BAB
SATU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan
nasional meliputi berbagai aspek kehidupan manusia,
yang diantaranya adalah bidang fisik maupun pembangunan mental. Hal ini
sangat penting karena pembangunan merupakan tulang punggung bagi suatu Negara.
Apabila pembangunan telah dilakukan secara merata di suatu Negara stabil maka
akan stabil pula Negara tersebut.
Salah satu
bentuk kegiatan dari pembangunan yang memegang peranan penting adalah kegiatan
pembangunan berbagai sarana dan fasilitas kehidupan sosial kemasyarakatan
seperti bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian dan sebagainya. Pembangunan
sektor pendidikan merupakan usaha yang terpenting dilakukan, karena pendidikan
merupakan ujung tombak maju mundurnya sebuah Negara. Demikian pula halnya
dengan pembangunan sector kesehatan, berupa pendirian sarana kesehatan seperti
rumah sakit, puskesmas dan posyandu. Di sisi lain, pembangunan ekonomi juga
tidak kalah pentingnya yang merupakan salah satu usaha meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat.
Oleh karena
itu, dalam pembangunan tersebut masyarakat sebagai kader pembangunan perlu
dilibatkan secara langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Kerton yang
menyatakan bahwa:
Pembangunan yang berorientasi pada
pembangunan manusia ini, dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan
lansgung masyarakat sebagai penerima program pembangunan. Karena hanya dengan
parstisipasi masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan akan sesuai
dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian,
maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya salah satu indicator keberhasilan
pembangunan adalah adanya parstisipasi masyarakat sebagai penerima program pembangunan
(Kerton, 1993: 71).
Demikian pula
pembangunan sebagai proses peningkatan kemampuan manusia untuk menentukan masa
depannya mengandung arti bahwa masyarakat perlu dilibatkan dalam proses
tersebut. Di sini masyarakat perlu diberikan empowerment (kuasa dan
wewenang) dan parstisipasi dalam pengelolaan pembangunan.
Bentuk hubungan
yang dijalin dalam pembangunan dapat dilakukan oleh kepala desa dan tokoh masyarakat
adalah terdiri dari pelaksanaan musyawarah dalam pengambilan keputusan, impelementasi, identifikasi
masalah pembangunan, pemanfataan dan pengevaluasian program pembangunan
(Moeljarto, 1987: 172).
Berdasarkan
kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembangunan sangat
diperlukan kerjasama kepala desa tokoh masyarakat agar program pembangunan
pembangunan dapat berhasil dengan baik. Hubungan kepala desa dengan tokoh masyarakat
harus dilakukan dalam berbagai aspek pembangunan seperti dalam hal perencanaan
pembangunan, pemanfaatan pembangunan dan pengevaluasian pembangunan.
Namun demikian,
sangat berbeda hal dengan pembangunan yang dilaksanakan di Desa Lambada Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, terkesan kurangnya hubungan antara kepala
desa dengan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini dapat
dilihat dari sering terjadinya pro dan kontra dalam setiap menerima pembangunan
baik dari pemerintah maupun dari pihak swasta. Kenyataan ini terjadi disebabkan
oleh masih kurangnya pemahaman kepala desa maupun tokoh masyarakat dalam menjalin
hubungan yang baik dalam meningkatkan pembangunan, sehingga masyarakat sering
mengacuhkan setiap adanya pembangunan di desa.
Padahal, hubungan
yang baik antara kepala desa dengan tokoh masyarakat dalam pembangunan sangat
diperlukan, karena dengan adanya hubungan yang baik, maka masyarakat sebagai
penerima pembagunan tidak merasa diabaikan dalam program pembangunan yang
dilakukan. Di sisi lain, masyarakat juga
akan dapat menerima pembangunan dengan segala kerelaannya. Dengan
demikian, hasil pembangunan yang telah dilakukan pun akan dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin.
Dari kenyataan
inilah timbul permasalahan yang kiranya menarik untuk dibahas, yaitu:
1. Bagaimana
hubungan yang terjalin antara kepala desa dengan tokoh masyarakat dalam
pembangunan di Desa Lambada Kecamatan Baitussalam?
2. Usaha-usaha
apa saja yang dilakukan dalam menjalin hubungan antara kepala desa dan tokoh
masyarakat dalam pembangunan Desa Lambada?
