BAB
III
CARA
MENGATASI DENDAM MENURUT PENDIDIKAN ISLAM
A.
Faktor-faktor Penyebab
Dendam
Pada dasarnya manusia memiliki suatu perasaan dan akal yang telah di anugerahkan oleh Allah
SWT. Dengan
adanya perasaan dan akal inilah manusia bisa
mencintai, menyayangi, mengasihi satu sama lainnya. Di samping itu, manusia juga memiliki
perasaan lain seperti iri, dengki, dendam, was-was dan lain sebagainya. Perasaan ini bisa terjadi apabila
manusia tidak mampu mengarahkan perasaan hatinya yang sesuai dengan perintah
Allah dan Rasul-Nya. Hal ini juga akan menyebabkan manusia dipermainkan
dan di jadikan bulan-bulanan oleh berbagai macam perasaannya, sehingga hidupnya
tak akan pernah damai dan
tentram. Demikian pula apabila manusia tidak mampu mengontrol perasaan hatinya ke
arah yang sesuai dengan ajaran agama Islam, maka ia juga tidak akan mampu
menjalankan perintah agama dengan baik. Hati bagi seluruh tubuh adalah bagaikan raja yang mengendalikan pasukan
mengeluarkan instruksi dalam
melakukan suatu perbuatan. Penyakit dendam bisa timbul juga karena adanya
perintah dari hati nurani manusia itu sendiri.
Dengan demikian orang
yang telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ia harus
mampu menjaga perasaan
hatinya. Karena apabila ia tidak mampu mengontrol dan menjaga perasaannya
dengan baik, ini dapat menimbulkan berbagai macam penyakit hati, yang salah
satunya adalah dendam. Penyakit
dendam ini bisa timbul juga karena adanya berbagai faktor yang menimpa
seseorang manusia. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
berbuat dendam adalah sebagai berikut :
1.
Nasib buruk
Nasib buruk yang menimpa
seseorang dapat menyebabkan ia dengki dan iri hati kepada orang lain yang
bernasib baik. Nasib buruk ini juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya pertumpahan darah di bumi ini. Orang yang bernasib buruk
ia akan rela melakukan berbagai macam prilaku kejahatan yang merugikan orang
lain, seperti pembunuhan, perampokan dan
pencurian. Hal ini dapat menimbulkan perasaan dendam antar sesama manusia. Orang
yang bernasib buruk atau orang yang berada dalam kemiskinan tidak pernah
menyadari bahwa, Allah SWT., menahan salah satu nikmat-Nya untuk seseorang, baik berupa
harta, pekerjaan, kekuasaan, pangkat dan jabatan,
bukanlah Allah benci kepada orang tersebut. Akan tetapi hal ini merupakan rahmat
dan kasih sayang Allah kepada hambanya yang beriman agar dia tidak lalai dalam
beribadah kepada-Nya. Karena berapa banyak orang kaya dan berpangkat yang lalai
dan lupa kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat As-Syura
ayat 27 yang berbunyi :
öqs9ur xÝ|¡o0 ª!$# s-øÎh9$# ¾ÍnÏ$t7ÏèÏ9 (#öqtót7s9 Îû ÇÚöF{$# `Å3»s9ur ãAÍit\ã 9ys)Î/ $¨B âä!$t±o 4
¼çm¯RÎ) ¾ÍnÏ$t7ÏèÎ/ 7Î7yz ×ÅÁt/ (الشورا: 27)
Artinya
: “Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka
akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang
dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha melihat”.
Ayat di atas, dapat
dipahami bahwa jikalau Allah tidak memberikan kekayaan kepada hamba-Nya yang
beriman bukan berarti Allah benci kepada hamba-Nya tersebut. Akan tetapi Allah
masih sayang kepada hambanya yang beriman, agar jangan sampai ia tidak membuat kerusakan di muka bumi. Allah
juga mengetahui keadaan hamba-hambanya.
