyi:
عن
أبي هريرة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (إيّاكم والظّنّ،
فإن الظّنّ أكذب الحديث، ولا تحسّسُوا، ولا تناجشُوا، ولا تحاسدُوا، ولا تباغضُوا،
ولا تدابرُوا، وكُونُوا عباداللهِ إخواناً). (رواه بحاري)
Artinya:
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Nabi SAW., pernah bersabda: “Hati-hatilah
dengan prasangka, karena prasangka adalah yang terburuk dari kabar palsu, jangan
mencari-cari dan memata-matai kesalahan orang lain, jangan saling mencemburui
(iri) satu sama lain, jangan memutuskan hubungan satu sama lain, jangan saling
membenci satu sama lain, dan jadilah kalian hamba Allah yang salaing
bersaudara. (H.R. Bukhari)
2. Sering menuduh orang ikhlas
sebagai pengkhianat
Bagi
orang yang dendam sering
menuduh orang yang baik-baik sebagai pengkhianat bahkan ia tidak segan-segan dan rela menuduh
pejuang Islam yang ikhlas sebagai pengkhianat, atau mata-mata musuh dan
sebagainya.
3. Menyakiti orang yang tidak mau menuruti perkataannya dan
suka membuka aib orang lain
Orang
yang berpenyakit dendam suka menyakiti hati setiap orang yang tidak mau mendengarkannya,
menolak atau membantah kata-kata mereka, bahkan ia tidak-segan-segan mempermalukan,
membuka keburukan dan aib orang yang tidak mau mendengarkannya. [15]
Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surat An-Nur ayat 19 yang berbunyi:
cÎ)
tûïÏ%©!$#
tbq7Ïtä
br&
yìϱn@
èpt±Ås»xÿø9$#
Îû
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä öNçlm; ë>#xtã ×LìÏ9r&
Îû
$u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur 4
ª!$#ur ÞOn=÷èt óOçFRr&ur
w tbqßJn=÷ès?
(النور:١۹)
ِArtinya: Sesungguhnya
orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di
akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui (Q.S. An-Nur: 19).
Ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah
SWT., menerangkan orang-orang yang senang menyiarkan perbuatan keji dan
memalukan orang lain, mereka akan disiksa di akhirat kelak dengan siksaan yang amat
pedih. Hal ini berbeda dengan orang yang suka menutup aib orang lain, maka
Allah akan menutupi aibnya di akhirat kelak. Ini sesuai dengan hadits
Rasulullah SAW., yang berbunyi:
عن أبى هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم
يقول: لا يستُرُ عبدٌ عبداً فى الدنيا الاّ سترهُ الله يوم القيامة (رواه مسلم)
Artinya: Dari Abi Hurairah R.a. dari Nabi SAW., beliau
bersabda: “seorang hamba tidak menutupi aib hamba yang lain di dunia ini
melainkan Allah akan menutupi (aib) nya di hari kiamat” (H.R. Muslim).[16]
.
4. Mempunyai rasa dengki dan iri hati
kepada orang lain
Orang
yang mempunyai sifat dendam ia akan dengki dan iri hati kepada orang lain.
Dengki dan iri hati ini merupakan salah satu hasil yang timbul dari sifat
dendam, karena seseorang yang dendam kepada orang lain ia akan, ia menginginkan
sirnanya nikmat yang dimiliki oleh orang tersebut. Sehingga ia akan berusaha
dengan menghabiskan waktu dan pikirannya hanya untuk menghilangkan nikmat yang telah dimiliki oleh orang lain. Dengki
dan iri hati juga merupakan perbuatan tercela menjadi salah satu pintu masuknya
setan ke dalam hati manusia. Sehingga orang yang terjangkit sifat dengki indranya
menjadi bebal, ia tidak tertarik dengan sesuatu apapun kecuali sirnanya nikmat
yang telah dimiliki oleh orang lain.
5. Tidak mau memaafkan orang lain
Orang
mempunyai sifat dendam sulit untuk memberi maaf kepada orang lain, meskipun
orang lain telah meminta maaf kepadanya. Hal ini terjadi karena ia merasa telah
disakiti oleh orang lain, sehingga ia menutup pintu kemaafan bagi orang-orang
yang telah menyakitinya. Bila ditinjau dari Al-Quran dan Hadits Rasulullah
SAW., maka sungguh jauh perbedaan antara perintah Allah dengan keinginan orang
yang dendam. Allah dan Rasul-Nya menyuruh umat muslim untuk saling memaafkan.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Quran yang berbunyi:
tûüÏù$yèø9$#ur...
Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3
ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$#
(آل عمران: ١۳٤)
Artinya: Dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(Q.S. Ali-Imran: 134)
Ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah tidak menyukai
orang-orang bersifat dendam, akan tetapi Allah sangat menyukai orang-orang yang
berbuat kebaikan yaitu, orang-orang yang mau memberi kema’afan kepada orang
lain. Hal ini juga sesuai dengan hadits Rasulullah SAW., sebagai berikut:
عن عائشة رضي الله عنها قالت: ما ضرب رسول الله صلى الله عليه
وسلم: شيئاً قاطُّ بيده، ولا امرأةً ولا خادماً، إلاّ ان يجاهد فى سبيل الله وما
نيل منه شيئٌ قطُّ فينتقم من صاحبه، الاّ ان ينتهك شيئٌ من
محارم الله تعالى، فينتقم لله تعالى. (رواه مسلم)
Artinya: Dari ‘Aisyah r.a. dia
berkata: “Rasulullah SAW., tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya, tidak
pernah memukul istri ataupun pembantu, kecuali jika beliau berjihad di jalan
Allah dan beliau tidak pernah diganggu sedikitpun kemudian menuntut balas pada
pelakunya kecuali jika ada sesuatu dari yang diharamkan oleh Allah dilanggar
maka beliau menuntut balas untuk Allah”. (H.R. Muslim).[17]
Hadits di atas, dapat dipahami bahwa
Nabi Muhammad SAW., bukanlah seorang
yang memiliki sifat dendam, maka orang yang dendam sungguh ia tidak
mengambil contoh teladan dari Rasulullah SAW.
6.
Tidak suka menolong orang lain
Orang mempunyai sifat dendam sangat tidak suka menolong
orang lain yang telah menyakitinya, walaupun orang tersebut berada dalam
kesusahan.
Dengan
demikian menandakan bahwa
telah hilangnya rasa kasih sayang dalam hati orang-orang yang memiliki sifat dendam.
Hal ini bila tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana dalam
Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2, Allah telah menganjurkan orang-orang yang
telah beriman kepada Allah untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan.
Ayat tersebut berbunyi:
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur ( wur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ
Artinya:
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah
kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah: 2)
7. Senang berbuat kezhaliman dan kikir
kepada orang lain
Orang
yang mempunyai sifat dendam ia akan senang berbuat kezhaliman kepada orang
lain. Ia juga kikir dalam menyedekahkan hartanya kepada jalan Allah. Hal ini ia
lakukan dengan tanpa merasa berdosa dan bersalah dengan Allah. Padahal bila
dilihat dalam hadits Rasulullah SAW., perbuatan ini jelas dilarang oleh Allah,
karena dapat membawa kegelapan pada hari kiamat. Hal ini sebagaimana Hadits
Rasulullah SAW., berikut:
عن جابر رضي الله عنه
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: اتقواالظلم، فاٍن الظلم ظلمات يوم القيامة،
واتقواالشح فإن الشح أهلك من كان قبلكم حملهم على أن سفكوا دماءهم واستحلّوا
محارمهم. (رواه مسلم)
Artinya: Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah SAW.,
bersabda:”Takutlah perbuatan zhalim itu, karena kezhaliman adalah
kegelapan-kegelapan pada hari kiamat. Dan takutlah dari sifat kikir dan tamak,
karena kikir dan tamak telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu, ia
menyebabkan mereka saling membunuh dan saling menghalalkan apa yang diharamkan
oleh Allah atas mereka”. (H.R. Muslim).[18]
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa ciri-ciri atau karakteristik orang yang mempunyai sifat
dendam adalah: suka mencemarkan nama baik orang dan
sering berprasangka buruk
kepada orang lain, sering menuduh
orang ikhlas sebagai pengkhianat, menyakiti
orang yang tidak mau menuruti
perkataannya dan suka membuka aib orang lain, mempunyai rasa dengki
dan iri hati kepada orang lain, tidak
mau memaafkan orang lain, tidak suka
menolong orang lain, senang berbuat
kezhaliman dan kikir kepada orang.
Inilah ciri orang yang mempunyai sifat dendam dan harus di jauhi oleh setiap
orang yang telah beriman kepada Allah.
C. Hukuman dan Ancaman Bagi Pendendam
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap perbuatan yang
dilakukan oleh sesorang di dalam dunia ini pasti ada balsannya. Apabila
perbuatan itu baik, maka baiklah balasannya dan apabila perbuatan itu buruk,
maka buruklah balasannya. Perbuatan ini pasti ada balasannya dari Allah walaupun
sedikit dilakukan oleh manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat
Az-Zalzalah ayat 7-8, yang berbunyi:
`yJsù ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB >o§s #\øyz ¼çntt ÇÐÈ `tBur ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB ;o§s #vx© ¼çntt (الزلزالة:)
Artinya: Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(Q.S. Az-Zalzalah: 7-8)
Ayat di atas,
dapat dipahami bahwa semua perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia
di dalam dunia ini akan ada balasannya dihari akhirat nanti. Demikian pula
dengan dendam. Apabila seseorangmempunyai perasaan dendam dalam hatinya, lalu
ia membalas dendamnya tersebut kepada orang lain, maka ia akan mendapat balasan
dari Allah dihari kiamat kelak.
Jika
seseorang menzalimi orang lain maka orang yang dizalimi tidak berhak menyimpan
rasa kebencian, kedengkian dan dendam di dalam hatinya terhadap orang yang di
zaliminya, sehingga dia berada dalam dendam sampai akhir hayatnya.[19]
Kebencian hati tiada akhir yang menyulut sikap buruk pada seseorang yang pernah
berbuat kesalahan kepadanya. Penyakit dendam juga merupakan suatu sikap yang
tidak sesuai dengan pribadi seorang muslim.