3. Kendala
apa saja yang dihadapi dalam menjalin hubungan antara kepala desa dengan tokoh
masyarakat dalam pembangunan Desa Lambada?
B. Definisi Operasional
Untuk
memperjelas pokok permasalahan, berikut ini diketengahkan batasan-batasan
terhadap konsep yang terdapat dalam permasalahan. Adapun konsep-konsep yang
dioperasionalkan adalah sebagai berikut:
1. Hubungan,
yaitu pandangan yang diberikan seseorang atau kelompok terhadap suatu persoalan
dalam masyarakat.
2.
Kepala, yaitu bagian paling tinggi
dari struktur manusia
3. Desa,
yaitu suatu pemerintahan terkecil yang berada di bawah pemerintahan kecamatan.
4. Tokoh,
yaitu orang yang dihormati di dalam kehidupan bermasyarakat,
5.
Masyarakat, yaitu kelompok masyarakat
yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
6. Pembangunan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah
maupun masyarakat dalam mencapai suatu tujuan, baik dalam fisik maupun non
fisik.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk
memberikan batasan dan arah yang jelas, maka penelitian ini dipusatkan pada
hal-hal sebagai berikut:
1. Hubungan
kepala desa dengan tokoh masyarakat sudah terjalin dengan baik.
2. Pembangunan
desa dapat dilaksanakan dengan baik melalui kerjasama kepala desa dengan tokoh
masyarakat.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
penulis mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui hubungan yang terjalin antara kepala desa dengan tpkphn masyarakat dalam pembangunan di Desa Lambada Kecamatan
Baitussalam.
2. Untuk
mengetahui usaha-usaha yang dilakukan dalam menjalin hubungan antara kepala
desa dan tokoh masyarakat dalam pembangunan Desa Lambada.
3. Untuk
mengetahui kendala yang dihadapi dalam menjalin hubungan antara kepala desa
dengan tokoh masyarakat dalam pembangunan Desa Lambada.
E.
Hipotesa
Sebagai titik
tolak unutk mencapai tujuan penulisan ini, maka diperlukan hipotesa yang
merupakan rumusan/dugaan untuk sementara waktu yang mengarah kepada suatu
penyelidikan untuk diuji kebenarannya, atau sebagai petunjuk dalam melakukan
suatu penelitian.
Prof. Dr.
Winarno Surachmad (1982 : 63) dalam bukunya “Dasar dan Tehnik Research
Pengantar Metodologi Ilmiah,” mengemukakan bahwa:
“Hipotesa adalah kesimpulan atau perkiraan
yang tajam yang dirumuskan untuk sementara waktu dianggap benar dan barangkali
tanpa keyakinan, agar supaya bisa ditarik suatu konsekwensi dan kemudian
diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan mempergunakan data hasil dari
penelitian.”
Berkaitan
dengan pendapat di atas, hipotesa merupakan pegangan atau penuntun untuk
sementara waktu bagi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya dalam usaha untuk mencapai
jawaban yang sesungguhnya pada setiap mengadakan suatu penelitian.
Adapun yang
menjadi hipotesa pada penulisan ini adalah: “semakin baik hubungan kepala desa
dengan tokoh masyarakat, maka akan semakin meningkat pembangunan desa”.
F.
Metodelogi
Penelitian
Untuk memudahkan pengumpulan data di lokasi penelitian, digunakan metode-metode penelitian
sebagai berikut:
1. Metode
Histories
Prof. Dr. Winarno
Surachmad (1982 : 132) dalam bukunya “Dasar dan Tehnik Research Pengantar
Metodologi Ilmiah,” mengemukakan bahwa:
“Metode histories adalah suatu proses yang
meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa ataupun gagasan yang
timbul di masa lampau, untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah, juga dapat
berguna untuk memahami situasi sekarang, dan meramalkan perkembangan masa yang
akan datang.”
Jadi dengan
menggunakan metode ini dapat dilihat sejauhmana keterkaitan antara fase-fase yang dilalui dengan apa yang berlaku
sekarang dan yang akan datang.
2. Metode
Deskriptif
Prof. Dr.