Allah SWT juga
berfirman dalam sebuah hadist Qudsi, “Sesungguhnya di antara hamba-hamba ku ada
orang yang tidak akan berbuat baik, kecuali ia kaya. Kalaulah aku menjadikannya
kafir, sungguh kefakiran itu akan merusak agamanya. Dan di antara hamba-hambaku
ada orang yang tidak akan berbuat baik, kecuali fakir. Kalaulah aku
menjadikannya kaya, sungguh kekayaan itu akan merusak agamanya.
Kalau seseorang
menyikapi nasib buruk ini dengan melupakan ketentuan Allah terhadap hambanya,
ia akan dipenuhi oleh perasaan dendam yang akan terus bertambah. Ia pasti akan
mencari kesempatan untuk melampiaskan dendamnya dengan cara apa saja.
2.
Pembagian harta yang tidak adil
Ketidakadilan dalam pembagian harta dan pilih-pilih dalam berinteraksi di
antara sesama anggota rumah tangga, keluarga, warga negara, masyarakat, dan
bangsa kadang kala menjadi salah satu sebab terjadinya dendam. Apalagi kalau
pembagian harta tidak di lakukan atas dasar prestasi seperti pada zaman kejayaan
Islam, tetapi dengan mengikuti hawa nafsu, anggapan baik, dan nepotisme.
Mungkin inilah rahasia penekanan Islam agar bersikap adil dalam pembagian harta
dan seimbang dalam berinteraksi dari mulai keluarga yang kecil sampai negara.
Dalam surat An-NIsa ayat 135, Allah berfirman :
*
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. tûüÏBº§qs% ÅÝó¡É)ø9$$Î/ uä!#ypkà ¬! öqs9ur #n?tã öNä3Å¡àÿRr& Írr& ÈûøïyÏ9ºuqø9$# tûüÎ/tø%F{$#ur 4
bÎ) ïÆä3t $ÏYxî ÷rr& #ZÉ)sù ª!$$sù 4n<÷rr& $yJÍkÍ5 (
xsù (#qãèÎ7Fs? #uqolù;$# br& (#qä9Ï÷ès? 4
bÎ)ur (#ÿ¼âqù=s? ÷rr& (#qàÊÌ÷èè? ¨bÎ*sù ©!$# tb%x. $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? #ZÎ6yz ÇÊÌÎÈ
Artinya
: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan.”
3.
Pemaksaan
Pemaksaan terkadang menjadi sebab yang memunculkan dendam dalam diri
seseorang, saat seseorang tidak dapat mengungkapkan apa yang tersimpan dalam
dada dan pikirannya, kemudian ia di paksakan dengan berbagai cara, seperti di
cela, di batasi gerak-geriknya, di penjara, di buat lapar di pukul, dan di
teror dalam waktu yang lama, pasti ia akan memendam semua perlakuan buruk
padanya. Ia pendam permusuhan dalam hatinya dan suatu saat, ia akan mencari
kesempatan untuk melampiaskannya. Inilah rahasia pemerintah Islam untuk
bermusyawarah, larangan memaksa merampas harta orang lain dan menghina mereka.
Allah berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat 11 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
w
öyó¡o
×Pöqs%
`ÏiB
BQöqs%
#Ó|¤tã
br& (#qçRqä3t
#Zöyz öNåk÷]ÏiB wur
Öä!$|¡ÎS
`ÏiB
>ä!$|¡ÎpS #Ó|¤tã
br& £`ä3t
#Zöyz £`åk÷]ÏiB ( wur (#ÿrâÏJù=s?
ö/ä3|¡àÿRr& wur
(#rât/$uZs?
É=»s)ø9F{$$Î/ ( }§ø©Î/ ãLôew$#
ä-qÝ¡àÿø9$# y÷èt/
Ç`»yJM}$#
4 `tBur öN©9
ó=çGt
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqçHÍ>»©à9$# ÇÊÊÈ
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”
Bagi umat Islam,
mengolok-olok saja di larang, apalagi memaksa dan menyakiti orang lain. Semua
perbuatan buruk akan mempunyai akibat buruk juga. Apabila seseorang berlaku
kejam, maka ia akan merasakan akibat dari kekejamannya.
