Peranan orang tua dalam membina kebiasaan membaca Al-Qur’an terhadap anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua adalah yang paling bertanggung jawab
terhadap kelansungan pendidikan, salah satu adalah pembinaan kebiasaan membaca
Al-Qur’an agar anak dapat mengetahui kewajibannya hidup di dunia ini. Oleh
karena itu fungsi dan tanggung jawab orang tua dalam pembinaan membaca
Al-Qur’an ini sangat diperlukan. Orang tua harus mampu menunjukkan contoh atau
jenis-jenis pembinaan kebiasaan membaca Al-Qur’an yang baik kepada
anak-anaknya.
Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah,
karena anak mempunyai sifat dan tipe yang berbeda. Ada anak yang mempunyai
sifat lemah dan ada juga yang keras, ada juga yang cerdas dan adapula yang
tidak cerdas dan sebagainya. Oleh karena itu, orang tua dalam membina kebiasaan
membaca Al-Qur’an anak harus penuh kesabaran dan harus mengerti kemampuan
sianak agar lebih mudah dalam membimbing dan mengarahkannya sesuai dengan
kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an. Allah berfirma sebagai berilut:
وأنك لعلى خلق عظيم.
Artinya: Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam:
4)
Ayat di atas mengandung pengertian bahwa Nabi
Muhammad Saw, mempunyai akhlak yang luhur yang dapat dijadikan suri teladan
bagi umatnya. Perhatian Islam terhadap akhlak sangat besar, sehingga salah satu
tugas Rasulullah Saw, diutuskan Allah adalah untuk memperbaiki Akhlak manusia.
Islam mempunyai konsep tersendiri tentang aplikasi
pendidikan dalam pembinaan membaca Al-Qur’an anak di lingkungan keluarga.
Pendidikan pembinaan membaca Al-Qur’an dalam lingkungan keluarga merupakan hal
yang penting, salah satu konsep pembinaan membaca Al-Quran adalah proses
pembinaan anak sejak dini di lingkungan keluarga. Orang tua lebih dahulu harus
memberikan contoh teladan yang baik, karena anak akan meniru apa yang
dilihatnya dari orang tua. Zakiah Darajat mengatakan “Pendidikan yang diterima
anak dari orang tuanya, baik dalam pergaulan hidup, maupun dalam cara bicara,
bertindak, bersikap dan sebagainya menjadi teladan atau pedoman yang akan
ditiru oleh anak-anaknya”.[1]
Faktor sosial ekonomi dan kebutuhan keluarga juga
mempengaruhi sikap dan kepribadian anak dalam keluarga dan masyarakat.
Masyarakat yang mempunyai pendidikan rendah dalam ilmu agama akan kewalahan
dalam mengaplikasikan membina kebiasaan membaca Al-Qur’an pada anak di
lingkungan keluarga. Padahal Islam telah menetapkan konsep membina kebiasaan membaca
Al-Qur’an anak sesuai dengan fase perkembangannya dan siapa saja yang
bertanggung jawab atas membina anak dalam membaca Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukan di
atas, maka yang menjadi rumusan dalam penelian ini adalah:
1.
Bagaimana
peranan orang tua dalam membina kebiasaan membaca Al-Qur’an terhadap anak di Desa
Nga. Paya Bakong?
2.
Upaya-upaya
apa saja yang dilakukan orang tua dalam membina kebiasaan membaca Al-Qur’an
terhadap anak di Desa Nga. Paya Bakong?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui bagaimana peranan orang tua dalam membina kebiasaan membaca
Al-Qur’an terhadap anak di Desa Nga. Paya Bakong.
2.
Untuk
mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan orang tua dalam membina
kebiasaan membaca Al-Qur’an terhadap anak di Desa Nga. Paya Bakong.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi semua pembaca diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
memberi pemahaman kepada orang tua dalam membina kebiasaan membaca Al-Qur’an
terhadap anak.
2.
Untuk
menyadarkan orang tua pentingnya membina kebiasaan membaca Al-Qur’an terhadap
anak.
3.
Untuk
menambah khazanah ilmu pengetahun tentang cara membina anak, terutama menambah
menambah pengetahuan penulis sendiri.
E. Definisi Opersional
1.
Peranan
Orang tua
Peranan adalah fungsi atau tugas yang harus dijalankan
karena kedudukan yang dipunyai.[2]
Menurut Amir Indrakusuma orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang
wajib bertanggung jawab atas pendidikan anaknya.[3]
Secara biologis orang tua adalah ayah dan ibu si anak, ataupun orang yang telah
lanjut usianya.[4]
Jadi peranan orang tua yang penulis maksudkan adalah
tugas atau fungsi yang harus dijalankan oleh seseorang yang lebih tua/ orang
tua yang bertanggung jawab atas pendidikan anaknya dalam segala hal.[5]
2.