Winarno Surachmad (1982 : 139) dalam bukunya “Dasar dan Tehnik Research
Pengantar Metodologi Ilmiah,” mengemukakan bahwa:
“Metode deskriptif adalah menuturkan dan
menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu
hubungan, kegiatan, pandangan dan sikap yang menampak atau tentang suatu proses
yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang
muncul, tantangan yang sedang meruncing dan sebagainya.”
Jadi metode deskriptif merupakan suatu metode yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu keadaan. Dengan metode ini dimaksudkan lebih memusatkan penelitian pada
pemecahan masalah, penganalisaan dan penelaahan.
Selain metode
penulisan di atas, juga digunakan tehnik penelitian sebagai berikut:
a.
Library research (study kepustakaan)
Jenis ini
menggunakan bahan-bahan bacaan guna diambil pengertiannya, misalnya dari
buku-buku, majalah, laporan-laporan, bulletin dan sebagainya yang ada kaitannya
dengan permasalahan yang akan dibahas.
b. Field
research (study lapangan)
Dengan teknik
ini diadakan penelitian ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data dan
keterangan-keterangan yang diperlukan.
Untuk
memperoleh data yang objektif serta dapat dipertanggung jawabkan, digunakan teknik-teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1) Questioner, yaitu dengan cara
menggunakan suatu daftar pertanyaan yang jawaban untuk setiap pertanyaan telah
tersedia dalam jumlah tertentu, dan responden diminta untuk memilih salah satu
jawaban tersebut.
2) Interview, yaitu di mana penulis
mewawancarai kembali para responden untuk mendapatkan data atau
keterangan-keterangan yang akurat, sehingga dari keterangan-keterangan tersebut
akan diketahui kebenarannya melalui fakta yang penulis amati dan dari hasil
questioner.
3) Obsevasi, yaitu pengamatan kembali
terhadap data yang diperoleh dari hasil angket dan wawancara.
Di samping itu
untuk lebih suksesnya penelitian, guna memperoleh data yang lebih baik dan
sempurna, maka penulis tetapkan hal-hal sebagai berikut:
a) Daerah
Penelitian
Lokasi
penelitian ditetapkan di Desa Lambada Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh
Besar dengan jumlah populasi sebanyak 532 orang.
b) Sampel
Dari jumlah
populasi keseluruhan yang ada pada objek penelitian, penulis tetapkan sampel
secara strata sejumlah 53 orang, yaitu 10% dari jumlah penduduk Desa Lambada
Kecamatan Baitussalam. Menurut penulis jumlah ini telah memenuhi syarat untuk
menjadi sampel.
G. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dan
penganalisaan data yang diperoleh dari penelitian akan disusun dalam lima bab, di mana satu
sama lainnya tidak berdiri sendiri. Antara bab yang satu dengan bab yang
lainnya mempunyai hubungan yang mengarah pada kesimpulan akhir. Selain itu
juga, masing-masing bab dibentuk oleh sub-sub bab yang satu dengan yang lainnya
saling menunjang keberadaan bab berikutnya.
Adapun isi
bahasan tiap bab tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I :
Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang permasalahan,
definisi operasional, Ruang Lingkup Penelitian, tujuan penelitian, hipotesa,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II :
Tinjauan umum daerah penelitian, dalam bab ini dibahas tentang iklim, letak dan
luas wilayah, penduduk dan mata pencaharian, pendidikan, serta agama dan adat
istiadat.
BAB III :
Gambaran teoritis tentang kader pembangunan, membahas tentang pengertian hubungan
komunikasi atasan bawahan, bentuk-bentuk hubungan komunikasi atasan bawahan, proses
komunikasi atasan bawahan dan pengaruh komunikasi atasan bawahan.
BAB IV : merupakan
bab inti yang menguraikan tentang hubungan kepala desa dengan tokoh masyarakat
dalam pembangunan desa, meliputi tentang karakteristik masyarakat Lambada Aceh,
animo masyarakat terhadap hubungan kepala desa dengan tokoh masyarakat dalam
pembangunan, usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hubungan komunikasi
kepala desa dengan tokoh masyarakat dalam pembangunan, dan pengaruh
hubungan kepala desa dengan tokoh masyarakat dalam pembangunan
BAB V : Penutup,
kesimpulan dan saran, bab ini merupakan bab terakhir dari penyusunan hasil
penelitian yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
0 Comments
Post a Comment