Nabi bersabda dalam satu riwayat ;
di sebutkan , “Ada dua golongan dari umatku zalim yang kejam dan orang yang berlebihan
dalam beragama karena mereka mudah memberikan kesaksian dan mudah pula berlepas
diri dari kesaksian itu (HR. Abu Hurairah).
Dengan demikian
jelaslah bahwa orang yang zalim atau pemaksaan dalam Islam sangat di benci,
sehingga Nabi tidak akan memberikan syafaat kepada orang-orang demikian.
4.
Tidak menjaga ketentuan dalam
bersaudara
Terkadang tidak menjaga ketentuan-ketentuan dalam bersaudara dapat
menyebabkan timbulnya dendam : ketentuan-ketentuan itu antara lain : saling
menyenangkan dengan jiwa atau harta, memperlihatkan kebaikan, menutupi aib dan
kesalahan, memenuhi hak-hak sahabat; mendo’akan tanpa sepengetahuan, tidak
membebani dan sebagainya.
Apabila seorang muslim melihat saudaranya tengah mendapatkan nikmat,
tetapi ia tidak memperhatikan rasa senangnya, atau melihatnya berbuat aib,
tetapi ia tidak menyembunyikan aibnya, malah berusaha untuk menyebarluaskannya
atau tidak memenuhi ahk persahabatan hingga terjadi perasaan yang kurang sesuai
di antara keduanya ketika bertamu, bertamu dan lainnya, maka akan terjadi
perubahan sikap dalam dirinya. Seiring berlalunya waktu, kebencian dan
permusuahan akan lahir sapai akhirnya menjadi dendam oleh karena itu, Islam
selalu menekankan pentingnya memelihara hak –hak persaudaraan sesama Muslim.
Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 54 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
`tB £s?öt
öNä3YÏB `tã ¾ÏmÏZÏ
t$öq|¡sù
ÎAù't ª!$#
5Qöqs)Î/
öNåk:Ïtä
ÿ¼çmtRq6Ïtäur A'©!Ïr&
n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# >o¨Ïãr&
n?tã tûïÍÏÿ»s3ø9$#
crßÎg»pgä
Îû È@Î6y «!$#
wur
tbqèù$ss
sptBöqs9
5OͬIw
4 y7Ï9ºs ã@ôÒsù
«!$#
ÏmÏ?÷sã `tB âä!$t±o
4 ª!$#ur
ììźur íOÎ=tæ ÇÎÍÈ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa
di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
mengetahui.”
Rasulullah SAW juga bersabda “ Jauhilah prasangka karena prasangka adalah
berita yang paling duka, janganlah saling memata-matai, merintangi, bersaing,
mendengki, membenci dan bermusuhan. Jadilah hamba-hamba Allah yang saling bersaudara “. (HR. Bukhari, Muslim dan
Abu Daud).
5.
Bersikap Sombong
Sikap sombong pada orang lain kadang kala menjerumuskan seseorang ke
dalam penyakit dendam. Orang yang sombong akan membanggakan diri hingga menghina
dan meremehkan segala yang berasal dari orang lain. Orang yang sombong tidak
akan pernah menganggap tinggi derajat orang lain. Sikap ini pasti akan
meninggalkan dampak pada jiwa orang lain hingga muncul permusuhan dan
kebencian. Permusuhan dan kebencian ini tidak lain adalah dendam. Barangkali,
rahasia penekanan Islam untuk menjaga kebersihan jiwa dari kesombongan adalah
untuk melindungi orang lain agar tidak terjerumus ke dalam penyakit ini.
6.
Mengambil Keuntungan dengan cara
curang
Mengambil keuntungan dari orang lain dengan curang, apalagi saat susah
dan tertimpa musibah, dapat menjadi salah satu penyebab munculnya dendam.
Kadang kala, seseorang yang tertimpa musibah berusaha mencari bantuan kepada
orang lain. Namun, orang itu tidak mau membantunya, kecuali apabila ada
untungnya, karena tekanan kebutuhan, ia pun menerimanya. Akan tetapi, keadaan
ini tidak bisa menyelamatkan hatinya dari permusuhan dan kebencian. Bahkan,
ia akan mencari-cari kesempatan untuk
membalas perbuatannya dan inilah dendam.
