Hambatan-hambatan yang dirasakan dalam Proses Pengembangan Kepribadian Santri


1.     Hambatan-hambatan yang dirasakan dalam Proses Pengembangan Kepribadian Santri di Dayah Asrarul Huda 

Adapun hambatan-hambatan  Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen dalam mengembangkan kepribadian santri adalah sebagai berikut :
a).   Pondok
Sebuah Dayah tentu harus menyediakan asrama bagi santrinya untuk dapat menampung santri terutama yang berasal dari jauh untuk belajar di Dayah tersebut Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjoko prasojo sebagai berikut:
Para santri yang datang untuk berguru dalam perkembangan selanjutnya tidak terbatas dari lingkungan dekat saja tetapi juga banyak dari jauh dengan membawa perbekalan sendiri dan apabila kehadiran para santri tersebut tidak tertampung lagi dirumah-rumah penduduk setempat maka didirikan sebuah pondok.[1]
Dengan bedasarkan pada pendapat tersebut diatas jelas bahwa Dayah (asrama) bukan saja merupakan elemen penting bagi sebuah pesantren tetapi juga penompang utama bagi pesantren untuk dapat terus berkembang. Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen sampai saat ini telah memiliki pemondokan santri yang identik disebut bilik, namun pondok-pondok yang ada masih sederhana. Tentu saja dalam hal ini Dayah berharap dapat meningkatkan kualitas yang lebih baik dari fasilitas yang ada untuk menunjang semangat dan optimisme para santri dalam belajar.[2]

b).   Mesjid
Dimana kaum muslimin berada mereka selalu menggunakan mesjid sebagai tempat mengadakan pertemuan, pusat pendidikan, aktifitas administrasi dan kebudayaan. Dalam hal ini Sudjoko mengemukakan tentang pengertian mesjid adalah sebagai berikut:
Mesjid merupakan pusat peribadatan dalam arti upacara ritual maupun pusat kebudayaan dan pusat kegiatan masyarakat dipedesaan yang penduduknya terdiri dari kaum muslimin. Oleh karena itu pada umumnya bangunan mesjid dibangun pada pusat desa dan kyai berfungsi sebagai imam didalam mesjid yang mengajarkan pengajian bagi para santrinya setiap selesai ibadah shalat.[3]

Bedasarkan pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa ulama dengan penuh pengabdian mengajarkan murid-muridnya dimesjid serta menganggap mesjid sebagai tempat yang tepat untuk menanamkan disiplin para santri dalam mengerjakan kewajiban lima waktu dan memperoleh pengetahuan agama. Sementara itu Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen saat ini belum memiliki sebuah mesjid sederhana di tengah Dayah.[4]
c).   Kurikulum
Membicarakan masalah pembaharuan kurikilum di Dayah merupakan suatu hal yang dirasakan sangat perlu. Dengan kurikulum akan merubah wajah pesantren itu sendiri, perubahan wajah yang dimaksud adalah dapat dipadukan sistem tradisional yang masih baik dengan sistem modern yang di tetapkan, di samping itu juga dapat mempengaruhi santri dalam belajar baik di dalam maupun di luar pesantren.
Nasution. S, mengemukakan bahwa “kurikulum meliputi segala usaha sekolah, mempengaruhi murid dalam belajar dikelas, dilingkungan sekolah maupaun diluar sekolah, ataupun segala kegiatan dibawah tanggung jawab sekolah untuk mempengaruhi murid dalam belajar”.[5]
Berdasarkan wawancara penulis dengan Teugku Muslim bahwa kurikulum tidak hanya berorientasi pada dirinya sendiri tetapi harus berorientasi pada hal-hal yang terdapat dalam masyarakat. Oleh karena itu kurikulum Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen disesuaikan dengan kehidupan masyarakat disekitarnya karena Dayah didirikan ditengah-tengah masyarakat dengan tujuan agar Dayah tersebut sesuai dengan cita-cita dan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat itu sendiri.[6]
d. Organisasi
Dalam mengorganisasikan suatu kegiatan langkah pertama yang harus diambil oleh seorang pemimpin adalah menetapkan pekerjaan yang akan dikerjakan oleh bawahannya agar dapat melaksanakan apa yang akan menjadi tugas-tugas dan menentukan pembagian-pembagian pekerjaan yang jelas agar dapat dikerjakan oleh masing-masing pihak. Kemudian Manulang mengungkapkan bahwa
Organisasi ialah suatu proses penetapan dan pembangunan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pembatasan tanggung jawab atau wewenang dalam penetapan hubungan-hubungan antara unsur-unsur organisasi memungkinkan orang dapat bekerja sama seefektif mungkin untuk mencapai suatu tujuan bersama.[7]
Berdasarkan pengertian diatas jelaslah bahwa membuat suatu organisasi dalam badan tertentu sangat penting, sebab dengan organisasi tersebut suatu kegiatan dapat dibagi-bagi untuk dikerjakan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya sehingga lebih efektif dan dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen sudah menempatkan orang-orang yang mampu dan mau berbuat dalam organisasi Dayah.[8]
                                   


                [1] Prasojo, Profil ..., hal.11.

               [2] Hasil Wawancara Penulis Dengan Tgk. Muzairin Guru Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tanggal 04 September 2012.

      
 [3] Prasojo, Profil ..., hal. 11.

               [4] Hasil Wawancara Penulis Dengan Tgk. Herizal Ilyas Pimpinan Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tanggal 03 September 2012.

      
[5] Nasution.S., Kurikulum Usaha-usaha dalam Bidang Pendidikan Administrasi   Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud, 1972), hal. 3.
 
               [6] Hasil Wawancara Penulis Dengan Tgk. Muslim Guru Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tanggal 04 September 2012.

          [7] Manullang, Dasar-dasar Menejemen, (Jakarta: Glalia Indonesia, 1975), hal. 50.

               [8] Hasil Wawancara Penulis Dengan Tgk. Muslim Tgk. Dayah Asrarul Huda Gampong Cot Laga Sawa Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tanggal 04 September 2012.


0 Comments