Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Karakteristik Dendam


A.  Karakteristik Dendam

            Dendam merupakan suatu penyakit hati yang timbul dari hati seseorang yang bersifat dendam. Jiwa seseorang yang merasa dendam selalu mengarah kepada hal-hal yang akan menghalang-halangi dalam melihat suatu kebenaran atau sesuatu yang berada dalam kondisi yang sebenarnya.
            Adapun yang timbul dalam hati orang yang mempunyai sifat dendam adalah benci kepada kebenaran dan cinta kepada kebatilan. Orang yang bersifat dendam juga sangat senang melihat orang lain sengsara, ia tidak suka melihat orang yang dibencinya mendapat kesenangan. Hatinya terasa panas, pikiran bergejolak ada sesuatu yang ingin meledak di dalam dada, itulah amuk dendam yang membara. Pikirannya terkuras hanya untuk memikirkan cara melampiaskan dan membalas dendamnya. Waktunya hanya dihabiskan untuk memikirkan orang yang tidak disukainya itu.
            M. Zaka Al-Farisi dalam bukunya “Petunjuk Hidup Bahagia” mengatakan bahwa “Apabila perasaan dendam tidak dapat dibalas kepada lawannya maka hatinya akan tersiksa. Makan minumnya terasa tidak enak, tidurnya tidak bisa nyenyak, kerjanya tidak merasa nyaman dan pikirannya selalu menerawang,  Sehingga ia tidak pernah berpikir hal-hal yang positif dan menguntungkan. Akhirnya dia telah menghancurkan dirinya sendiri.”[1]
            Adapun karakteristik yang menunjukkan seseorang memiliki rasa dendam dalam hatinya, antara lain sebagai berikut:
1.   Suka mencemarkan nama baik orang dan sering berprasangka buruk kepada orang yang telah menyakitinya

Orang yang Mempunyai perasaan dendam, ia senantiasa suka mencemarkan nama baik orang lain yang telah dianggap musuhnya. Perbuatan ini dilakukan dengan tanpa merasa berdosa dengan Allah SWT., karena hatinya sudah ditutupi oleh perasan dendam dan benci kepada orang lain.
M. Zaka Al-Farisi dalam bukunya Petunjuk Hidup Bahagia” mengatakan bahwa ”Orang yang memiliki sifat dendam juga sering berprasangka buruk kepada orang lain yang telah dianggap musuhnya”.[2]
Padahal hal ini telah dilarang oleh Rasulullah dalam haditsnya yang berbunyi:
عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (إيّاكم والظّنّ، فإن الظّنّ أكذب الحديث، ولا تجسّسُوا، ولا تناجشُوا، ولا تحاسدُوا، ولا تباغضُوا، ولا تدابرُوا، وكُونُوا عباداللهِ إخواناً). (رواه بحاري)
Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Nabi SAW., pernah bersabda: “Hati-hatilah dengan prasangka, karena prasangka adalah yang terburuk dari kabar palsu, jangan mencari-cari dan memata-matai kesalahan orang lain, jangan saling mencemburui (iri) satu sama lain, jangan memutuskan hubungan satu sama lain, jangan saling membenci satu sama lain, dan jadilah kalian hamba Allah yang salaing bersaudara. (H.R. Bukhari).[3]


2.   Sering menuduh orang ikhlas sebagai pengkhianat
Sayid M. Nuh dalam bukunya “Mengobati Penyakit Hati” mengatakan bahwa “Bagi orang yang dendam sering menuduh orang yang baik-baik sebagai pengkhianat, bahkan ia tidak segan-segan dan rela menuduh pejuang Islam yang ikhlas sebagai pengkhianat, atau mata-mata musuh dan sebagainya”. [4]
3.   Menyakiti orang yang tidak mau menuruti perkataannya dan suka membuka aib orang lain