Banyak ayat yang melarang seseorang muslim mengambil keuntungan dari
orang lain dengan cara yang curang dalam bentuk apapun, seperi riba, menimba
harta, menipu dalam berdagang, memakan
harta anak yatim dengan zalim dan
sebagainya.
Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 278 – 280.
Jadi, seyogyanya kita apabila melakukan amal kebaikan kepada orang lain,
janganlah mengambil untungnya atau menganiaya orang tersebut. Karena yang
namanya kebaikan haruslah di lakukan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ridha
Allah SWT.
7.
Menyepelekan hak tetangga
Meremehkan hak tetangga, baik muslim maupun non muslim, tetangga dekat
maupun jauh, terkadang menjadi salah satu sebab timbulnya dendam, kalau
seseorang melihat tetangganya tidak memelihara hak-hak ketetanggaan dan tidak
pernah mau memberikan bantuan, biak tenaga maupun harta, pasti ia akan
membencinya. Kebencian ini akan terus berkembang hingga berubah menjadi dendam.
Dalam surat An-Nisa ayat 36 Allah berfirman :
$yJßg©9yr'sù
ß`»sÜø¤±9$#
$pk÷]tã $yJßgy_t÷zr'sù $£JÏB $tR%x.
ÏmÏù ( $uZù=è%ur
(#qäÜÎ7÷d$# ö/ä3àÒ÷èt/
CÙ÷èt7Ï9
Arßtã
( ö/ä3s9ur
Îû ÇÚöF{$#
@s)tGó¡ãB
ìì»tFtBur 4n<Î)
&ûüÏm ÇÌÏÈ
8.
Terputusnya tali kekeluargaan
Ikatan keluarga kadang kala terputus di sebabkan oleh kematian salah satu
anggotanya, perceraian pernikahan dengan orang lain tanpa wali dan sebagainya.
Saat ikatan keluarga terputus, dan tidak ada usaha dari masyarakat, baik
penguasa maupun rakyat untuk mencarikan solusinya, kadang yang timbul adalah
sikap dendam dari anggota keluarga tersebut .
Keluarga adalah pangkal terpelihara dan terlindunginya keturunan. Jika
suatu saat ikatan keluarga terputus, lalu masyarakat melupakannya, maka
anak-anak dalam keluarga itu berpeluang mengalami nasib buruk dan menjadi
gelandangan. Apabila hal itu sampai terjadi, akan muncul dendam dari si anak
terhadap semua anggota masyarakat.
Firman Allah surat At-Taubah ayat 71
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/
âä!$uÏ9÷rr&
<Ù÷èt/
4 crâßDù't Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztur
Ç`tã
Ìs3ZßJø9$# cqßJÉ)ãur
no4qn=¢Á9$# cqè?÷sãur no4qx.¨9$# cqãèÏÜãur
©!$#
ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷zy
ª!$#
3 ¨bÎ)
©!$#
îÍtã ÒOÅ3ym ÇÐÊÈ
Artinya
:”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
dalam ayat ini Allah
menganjurkan untuk saling tolong menolong antar sesama, lebih-lebih dalam
keluarga sendiri. Akibat yang buruk akan timbul apabila rasa ingin menolong,
kekeluargaan tidak ada pada setiap anggota keluarga.
9.
Mendengarkan omongan mengadu domba
Mendengarkan omongan pengadu domba tanpa meneliti kembali terkadang
menjadi sebab timbulnya dendam. Kebanyakan orang mudah terpengaruh dengan apa
yang ia dengar. Kalau tidak memikirkan dan meneliti kembali setiap yang di
dengarnya, maka akan muncul penilaian yang kadang menyebabkan permusuhan,
kebencian dan dendam.
Oleh karena itu Allah memerintahkan kita dalam surat Al-Hujarat ayat 6 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y`
7,Å$sù :*t6t^Î/
(#þqãY¨t6tGsù
br& (#qç7ÅÁè?
$JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã
$tB óOçFù=yèsù
tûüÏBÏ»tR
ÇÏÈ
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu
berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”.
