BAB IV
Peranan Fatimah Sebagai Pendidik Ideal
Perempuan
A. Ciri-ciri Pendidik Yang Melekat Pada Fatimah
Adapun
ciri-ciri pendidik yang melekat pada diri Fatimah adalah sebagai berikut:
1.
Assidiqah (wanita
terpercaya)
Nabi yang
melakukan revolusi pemikiran dan pembebasan menunjukkan dengan penyikapan dan
penghormatan beliau terhadap putrinya. Ungkapan yang terus menerus diulang
sebagai bentuk penegasan akan tanggung jawabnya dan kewajibannya. “Wanita
terbaik di dunia ada 4, Maryam, Asiah, Khadijah dan Fatimah[1].
2.
Athahirah (wanita
suci)
Benih
Fatimah adalah berasal dari buah surga yang memancarkan cahaya yang dibuahi
dari hasil pensucian ruh Rasulullah selama 40 hari. Cahaya itu di surga dikenal
dengan nama “Mansurah” dan di bumi dikenal dengan nama “Fatimah” karena
dialah yang akan membebaskan para pengikutnya dari api neraka. Di surga dia
bernama Mansurah karena dia akan membela para pengikutnya di alam akhirat
kelak. Oleh karena itu beliau dinamakan Haura’ Al-Insiyah, peri yang berupa
manusia, yang terpelihara jasad dan ruhaninya dari kotoran. dan jika rasulullah
merindukan bau surga, beliau mencium Fatimah.
3.
Al-Mubarakah (yang
diberikahi Allah)
Kelahiran
seorang anak perempuan yang dinamakan Fatimah. Fatimah dilahirkan di zaman
dimana kondisi masyarakat memandang rendah perempuan, yang mengubur hidup-hidup
anak perempuan mereka untuk menghindari malu dan bencana. Kelahiran pewaris tunggal kenabian adalah
seorang perempuan. Tentu ini telah menjadi rencana Tuhan. Fatimah menandai
revolusi bagi pembebasan perempuan. Al Qur’an ingin mendidik manusia melalui
beberapa utusannya. Dan sebagai bentuk kecintaan kita, maka pentinglah untuk mengetahui kehidupan si
tercinta, yaitu Fatimah Az Zahra. Dilahirkan di Mekkah, Jum’at 20 Jumadil
Awal dari ibu: Khadijah Al-Kubra. Wafat : Selasa, 3 Jumadits Tsani 11 H pada
usia 18 tahun dimakamkan di Baqi', Madinah Al-Munawwarah. Putera dan puterinya yaitu Al-Hasan,
Al-Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum.
4.
Al-Muhadatsah (Yang diajak
bicara Jibril as)
Keutamaannya telah
nampak semenjak masih dikandungan. Ia telah dapat membahagiakan ibunya,
khadijah dengan berbicara semasih dikandungan. Kelahirannya adalah cahaya, yang
memencar di pagi hari, tengah dan malam hari. Itulah Az Zahra (yang bercahaya).
Dikandung dalam rahim seorang perempuan mulia (salah satu perempuan penghuni
surga),Khadijah Al Qubra yang menjadi pendamping nabi dalam suka dan duka,yang
mengorbankan seluruh kekayaan dan hidupnya untuk perjuangan agama. kemudian
dilahirkan dengan bantuan perempuan-perempuan suci, Sarah istri Ibrahim as,
Maryam ibunda Isa as, Asiah puteri Muzahim, Ummu Kaltsum saudara perempuan
Musa.
5.
Al-Batuul
Yaitu yang
memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan,
ilmu, akhlaq, adab, hasab dan nasab. Fatimah Azzahra (bunga yang mekar
semerbak), sayyidatunnisa-i ahlil jannah (Penghulu para wanita di
surga).
B. Fatimah Sebagai Simbol Pendidik Perempuan
Fatimah
Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghulu wanita penghuni
syurga, puteri kekasih Rabbil’alamiin, dan ibu dari Al-Hasan dan
Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata : Keturunan Zainab telah tiada dan telah
sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti Fatimah dan suaminya serta kedua
puteranya dengan pakaian seraya berkata: Ya, Allah, mereka ini adalah ahli
baitku. Maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka
sebersih-bersihnya."[2]
Inilah
Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri dan menanggung berbagai
beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa ketika kaum Musyrikin telah
meninggalkan medan perang Uhud, wanita-wanita sahabah keluar untuk memberikan
pertolongan kepada kaum Muslimin. Di antara mereka yang keluar terdapat
Fatimah.