Membina
Kebiasaan Membaca Al-Qur’an
Membina adalah upaya untuk mendidik dan melatih anak
supaya kokoh dan mempunyai dasar yang kuat. Sedangkan kebiasaan adalah perbuatan
yang sering dilakukan dan menjadi bagian dari keseharian. membaca Al-Qur’an
adalah mendidik atau melatih anak supaya terbiasa dalam mempelajari Al-Qur’an sehingga
sianak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan serta bisa memahami makna isi
Al-Qur’an untuk dijalankan.
Jadi, membina kebiasaan membaca al-Qur’an yang
penulis maksudkan adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang supaya orang/anak
yang dibina menjadikan membaca al-Qur’an menjadi bagian dari dirinya sehingga
ketika melakukan upaya tersebut/ membaca al-Qur’an bukan lagi menjadi beban
ketika melaksanakannya.
3. Anak
Anak adalah manusia masih kecil, yang masih menjadi
tanggung jawab kedua orang tuanya dan berusaha mengembangkan diri melalui
proses pendidikan.[6]
Di dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia diterangkan bahwa anak yaitu kelompok
manusia muda yang batasan umurnya tidak selalu sama diberbagai negara.[7]
Sedangkan anak yang penulis maksudkan adalah manusia
yang masih kecil yang masih membutuhkan pertolongan dan bimbingan dari orang
dewasa atau orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan
pertumbuhannya.
F. Populasi dan Sampel
Adapun
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruhan masyarakat Desa Nga. Paya Bakong yang berjumlah 457
orang. Sedangkan sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari kelompok
populasi (sebahagian dari populasi).[8] Karena
polasinya terlalu banyak maka penulis sampel 10% dari 457 orang anak yaitu 46
orang anak, dengan menggunakan sampel purposif
sampling.
Hal
ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila
subjek penelitian melebihi dari angka 100, maka dapat diambil 10-15 %, 15-20 %,
dan 20-25 %.[9] Karena itu
berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis menetapkan sampel penelitian
sebanyak 10 % saja atau anak yang ada di
Desa Nga Paya Bakong.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan melalui metode diskriptif yaitu
data disusun dan dikelompokkan, kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh
gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti.
Untuk jenis penelitian penulis menggunakan sebagai berikut:
1.
Library Reseach
Penelitian perpustakaan bertujuan
untuk mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode atau
pendekatan yang pernah berkembang dan telah didokumentasikan dalam bentuk buku,
majalah, naskah, catatan, rekaman, sejarah, pendapat ahli-ahli keilmuan dan
lain-lain yang terdapat di perpustakaan.
2.
Field Research
Yaitu suatu penelitian yang dilakukan
secara langsung terjun ke lapangan dengan memakai beberapa teknik pengambilan
data sebagai berikut:
a.
Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara terjun langsung ke lapangan atau objek penelitian, guna mendapatkan data
dan keterang dari masyarakat, orang tua dan anak-anak yang ada di kec. Paya
Bakong.
b.
Wawancara
Wawancara (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data mengenai
informasi yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Wawancara langsung dilakukan orang yang menjadi
sumber data tanpa perantara mengenai diri dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan dirinya. Sedangkan wawancara tak langsung dilakukan dengan seseorang
tetapi berkenaan dengan diri orang lain atau peristiwa di luar dirinya.
Teknik penulisan penelitian ini berpedoman pada Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Darussalam
Banda Aceh 2001.[10]
[1] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1986), hal. 58
[2] Wjs. Poerwadarminta, Pusat Pembuatan dan Pengembangan Bahasa Dep. P dan
K, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hal. 735
[3] Amir Indrakusuma, Membina Rumah Tangga
Bahagia, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), hal. 25
[4]Muhammad Imam, Peran Orang Tua
dalam Mendidik Anak, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 8
[5] Ibid., hal. 11
[6] Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Sejati, 1997), hal. 162
[7] Ensiklopedi Nasional Indonesia, Nomor 2 (Jakarta: Cipta Adi Pustaka,
1998), hal. 4
[8]Koentjaraninggrat, Metodelogi
Penelitian, (Banda Aceh, 2004), hal. 41.
[9]Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian; Suatu Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), hal. 111
[10]Fakultas Tarbiyah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Pertama (Banda Aceh: IAIN
Ar-Raniry, 2001), hal. 9.