Urgensi Kajian Pendidikan Sosial dalam Alquran dan Hadits
A. Urgensi Kajian
Pendidikan Sosial dalam Alquran dan Hadits
Salah satu keutamaan Islam bagi umat manusia adalah
adanya sistem yang paripurna dan konsisten di dalam membina mental, melahirkan
generasi, membina umat dan budaya, serta memberlakukan prinsip-prinsip
kemuliaaan dan peradaban. Semua itu dimaksudkan untuk merubah manusia dari
kegelapan syirik, kebodohan, kesesatan dan kekacauan menuju cahaya tauhid,
ilmu, hidayah dan kemantapan.
Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah
menanamkan nilai-nilai islami kepada individu atau pribadi anak didik. Setelah
anak didik memahami dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan, ia akan berkaitan erat dengan kehidupan sekitarnya. Pendidik berupaya
agar anak dapat memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai islam dengan
cara mempraktekkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Pendidikan Islam mempunyai
peran strategis dalam upaya penanaman nilai-nilai tersebut. Pendidikan Islam
berupaya membina pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi
spiritual, jasmasi, emosi, intelektual, dan sosial juga berkaitan dengan bidang
spiritual, kebudayaan dan sosial kemasyarakatan.[1]
Namun bukan berarti sepeninggal Rasulullah, kita tak
akan merasakan dan tak mampu melaksanakan pendidikan Islam. Sebab beliau telah
meninggalkan dua kurikulum yang dapat kita pakai acuan dalam mendidik manusia
yakni Alquran dan As-Sunnah. Hakekat/nilai
merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan
manusia. Nilai bersifat praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan
melembaga secara objektif didalam masyrakat. Nilai ini merupakan suatu realita
yang sah sebagai suatu cita-cita yang benar dan berlawanan dengan cita-cita
palsu yang bersifat khayal.
Pendidikan Islam adalah; proses transformasi dan
internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada peserta didik melalui
penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai
keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Sehingga dapat
dijabarkan pada enam pokok pikiran hakekat pendidikan Islam yaitu;
a.
Proses
tranformasi dan internalisasi, yaitu upaya pendidikan Isla harus dilakukan
secara berangsur-angsur, berjenjang dan Istiqomah, penanaman nilai/ilmu, pengarahan,
pengajaran dan pembimbingan kepada anak didik dilakukan secara terencana,
sistematis dan terstuktur dengan menggunakan pola, pendekatan dan metode/sistem
tertentu.
b.
Kecintaan
kepada Ilmu pengetahuan, yaitu upaya yang diarahkan pada pemberian dan pengahayatan,
pengamalan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan
yang bercirikhas Islam, dengan disandarkan kepada peran dia sebagai khalifah
fil ardhi dengan pola hubungan dengan Allah (hablum min Allah), sesama
manusia (hablum minannas) dan hubungan dengan alam sekitas (hablum min
al-alam).
c.
Nilai-nilai
Islam, maksudnya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam praktek pendidikan
harus mengandung nilai Insaniah dan Ilahiyah. Yaitu: 1) nilai yang
bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam “al Asmaul
Husna” yakni nama-nama yang indah yang sebenarnya karakter idealitas
manusia yang selanjutnya disebut fitrah, inilah yang harus dikembangkan. 2) Nilai yang
bersumber dari hukum-hukum Allah, yang selanjutnya di dialogkan pada nilai
insaniah. Nilai ini merupakan nilai yang terpancar dari daya cipta, rasa dan
karsa manusia yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan manusia.
d.
Pada
diri peserta didik, maksudnya pendidikan ini diberikian kepada peserta didik
yang mempunyai potensi-potensi rohani. Potensi ini memmungkinkan manusia untuk
dididik dan selanjutnya juga bisa mendidik.
e.
Melalui
pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, tugas pokok pendidikan
Islam adalah menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, dan menjaga potensi manusia,
sehingga tercipta dan terbentuklah kualitas generasi Islam yang cerdas, kreatif
dan produktif.
f.
Menciptakan
keseimbangan dan kesempurnaan hidup, dengan kata lain ‘insan kamil’ yaitu
manusia yang mampu mengoptimalkan potensinya dan mampu menyeimbangkan kebutuhan
jasmani dan rohani, dunia dan akherat. Proses pendidikan yang telah dijalani
menjadikan peserta didik bahagia dan sejahtera, berpredikat khalifah fil
ardhi.[2]
Prinsip diatas adalah pikiran idealitas pendidikan Islam
terutama di Indonesia, tetapi dalam mewujudkan cita-cita tersebut banyak sekali
permasalah yang telah menghambat pencapaian cita-cita tersebut malah terkadang
membelokkan tujuan utama dari pendidikan Islam. Problem pendidikan Islam harus
menjadi tanggung jawab bersama baik dari pendidik, pemerintah, orang tua didik
dan anak didik itu sendiri, jadi kesadaran dari semua pihak sangatlah
diharapkan.