Banyak
tindak kejahatan yang terjadi seperti pmbunuhan, perkelahian, permusuhan dan
lain-lain yang di akibatkan oleh dendam. Oleh karena itu perlu di pahami bahwa
penyakit dendam tekadang lebih
hina atau lebih buruk di bandingkan dengan kejahatan yang lain karena dendam
bisa jadi penyebab kejahatan.
Dalam Islam ada dua hukum bagi orang
yang pendendam, yaitu:
a. Haram, jika dilakukan tidak menurut
seharusnya seperti menyuruh orang lain berbuat jahat kepada seseorang.
b. Boleh, jika dilakukan secara wajar
karena sudah keterlaluan dihinakan orang, tetapi jangan melampaui batas.[20]
Jika
seseorang menzalimi orang lain maka orang yang dizalimi tidak berhak menyimpan
rasa kebencian, kedengkian dan dendam di dalam hatinya terhadap orang yang di
zaliminya, sehingga dia berada dalam dendam sampai akhir hayatnya.[21]
Kebencian
hati tiada akhir yang menyulut sikap buruk pada seseorang yang pernah berbuat
kesalahan kepadanya. Penyakit dendam juga merupakan suatu sikap yang tidak
sesuai dengan pribadi seorang muslim tetapi bersikap pemaaflah yang selalu di
anjurkan.
Banyak
tindak kejahatan yang terjadi seperti pmbunuhan, perkelahian, permusuhan dan
lain-lain yang di akibatkan oleh dendam. Oleh karena itu perlu di pahami bahwa
penyakit dendam tekadang lebih
hina atau lebih buruk di bandingkan dengan kejahatan yang lain karena dendam
bisa jadi penyebab kejahatan.
Oleh
karena itu hukuman dan ancaman bagi pendendam serta akibat yang harus di
tanggung seseoarang pendendam di akhirat kelak seperti dalam sebuah hadits,
Rasulullah bersabda :
عن أبي هريرة رضي الله قال: قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم ثلاث من لم يكن فيه واحدة منهن فان الله تعالى يغفرله ما سوى ذلك
لمن يشاء: ١- من مات لا يشرك بالله شيأ،۲- من لم يكن ساحرا من السحرة، ۳- من لم ﻴحقد على
اخيه
Artinya
: Ada tiga hal yang jika seseorang terbebas dari salah satunya, sungguh Allah
akan memberikan maaf atas segala kesalahannya (kecuali yang tiga) sesuai
kehendak-Nya, yaitu 1. Seseorang
yang mati dengan tidak membawa syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun, 2.
Orang yang bukan tukang sihir, 3. Orang yang tidak bersikap dendam kepada
saudaranya.
Rasulullah berpesan
dalam hadits ini bahwa Allah akan mengampuni semua dosa-dosa yang di buat
hambanya. Apabila ia dapat menjaga diri dan terhindar dari tiga hal yang
disebut dalam hadits di atas. Jika seseorang jauh dari berbuat syirik, sihir
dan dendam kepada saudaranya maka ia akan mendapat ampunan dari Allah. Tetapi
jika seseorang memiliki salah satu dari ketiga sifat di atas, dia tidak akan
mendapat ampunan Allah, apalagi jika memiliki ketiga-tiganya.
[1] Syaid M Nuh, Mengobati
Penyakit Hati, (Bandung: Al-Bayan, 2004), hal. 168.
[2] Abdullah Gymnastiar, Menggapai
Qalbun Salim, (Bandung: Khas MQ, 2005), hal. 37.
[3] M. Zaka Al Farisi, Petunjuk
Hidup Bahagia, (Bandung: Media Qalbu, 2009) hal. 48
[4] Departemen Agama RI.,
Al-Quran dan Tafsirnya, Jilid III, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1991),
hal. 417.
[5] M. Alqhazali, Akhlak
Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1992), hal. 186.
[7] Said Abdul Azhim, Hati
yang Bening, (Jakarta: Cendekia, 2005), hal. 125
[8] Al-Imam Abul Fida
Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, (Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2003), hal. 263
[9] Abdullah Gymnastiar, Meraih
Bening Hati dengan Manajemen Qalbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
hal. 120
[10] Said Abdul Azhim, Hati yang…, hal. 135
[15] Syaid M.
Nuh, Mengobati..., hal. 169-170
[16]
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin, (Surabaya: Duta Ilmu:
2004), hal. 291.
[19] Syahid
Dastaghib, Menuju Kesempurnaan Diri - Wacana Seputar Akhlak Islam,
(Jakarta: Lentera, 2003) hal. 190
[20] Kahar Masyhur, Membina
Moral dan Akhlak, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 355.
[21] Syahid
Dastaghib, Menuju Kesempurnaan Diri - Wacana Seputar Akhlak Islam,
(Jakarta: Lentera, 2003) hal. 190
0 Comments
Post a Comment