Allah dalam ayat ini
sangat tegas memerintahkan kita supaya lebih waspada kepada orang-orang yang
membawa berita yang tidak jelas, kemudian menyuruh untuk memeriksa kebenaran
berita tersebut. Apabila seseorang langsung mengambil tindakan sebelum
mengetahui kebenaran berita, maka dirinya akan di derita penyesalan atas
tindakan tersebut.
10. Bermusuhan dalam waktu yang lama
Memutuskan hubungan atau bermusuhan dalam waktu yang lama terkadang akan
menjadi salah satu sebab timbulnya dendam. Suatu waktu seseorang berbeda
pendapat dengan saudaranya. Bisa jadi,
karena perbedaan pendapat, ia memutuskan hubungan atau pertengkaran dengan
saudaranya, jika pemutusan hubungan atau pertengkaran ini hanya sebentar,
mungkin dapat menenangkan hati di antara keduanya dan mereka segera rukun
kembali. Akan tetapi kalau pemutusan hubungan atau pertengkaran itu terjadi
cukup lama akan berbahaya. Sebab kian hari, kebencian akan semakin mendalam,
dan akan semakin kuat hingga mengakibatkan dendam.
Nabi SAW bersabda : “Tidak halal bagi seorang muslim bertengkar dengan
saudaranya lebih dari tiga hari/malam. Jika keduanya bertemu, mereka saling memalingkan
muka. Yang terbaik di antara keduanya adalah yang mendahulukan salam. (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Turmudzi, Ahmad).
Jadi dapat di ambil kesimpulan bahwa, bertengkar atau bermusuhan, sebagian
dendam sesama muslim lebih dari tiga
hari adalah haram. Apalagi dengan memutuskan hubungan, tali
persaudaraan, maka ia tidak akan masuk surga. Yang terbaik yang harus di
lakukan adalah memaafkan. Apabila enggan di laksanakan maka berikanlah salam
ketika berjumpa dengan orang yang kita dendami, karena salam dapat melunakkan
hati dan paling ringan melaksanakannya.
11. Berdebat.
Perdebatan terkadang menyebabkan timbulnya dendam. Hal itu terjadi ketika
dua orang yang berdebat ingin saling menjatuhkan lawannya. Saat salah seorang
kalah dan tidak mampu membalas, ia akan menyembunyikan dendam, permusuhan dan
kebencian di dalam hatinya. Oleh karena itu dendam sangat besar kemungkinan
timbul bagi yang orang berdebat, kecuali berdebat dengan kepala yang dingin, tidak ada niat menjatuhkan,
tetapi Cuma untuk dakwah atau meluruskan sesuatu yang benar. Tetapi pada
umumnya yang namanya debat selalu ada di iringi akibat buruk.
Jadi kita selaku umat muslim harus
menjunjung tinggi akhlak yang mulia. Apabila orang yang bertobat tidak segera
menghentikan perdebatannya, ia akan melihat lawan debatnya menyembunyikan
dendam ketika lawannya berbicara. Ketika lawannya berbicara, ia tidak akan
menanggapinya atau mendengarkannya baik-baik. Bahkan ia akan menyembunyikan
dendam yang akan berdampak pada hatinya.
1.2. Lingkungan
Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal seseorang
sangat mempengaruhi prilaku orang tersebut, baik masyarakat yang rumahnya jauh
atau dekat, menjadi salah satu sebab seseorang memiliki penyakit dendam.
Kebanyakan orang sangat mudah terpengaruh dengan lingkungannya. Jika lingkungan
itu terjangkit penyakit dendam, orang-orang yang hidup di dalamnya akan
tertular. Banyak kita lihat orang yang mewarisi sifat pendendam dari
bapak-bapak mereka atau dari masyarakat sekitarnya. Mereka semua hidup disana
ibarat komandan dan prajurit.