Orang yang berpenyakit dendam, ia suka menyakiti hati setiap orang yang tidak mau mendengarkan perkataannya, menolak atau membantah kata-kata mereka. Hal ini sesuai dengan perkataan Sayid M. Nuh yang mengatakan bahwa “Orang yang menyimpan perasaan dendam, ia tidak segan-segan mempermalukan, membuka keburukan dan aib orang yang tidak mau mendengarkan perkataannya”. [5]
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nur ayat 19 yang berbunyi:
žcÎ) tûïÏ%©!$# tbq7Ïtä br& yìϱn@ èpt±Ås»xÿø9$# Îû šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNçlm; ë>#xtã ×LìÏ9r& Îû $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur 4 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ óOçFRr&ur Ÿw tbqßJn=÷ès? (النور:١۹)
ِArtinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui (Q.S. An-Nur: 19).
Ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah SWT., menerangkan orang-orang yang senang menyiarkan perbuatan keji dan memalukan orang lain, mereka akan disiksa di akhirat kelak dengan siksaan yang amat pedih. Hal ini berbeda dengan orang yang suka menutup aib orang lain, maka Allah akan menutupi aibnya di akhirat kelak.
Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW., yang berbunyi:
عن أبى هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم يقول: لا يستُرُ عبدٌ عبداً فى الدنيا الاّ سترهُ الله يوم القيامة (رواه مسلم)
Artinya: Dari Abi Hurairah R.a. dari Nabi SAW., beliau bersabda: “seorang hamba tidak menutupi aib hamba yang lain di dunia ini melainkan Allah akan menutupi (aib) nya di hari kiamat” (H.R. Muslim).[6]
4.   Mempunyai rasa dengki dan iri hati kepada orang lain
Orang yang mempunyai sifat dendam ia akan dengki dan iri hati kepada orang lain. Dengki dan iri hati ini merupakan salah satu hasil yang timbul dari sifat dendam, karena seseorang yang dendam kepada orang lain ia akan, ia menginginkan sirnanya nikmat yang dimiliki oleh orang tersebut. Sehingga ia akan berusaha dengan menghabiskan waktu dan pikirannya hanya untuk menghilangkan nikmat  yang telah dimiliki oleh orang lain.
Mas Udik Abdullah dalam bukunya “Manajemen Perasaan” mengatakan bahwa “Dengki dan iri hati juga merupakan perbuatan tercela menjadi salah satu pintu masuknya setan ke dalam hati manusia. Sehingga orang yang terjangkit sifat dengki indranya menjadi bebal, ia tidak tertarik dengan sesuatu apapun kecuali sirnanya nikmat yang telah dimiliki oleh orang lain”.[7]  
5.   Tidak mau memberi maaf kepada orang lain
Mas Udik Abdullah dalam bukunya “Manajemen Perasaan” mengatakan bahwa “Orang mempunyai sifat dendam sulit untuk memberi maaf kepada orang lain, meskipun orang lain telah meminta maaf kepadanya. Hal ini terjadi karena ia merasa telah disakiti oleh orang lain, sehingga ia menutup pintu kemaafan bagi orang-orang yang telah menyakitinya”.[8]
Bila ditinjau dari Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW., maka sungguh jauh perbedaan antara perintah Allah dengan keinginan orang yang dendam. Allah dan Rasul-Nya menyuruh umat muslim untuk saling memaafkan.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Quran yang berbunyi:
tûüÏù$yèø9$#ur... Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä šúüÏZÅ¡ósßJø9$# (آل عمران: ١۳٤)
Artinya: Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali-Imran: 134)
Ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah tidak menyukai orang-orang bersifat dendam, akan tetapi Allah sangat menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan yaitu, orang-orang yang mau memberi kema’afan kepada orang lain. Hal ini juga sesuai dengan hadits Rasulullah SAW.,  sebagai berikut:
عن عائشة رضي الله عنها قالت: ما ضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم: شيئاً قاطُّ بيده، ولا امرأةً ولا خادماً، إلاّ ان يجاهد فى سبيل الله وما نيل منه شيئٌ قطُّ فينتقم من صاحبه، الاّ ان ينتهك شيئٌ من محارم الله تعالى، فينتقم لله تعالى. (رواه مسلم)
Artinya: Dari ‘Aisyah r.a. dia berkata: “Rasulullah SAW., tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya, tidak pernah memukul istri ataupun pembantu, kecuali jika beliau berjihad di jalan Allah dan beliau tidak pernah diganggu sedikitpun kemudian menuntut balas pada pelakunya kecuali jika ada sesuatu dari yang diharamkan oleh Allah dilanggar maka beliau menuntut balas untuk Allah”. (H.R. Muslim).[9]

