A. Misi KeNabian Nabi Ishak
Sebagaimana
mana kita ketahui bahwa misi segala nabi adalah untuk mengemban agama Allah dan
tetap menyembah Allah semata. Begitu juga nabi ishak yang diangkat oleh Allah menjadi
nabi untuk menegakkan kebenaran di muka bumi. Seperti firman Allah didalam Al-qur’an:
فلما اعترلكم وما يعبدون من دون الله وهبنا له إسحاق ويعقوب
وكلا جعلنا نبيا ﴿ مريم:
٤٩ ﴾
Artinya:
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq, dan Ya`qub. Dan
masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (QS. Maryam: 49)
Adapun misi keNabian yang lain
adalah untuk mengerjakan perintah Allah seperti berbuat kebajikan dan
menegakkan shalat serta syi’ar agama
yang lainnya. Seperti firman Allah didalam Al-qur’an surat Al-anbiyaa ayat 72-73:
ووهبنا له إسحاق ويعقوب نافلة
و كلا جعلنا صالحين , وجعلناهم أئمة يهدون بأمرناوأوحينا إليهم فعل الخيرات وإقام
الصلاة وإيتاء الزكاة وكانوا لنا عابدين )الأنبياء:
٧٣ -٧٢ (
Artinya:
Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya`qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan
masing-masing Kami jadikan
orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami
dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka
selalu menyembah,(QS. Al-anbiya’ : 72-73)
Ibnu
katsir menjelaskan bahwa pengertian ayat diatas “Dan Kami telah memberikan
kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya`qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami).
Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh.” adalah bahwa Allah mejadikan
mereka dan keturunannya adalah sebagi pelaku kebaikan didunia.”[1]
Sedangkan
tafsi dari kalimat “Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan
kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah
mereka selalu menyembah” adalah mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan
memerintahkan manusia untuk mengerjakannya.”[2]
[1] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Jilid III (Terjemahan Oleh
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i), (Jakarta: Gema Insane, , cet.VI, 2004), hal 310.
[2] Ibid, hal 310
0 Comments
Post a Comment