1.3 Tidak
Mengetahui Akibat Dendam
Orang yang tidak mengetahui akibat
yang akan terjadi akibat dendam, baik terhadap orang yang berjuang di jalan
Allah maupun perjuangan islam secara keseluruhan, menjadi sebab seorang
terjerumus pada sikap mendendam. Seorang yang tidak tahu akibat bahaya yang
akan terjadi dari suatu perkara, akan terjerumus ke dalamnya. Bahkan, mungkin
ia akan menjadi pembelanya. Kondisi ini akan dialami kebanyakan manusia.
Oleh karena itu, Allah SWT menyuruh
kita mempelajari agama. Usaha mempelajari agama di kategoriannya sebagian dari
jihad, sehingga Allah berfirman dalam surat At-taubah ayat 122 :
$tBur c%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuÏ9
Zp©ù!$2
4 wöqn=sù
txÿtR
`ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù
öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ
(#qßg¤)xÿtGuÏj9
Îû Ç`Ïe$!$# (#râÉYãÏ9ur
óOßgtBöqs%
#sÎ) (#þqãèy_u
öNÍkös9Î)
óOßg¯=yès9
crâxøts ÇÊËËÈ
Artinya : “ Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa perkara ilmu dan memberikan ilmu
atau peringatan bagi orang lain adalah tidak boleh ditinggalkan. Berperang melawan
kafir pun tidak boleh pergi semua, ini
menandakan pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan demi menghindari kebodohan
sehingga mempunyai akhlak yang mulia antara sesama manusia. Apabila seseorang
telah mempunyai ilmu, baik tentang akhlak, misalnya tentang akibat buruk dari
dendam, maka ia akan menjauhkan diri dari penyakit hati tersebut
B.
Dampak Negatif Dendam
1.
Dampak Bagi Pelaku
Setiap keburukan yang telah kita buat, maka ia juga akan berdampak buruk
bagi pelakunya. Orang yang mempunyai penyakit hati, salah satunya adalah
dendam, maka ia pasti akan merasakan dampak negatif dari penyakit hati
tersebut.
Sayed Ahmad Semait mengatakan bahwa apabila seorang telah terjangkit
dendam, maka ia akan membuahkan delapan perkara, yaitu :
a.
Hasud atau dengki, yaitu sifat
yang menyebabkan seseorang yang bersifat demikian itu senantiasa
mengharap-harapkan lenyapnya kenikmatan dari orang yang menjadi lawannya. Oleh
sebab itu orang yang hasud itu tentu akan bersedih hati, apabila lawannya
memperoleh kenikmatan sekalipun nikmat itu kecil dan remeh. Sebaliknya manakala
lawannya itu memperoleh musibah, ia menjadi gembira dan senangnya luar biasa.
b.
Manakala tidak segera memperoleh
pengobatan yang baik, maka hasutnya makin dalam tertancap dan tersimpan dalam
batin, dan ini yang menyebabkan ia merasa gembira sekali dengan adanya bencana,
bahaya, atau malapetaka yang menimpa pada diri lawannya.
c.
Ia akan menyeteramu, atau tidak
menyapamu, malahan memalingkan mukanya dan menjauhkan diri serta memutuskan
hubungan denganmu, sekalipun kau mencari sebab untuk berbincang-bincang secara
baik-baik dengannya., namun ucapannya itu selalu tidak enak di dengar dan
dirasakan pahit, juga tingkah lakunya pun tampak tidak sopan dan kurang
menyenangkan.
d.
Jikalau kau kebetulan lebih bawah
tingkatnya dari orang yang hiqid itu, maka ia selalu menunjukkan hal-hal yang
dibuat-buat untuk menunjukkan ketinggian tingkat dan derajatnya dengan tujuan memberlakukanmu
sebagai orang yang rendah, dan dihina-hina.
e.
Orang yang dendam itu senang
sekali berbicara mengenai orang yang dianggap musuhnya dengan kata-kata yang
tidak di halalkan oleh agama, seperti berdusta, mengupat lawannya, atau suka
menyebarluaskan rahasia atau melanggar kehormatan lawannya, dan lain-lain
perbuatan tercela. Semua itu dihadapkan kepada saingannya yang amat di benci
olehnya itu.
f.