Inilah dia,
Fatimah Az-Zahra''. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan terhormat. Dia
telah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga berbekas pada tangannya.
Dia mengangkut air dengan qirbah hingga berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu
rumahnya hingg berdebu bajunya. Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan
pekerjaan di luar. Dia berkata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim
:"Bantulah pekerjaan puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air,
sedangkan dia akan mencukupimu bekerja di dalam rumah : yaitu membuat adonan
tepung, membuat roti dan menggiling gandum."[3]
Sayyidah
Fatimah Azzahra, wanita termulia sepanjang jaman. Dia adalah hasil pendidikan
sempurna madrasah Rasulullah Saw. Tidak ada orang yang sangat mirip jalan, cara
bicara, akhlak dan kemuliaanya dengan rasulullah Saw selain Fatimah. Fatimah
adalah sosok sempurna, cerdas, sederhana, berakhlak mulia dan dibebaskan dari
segala dosa.
C. Peran Fatimah dalam Mendidik Anak
Banyak ibrah
yang bisa diambil dari kisah shahabiyah ini. Ibu ibarat jantung dalam tubuh
manusia bagi anak-anaknya. Jika kuat jantung itu, maka kuat juga tubuh
nya, jika lemah jantung itu, maka lemah
juga tubuhnya.[4]
Setiap kata yang kau ucapkan untuk anak mu bahkan bisa membentuk anakmu pada
masa mendatang. Kata-kata buruk yang kau
ucapkan untuk anak mu dapat mengubah anakmu yang baik menjadi buruk.
Sebaliknya, doa-doa kebaikan yang kau panjatkan akan mengubah anak yang celaka menjadi selamat, sungguh Arsy
terguncang karena lidah mu!
Allah SWT
telah memuliakan wanita, mengangkat derajatnya, dan menjadikannya sebagai
pengatur rumah tangga. Dan dari tangan wanitalah terbentuk sumber daya manusia
yang berkualitas secara keimanan dan intelektualitas yang luar biasa yang akan
mengembalikan Khilafah Islamiah. Generasi yang terbina, yang berkorban dalam
dakwah dengan harta dan jiwanya, tiada bukan semua itu keluar karena didikan
yang baik dari sang Bunda. Lalu bagaimana dengan seorang anak yang pernah
penulis temui. Dia mengatakan bahwa dia tidak tau adab shalat, cara shalat dan
semua hal tentang shalat karena tidak ada yang mengenalkannya, tidak ada yang
mendidiknya, tidak ada yang menyuruhnya. Ya Rabb.. getar hati ini dengan
jawaban sang anak!
Mendidik anak
sudah menjadi kewajiban kaum hawa, sebagaimana surat At-tahrim ayat 6:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ) التحريم: ٦(
Artinya: Wahai orang-orang yang
beriman!! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras,
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. At-Tahrim:6)
Anak adalah
keluarga kita, dan kewajiban kita untuk menjaganya dari api neraka. Dalam
sebuah kisah hikmah menyebutkan bahwa ada sepasang orang tua yang hendak masuk
syurga kemudian terhalang, karena dia dicegah oleh anaknya yang ternyata akan
dimasuk ke neraka. Ketika anak itu ditanya kenapa dia tidak melaksanakan shalat
sewaktu hidupnya, maka si anak pun menjawab, bahwa karena orang tuanya tidak
mengajari dan menyuruhnya shalat. Maka orang tua yang hendak masuk syurga tadi
ditarik kembali untuk dimintai tanggung jawabnya sebagai orang tua terhadap
pendidikan anak-anak nya. Dan tuntutan anak itu pun dikabulkan, dia tidak
ikhlas jika dia masuk neraka sendirian, karena dia tidak shalat toh karena
orang tuanya tidak pernah mengajari dan menyuruhnya untuk shalat. Akhirnya
mereka semua masuk neraka. Jangan sampai anak-anak kita menuntut seperti yang
tertulis dalam kisah hikmah tersebut.
Bunda, jangan
sampai kita lalaikan tugas kita dalam menjaga dan memelihara semua urusan rumah
tangga!! Kita adalah wanita muslimah, tuntunan kita sudah jelas dalam Al-Quran
dan As-sunnah, bahkan dalam buku fiqh wanita. Tinggal kita pelajari, fahami,
dan amalkan. Tentu semua itu tidak semudah yang diucapkan, namun niat kita yang
“panceg” untuk mempelajari, memahami dan mengamalkannya, sungguh tidak ada yang
tidak mungkin. Allah bisa dengan mudah meniupkan cahaya kefahaman pada qulb kita.