Hadits di atas, dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW., bukanlah seorang   yang memiliki sifat dendam, maka orang yang dendam sungguh ia tidak mengambil contoh teladan dari Rasulullah SAW.
6.   Tidak suka menolong orang lain
Orang mempunyai sifat dendam sangat tidak suka menolong orang lain yang telah menyakitinya, walaupun orang tersebut berada dalam kesusahan.
Hal ini sesuai dengan perkataan Mas Udik Abdullah yang mengatakan bahwa “Telah hilangnya rasa kasih sayang dalam hati orang-orang yang memiliki sifat dendam”. [10]
Hal ini juga tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, karena dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2, Allah telah menganjurkan orang-orang yang telah beriman kepada Allah untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Ayat tersebut berbunyi:
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# (المائدة: 2)
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah: 2).
7.   Senang berbuat kezaliman dan kikir kepada orang lain
“Orang yang mempunyai sifat dendam ia akan senang berbuat kezaliman kepada orang lain. Ia juga kikir dalam menyedekahkan hartanya kepada jalan Allah”. [11]
Hal ini ia lakukan dengan tanpa merasa berdosa dan bersalah dengan Allah. Padahal bila dilihat dalam hadits Rasulullah SAW., perbuatan ini jelas dilarang oleh Allah, karena dapat membawa kegelapan pada hari kiamat. Sesuai  dengan Hadits Rasulullah SAW., berikut:
عن جابر رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: اتقواالظلم، فإنّ الظلم ظلمات يوم القيامة، واتقواالشح فإن الشح أهلك من كان قبلكم حملهم على أن سفكوا دماءهم واستحلّوا محارمهم. (رواه مسلم)
Artinya: Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah SAW., bersabda:”Takutlah perbuatan zhalim itu, karena kezhaliman adalah kegelapan-kegelapan pada hari kiamat. Dan takutlah dari sifat kikir dan tamak, karena kikir dan tamak telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu, ia menyebabkan mereka saling membunuh dan saling menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah atas mereka”. (H.R. Muslim).[12]

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri atau karakteristik orang yang mempunyai sifat dendam adalah: suka mencemarkan nama baik orang dan sering berprasangka buruk kepada orang lain, sering menuduh orang ikhlas sebagai pengkhianat, menyakiti orang yang tidak mau menuruti perkataannya dan suka membuka aib orang lain,  mempunyai rasa dengki dan iri hati kepada orang lain, tidak mau memaafkan orang lain, tidak suka menolong orang lain, senang berbuat kezhaliman dan kikir kepada orang. Inilah ciri orang yang mempunyai sifat dendam dan harus di jauhi oleh setiap orang yang telah beriman kepada Allah.



               [1] M. Zaka Al-Farisi, Petunjuk Hidup Bahagia, (Bandung: Media Qalbu, 2005), hal. 147
              
[2] Ibid.,hal. 148.

               [3] Imam Bukhari, Shahih Al-Bukhari…, hal. 950.
[4] Sayid M. Nuh, Mengobati..., hal. 166.

[5] Ibid., hal. 168.
[6] Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin, (Surabaya: Duta Ilmu: 2004), hal. 291.
               [7] Mas Udik Abdullah, Manajemen Perasaan, (Yogyakarta, Media Qalbu, 2004), hal. 70.

[8] Ibid., hal. 71.

               [9] Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin…, hal. 615.

[10] Mas Udik Abdullah, Manajemen Perasaan.., hal. 72.

               [11] Syaid M. Nuh, Mengobati..., hal. 170.

               [12] Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin…, hal. 266.