Orang yang hiqid itu gemar sekali
menirukan gerakan atau ucapanmu yang di anggap tidak patut di lakukan di muka
umum. Ini memang sengaja di lakukan untuk menghinakan dirimu dihadapkan
khalayak ramai. Yang berupa gerakan seperti kalau musuhnya berjalan agak
miring, kalau makan terlalu cepat dan menggunakan lima jari dan tapak tangan
tersebut.
g.
Orang yang hiqid itu tidak segan-segan
menyakiti menyakiti orang-orang yang disangka lawannya dengan menyakiti
tubuhnya, menendang dan sebagainya atau apa saja yang dapat menyakiti tubuh
lawannya, asalkan dirinya puas, dan ini dilakukan apabila kuasa
melaksanakannya.
h.
Orang hiqid umumnya kalau
mempunyai tanggungan semalam hutang dan lain-lain, maka enggan mengembalikan
hutangnya atau apa saja yang menjadi milik lawannya jika telah meminjam sebelum
itu. Selain itu hubungan kekeluargaan, persaudaraan, atau persahabatan tidak
suka mempereratkan lagi, juga tidak suka mengembalikan hak hati lawannya yang
jelas menjadi kewajiban untuk menunaikan, dan ini saja sudah berarti
penganiayaan yang terang-terangan terhadap pemilik tersebut.
Yang perlu kita simpulkan adalah orang yang bersifat hiqid akan melakukan
perbuatan-perbuatan keji yang dimaksudkan hanya untuk melampiaskan hawa
nafsunya terhadap lawannya itu. Oleh karena itu, ia akan terhalang diri untuk
bersifat ramah-tamah, menunjukkan wajah yang berseri-seri, mengasihi,
memberikan pertolongan yang diperlukan antara sesama dalam kehidupan sosial.
Secara umum dampak negatif dendam
adalah sebagai berikut :
1.
Jiwa Terguncang
Membenci orang sampai mendendam, tanpa alasan yang benar, ditambah tidak
ada usaha untuk membersihkan dendam itu akan mengakibatkan keguncangan jiwa.
Hal ini menjadi hukuman yang menyakitkan. Bahkan, kadang-kadang orang-orang
yang dendam berakhir dengan kematian. Sebagaimana kisah dalam Al-quran tentang
sekelompok orang munafik yang tidak punya pekerjaan lain, selain menaruh dendam
kepada orang-orang mukmin.
Surat Ali Imran ayat 120 :
bÎ)
öNä3ó¡|¡øÿsC
×puZ|¡ym
öNèd÷sÝ¡s?
bÎ)ur öNä3ö7ÅÁè?
×pt¤Íhy (#qãmtøÿt $ygÎ/ ( bÎ)ur
(#rçÉ9óÁs? (#qà)Gs?ur w
öNà2ÛØt
öNèdßøx.
$º«øx© 3 ¨bÎ) ©!$#
$yJÎ/ cqè=yJ÷èt ÔÝÏtèC ÇÊËÉÈ
Artinya : “ jika
kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemuzaratan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”.
2.
Muncul Kedengkian
Orang yang mendendam, hatinya akan dipenuhi permusuhan dan kebencian. Ia
selalu berusaha menampakkan perasaan itu. Ia akan melihat kebencian berharap
nikmat orang lain hilang sebagai lapangan yang luas untuk melampiaskan
perasaannya, lalu ia pun melakukannya. Padahal dengki termasuk di antara hal
yang dapat menghapuskan amal.
3.
Gembira di Atas Penderitaan Orang
Lain
Orang yang mendendam akan merasa gembira ketika orang yang didendaminya
tertimpa musibah. Nabi SAW bersabda, : janganlah engkau memperlihatkan
kegembiraan di atas penderitaan saudaramu hingga Allah memberikan rahmat
kepadanya dan menimpakan musibah kepadamu”(HR. Tarmizi).
4.
Hilangnya Hak-hak Persaudaraan
Salah satu sebab yang dapat menimbulkan dendam adalah tidak dipeliharanya
hak-hak persaudaraan. Orang yang menyimpan dendam akan selalu berusaha
melenyapkan hak-hak persaudaraan.
0 Comments
Post a Comment