A. Hakikat
Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran berasal dari kata “mengajar” yang
berarti perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar.[1]
Selanjutnya Darwis A. Sulaiman mengatakan pengajaran adalah merupakan bagian
dari pendidikan, yang satu proses interaksi antara guru dengan murid dalam
mencapai tujuan pendidikan.[2] Pembelajaran merupakan “suatu proses
yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.[3]
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidikan sumber belajar pada suatu
lingkunagn belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang Diberikan pandidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peseta didik agar dapat belajar
dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seseorang manusia
serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian
yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pembelajaran sehingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan
(aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif) serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dan peserta didik.
Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara
sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah
keterampilan dalam pembelajaran keterampilan diambil dari kata terampil
(skillful) yang megandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas
dengan tepat. Kata tepat menunjukkan kecakapan bertindak secara presisi untuk
menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik
objek dan karya. Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian
belajar dan mengajar. belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan
mengajar dan pembelajaran format lain sedangkan mengajar meliputi segala hal
yang guru lakukan didalam kelas. Agar proses belajar berjalan lancar, bermoral dan membuat
siswa mertasa nyaman merupakan bagian dari aktifitas mengajar, juga secara
khusus mencoba dan berusaha untuk memplementasikan kurikulum dalam kelas.
Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan-pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum, jadi pembelajaran adalah suatu aktifitas yang dengan
sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya
suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.[4]
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembelajaran
adalah cara mengajar ataupun apa saja yang diajarkan oleh guru kepada anak
didiknya. Dalam suatu hal pengajaran berarti mengorganisir komponen-komponen
yang terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga terjadi perubahan tingkah
laku yang dituntut dalam proses tersebut, maka pengajaran berarti pemantapan
pengembangan mengorganisir semua komponen dalam situasi belajar mengajar,
sehingga mencapai hasil sesuai dengan yang ditetapkan dalam kurikulum.
Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran
tidak bisa dipisahkan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan
keduanya dapat dipahami sebagai berikut: “pengajaran” merupakan wujud
pelaksanaan (implementasi) kurikulum, atau “pengajaran” ialah kurikulum dalam
kenyataan implementasinya.[5]
Mengenai peristilahan dan makna dari sudut bahasa, pengajaran berarti perihal
mengajarkan sesuatu. Kata pengajaran menyiratkan adanya orang yang tugasnya
mengajar, di sekolah umumnya disebut “guru”. Pengajaran lebih luas pengertiannya
daripada mengajar (teaching). Pengajaran sebagai suatu proses, buah atau
hasilnya adalah belajar (learning), yaitu terjadinya peristiwa belajar
di dalam diri siswa. Peristiwa belajar pada siswa ini menunjukkan adanya sikap,
seperti minat, perhatian, perasaan, percaya diri dan sikap lainnya.[6]
Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara
sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah
keterampilan dalam pembelajaran keterampilan diambil dari kata terampil (skillful)
yang megandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan
tepat. Kata tepat menunjukkan kecakapan bertindak secara presisi untuk
menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik
objek dan karya.
Sejarah sebagai pengetahuan yang
merupakan capaian ranah kognitif dianggap sebagai capaian paling luar dari
proses pembelajaran sejarah yang hakiki. Hal ini yang lebih mendasar adalah
terletak pada kemampuan menggali nilai, makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan
teori dari fakta sejarah yang ada. Sejarah dalam tema-tema tertentu indikator
keberhasilan belajar akan sampai pada capaian ranah afektif dan
psikomotorik. Jadi Sejarah tidak saja merupakan transfer of knowledge
tetapi juga merupakan pendidikan nilai.
Makna sejarah juga bisa diartikan kepada dua konsep terpisah, sejarah yang
tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau keseluruhan pengalaman manusia
dan sejarah sebagai suatu cara yang dengannya fakta-fakta diseleks,
diubah-ubah, dijabarkan dan dianalisiskan.[7] Konsep sejarah dengan pengertiannya yang pertama
memberikan pemahaman akan arti objektif tentang masa lampau, dan hendaknya
dipahami sebagai suatu aktualitas atau sebagai peristiwa itu sendiri. Adapun
pemahaman atas konsep kedua, bahwa sejarah menunjukkan maknanya yang subjektif,
sebab masa lampau itu telah menjadi sebuah kisah atau cerita, hal mana di dalam
proses pengkisahan itu terdapat kesan yang dirasakan oleh sejarahwan berdasarkan pengalaman dan lingkungan pergaulannya yang
menyatu dengan gagasan tentang peristiwa sejarah.
Kata sejarah dalam
bahasa Indonesia mempunyai kesamaan arti dengan Tarikh dalam bahasa
Arab, dalam hakekat sejarah terkandung pengertian observasi dan usaha mencari
kebenaran (tahqiq), keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal
benda wujudi, serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan
sebab-sebab terjadinya peristiwa. Sedang menurut Franz Rosental, sejarah adalah
deskripsi tentang aktivitas manusia yang terus menerus baik dalam bentuk
individu maupun kelompok. Dari dua pengertian tersebut menunjukkan bahwa
definisi pertama lebih bernuansa filosofis yang berkaitan dengan hakekat
sesuatu, sedang definisi kedua lebih operasional. Menurut Profesor Nourozzaman
ash Shiddiqie, sejarah adalah persitiwa masa lampau yang tidak sekedar
informasi tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga memberikan interpretasi
atas peristiwa yang terjadi dengan melihat kepada hukum sebab akibat. Dengan
adanya interpretasi ini, maka sejarah sangat terbuka apabila diketemukan adanya
bukti-bukti baru. Definisi ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sayyid
Quttub, bahwa sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran
peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak
nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam waktu dan
tempat.[8]
[2]Darwis A. Sulaiman, Pengantar Kepada Teori
dan Praktek Mengajar, (Semarang: IKIP, 1979), hal. 16.
[3] Syaiful Bahri Djmarah, Guru dan Didik
dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka cipta,2000), hal 4.
[4]
http://indobudaya.blogspot.com/2007/10/pengertian-kebudayaan.htlm
[5]
Djmarah, Guru ..., hal 4.
0 Comments
Post a Comment