Para Ummahat,
seorang bunda harus mengajari anak-anaknya cara bersuci, tentang kebersihan,
kesucian diri, keberanian, zuhud dari hal-hal yang sifatnya hina, dan kehidupan
yang melengahkan agar mereka tumbuh sebagai pribadi muslim yang kaffah, yang
hidupnya dengan Islam dan untuk islam. Jangan bangga jika anak-anak kita kenal
dengan gaya hidup bebas, bergaul dengan bebas, dan kita membiarkannya. Justru
khawatirlah dengan itu, bunda! yang namanya modern bukanlah hidup bebas tak
terbatas, melainkan hidup yang dipenuhi dengan ilmu dan kreativitas yang
positif.
Jangan
berharap anak kita cerdas, jika kitanya tidak. Dan Fathimah adalah seorang ibu
yang cerdas, sehingga Ali tidak pernah ragu untuk menyerahkan kepengurusan
anak-anaknya di tangan istrinya, Fathimah. Jangan marah dan kesal jika anak
kita tidak cerdas, susah diatur, tidak mau shalat, tidak mau mengaji, tidak
nurut.. mungkin bukan anak nya yang salah, bunda.. Tapi kita. Kita yang tidak
pandai mengajarinya, kita yang tidak mencontohkannya, kita yang tidak
menunjukkan arah kebaikan itu.
D. Peran Fatimah bagi Pendidikan Perempuan
Fatimah adalah
pemimpin wanita dunia dan penghuni syurga yang paling utama, putri dari Rasulillah, dan ibu dari generasi shaleh. Ini
adalah Fathimah binti Muhammad yang melayani dirinya sendiri dan menanggung
beban berbagai beban rumahnya.[5]
Dia berjuang dengan
gigih, menjadi bagian dari perang-perang umat muslimin. Dalam dirinya tampak
teladan yang luar biasa, yang bisa diambil oleh para muslimah kekinian. Dia
tidak memposisikan dirinya sebagai seorang anak Rasulillah, dia tetap sama melakukan kewajibannya sebagai seorang muslimah
yang bergerak juga di medan perang. Inilah gambaran lain dari puteri
sebaik-baik makhluk Muhammad SAW yang bisa dicontoh oleh para muslimah masa
kini yang kurang bersyukur, sehingga membebani para suami dengan tugas yang
tidak dapat di penuhi.
Sebagai seorang istri, dia adalah istri
teladan yang menawan. Fathimah selalu ada disamping Ali, tidak mengherankan
jika di dalam hatinya Ali, dia meninggalkan bekas yang paling indah. Inilah
Fathimah, dia hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan terhormat. Dia melakukan
semua perkerjaan rumah tangganya sendiri. Dalam mendidik kedua anaknya,
Fathimah memberi contoh: Adalah Fathimah menimang-nimang anaknya, Al-Husein
seraya melagukan; “Anak ku ini mirip Nabi, tidak mirip Ali”. Dia adalah seorang
ibu yang lembut dan penyayang. Dia menjadi pengganti posisi Ali sebagai ayah
bagi anak-anaknya jika Ali sedang berperang. Dia adalah ibu yang ideal bagi
anak-anaknya dan berhasil mendidik mereka sebaik mungkin, sehingga Ali tenang
meninggalkan keluarganya, dan tidak pernah memikirkan urusan pendidikan
anak-anaknya[6].
Fathimah bukan hanya
tidak mengenal lelah dalam perjuangan hidupnya juga dalam mempelajari ilmu,
bahkan dalam menjelaskan masalah-masalah agama ke orang lain dengan semangat
dan sabar. Hasan Basri mengatakan bahwa
Fathimah begitu luar biasa dalam beribadah sehingga kedua kakinya bengkak.[7]
Hasan Basri juga menegaskan bahawa tidak ada seorang pun yang menandingi zuhud,
ibadah dan ketakwaan Fathimah[8]. Semoga Allah merahmati
Az-Zahra’ Raihanah (bunga yang harum) putri dari penghulu anak Adam, istri
penghulu para prajurit penunggang kuda dan ibu dari Hasan dan Husein bapaknya
para syuhada dan ibu dari Zainab pahlawan karbala.
[1] Muhibuddin al-Tabari, Dhakha'ir al-Uqba fi Manaqib Dhawi al-Qurba,
hal.42.
[3] Abdul Muni’im Al-Hasyimi, Wanita-Wanita,...., hal. 20.
[7] http://m.Abatasa.com
[8]www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=183:fatimah-az-zahra-wanita-surga-yang-tak-ada-duanya
0 Comments
Post a Comment