A. Pengertian Prilaku Menyimpang
Menurut Sondang Siagian prilaku
adalah cara seseorang berintegrasi dengan orang lain, dalam kehidupan
organisasional.[1]
Menurut Rivai, Vaithzal bahwa prilaku adalah hasil saling berhubungan antara karakteristik
pribadi dengan lingkungan.[2] Prilaku seseorang lebih merupakan
hasil peran yang kita mainkan pada saat tertentu dan bukan bagian dalam “diri”
yang terkait. Kita menyesuaikan perilaku tidak hanya peran, tetapi juga pada
masing-masing individu, dengan mengatur kata-kata dan tindakan kita untuk
membuat kesan tertentu bagi siapa saja yang kita ajak bicara.
Menurut Sondang Siagian prilaku
adalah cara seseorang berintegrasi dengan orang lain, dalam kehidupan
organisasional[3].
prilaku adalah hasil saling berhubungan antara karakteristik pribadi dengan
lingkungan. prilaku seseorang lebih merupakan
hasil peran yang kita mainkan pada saat tertentu dan bukan bagian dalam “diri”
yang terkait[4].
Kita menyesuaikan perilaku tidak hanya peran, tetapi juga pada masing-masing
individu, dengan mengatur kata-kata dan tindakan kita untuk membuat kesan
tertentu bagi siapa saja yang kita ajak bicara.
Prilaku seseorang sesungguhnya tidak
timbul secara acak artinya seseorang berperilaku tertentu sebagai akibat adanya
keyakinan dalam diri orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui apa yang
dipandang penting atau tidak penting oleh seseorang, prilaku orang ini akan
lebih mudah diduga atau diperkirakan.
Perilaku menyimpang adalah perilaku
yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi pada manusia muda, dewasa, atau
tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak mengenal
pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat.
Penyimpangan bisa terjadi dalam skala kecil maupun skala besar[5].
Perilaku menyimpang adalah suatu
perilaku yang diekspresikan oleh seorang atau beberapa orang anggota masyarakat
yang secara disadari atau tidak dasadari, tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku yang telah
diterima oleh sebagian besar anggota
masyarakat. Robert M.Z. Lawang mendefinisikan perilaku menyimpang
sebagai semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.
James W. Van der Zanden sebagaimana
yang dikutip siagin mendefinisikan
perilaku menyimpang sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap
sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Walaupun masyarakat
berusaha agar setiap anggotanya berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat,
tapi dalam setiap masyarakat selalu dijumpai adanya perilaku yang menyimpang.
Contoh: Seharusnya pada jam pelajaran semua siswa mengikuti pelajaran dengan
sungguh-sungguh, namun adakalanya beberapa siswa meninggalkan kelas untuk makan
di kantin, dan sebagainya[6].
Dalam teori psikodinamika menjelaskan
tingkah laku manusia sebagai hasil tenaga yang beroprasi di dalam pikiran,
kerap kali tanpa disadari individu, jika pada mulanya pandangan seseorang
tentang perilaku orang lain didasarkan pada intuisi dan bukan fakta, berkat
studi keprilakuan kini dimungkinkan memahami prilaku seseorang sedemikian rupa
sehingga prilaku tertentu dapat dijelaskan dan dapat diduga sebelumnya.
Prilaku seseorang sesungguhnya tidak
timbul secara acak artinya seseorang berperilaku tertentu sebagai akibat adanya
keyakinan dalam diri orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui apa yang
dipandang penting atau tidak penting oleh seseorang, prilaku orang ini akan
lebih mudah diduga atau diperkirakan. Prilaku merupakan hasil saling
berhubungan antara karakteristik pribadi dengan lingkungan. Perilaku manusia
itu banyak dilalui dengan kondisi ketidaksadarannya dari pada kesadarannya. Berperilaku sangat ditentukan oleh
dorongan / hasrat / motivasi untuk mencapai keunggulan.
Kartini Kartono mengemukakan bahwa
Perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dari
aturan normatif, pengertian normatif maupun harapan lingkungan sosial yang
bersangkutan. [7]
Kartini Kartono mengemukakan batasan bahwa tingkah laku abnormal/menyimpang adalah tingkah laku yang
tidak adekwat, tidak bisa diterima oleh
masyarakat pada umumnya dan tidak sesuai denga norma sosial yang ada.[8] Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku
yang diekspresikan oleh seorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang
secara disadari atau tidak dasadari, tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku yang telah
diterima oleh sebagian besar anggota
masyarakat.
Rivai Vaithzal mendefinisikan perilaku
menyimpang sebagai semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam
sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang[9].
perilaku menyimpang sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap
sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Walaupun masyarakat
berusaha agar setiap anggotanya berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat,
tapi dalam setiap masyarakat selalu dijumpai adanya perilaku yang menyimpang.
Contoh: Seharusnya pada jam pelajaran semua siswa mengikuti pelajaran dengan
sungguh-sungguh, namun adakalanya beberapa siswa meninggalkan kelas untuk makan
di kantin, dan sebagainya[10].
Berdasarkan pendapat diatas berarti
perilaku menyimpang norma Agama adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang diyakini kebenarannya
oleh Agama Islam. Terjadinya
tingkah laku menyimpang pada remaja
disebabkan karena pada masa remaja banyak mengalami perubahan dan kegoncangan,
sering dalam menghadapi permasalahan mereka merasa mengalami kekecewaan,
kegagalan. Untuk menghilangkan kekecewaan dan kegagalan atau kegelisahan yang
dideritanya diekpresikaan dalam bentuk tingkah laku menyimpang, yang banyak
menarik perhatian dan mencemaskan orang-orang disekelilingnya terutama orang
tua.
[2]
Rivai, Vaithzal, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 25.
[4] Ibid.,
[5] Vaithzal,
Kepemimpinan...., hal. 26.
[7]
Saparinah Sadli, Persepsi Sosial mengenai Perilaku Menyimpang, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977), hal. 35.
[9]
Rivai, Vaithzal, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 1994), hal. 28.
0 Comments
Post a Comment