Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Ikhwanul Muslimin dan Sejarah Kelahirannya

Ikhwanul Muslimin dan Sejarah Kelahirannya

BAB I
PENDAHULUAN


I.I. Latar Belakang Permasalahan
            Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah gerakan Islam terbesar sepanjang sejarah umat Islam di era kontemporer. Pengaruh fikrah (pola pikir) dan paradigmanya tersebar ke seluruh dunia dari Barat hingga ke Timur, baik negara dengan penduduknya yang mayoritas Islam maupun negara yang minoritas penduduknya beragama Islam. Hampir tidak ada gerakan Islam yang efektif yang tidak bergesekan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Tak terkecuali Indonesia dan bahkan Aceh sekalipun. Pasca kelahirannya, gerakan yang lebih identik dengan ”gerakan dakwah”  ini telah memberikan sumbangsih yang begitu besar untuk kebangkitan peradaban Islam. Kiprahnya telah memberikan warna bagi seluruh sendi kehidupan umat Islam di semua belahan dunia. Lalu, bagaimana sebenarnya sejerah kelahiran gerakan ini? Siapa pendirinya? Seberapa besar pengaruhnya bagi gerakan-gerakan Islam di dunia dan khususnya Indonesia? Siapa tokoh Islam Indonesia yang paling terpengaruh oleh ”Ideologi” Ikhwanul Muslimin?
            Atas dasar ini, penulis berinisiatif membuat makalah yang ada dihadapan Anda ini dengan topik; ”Ikhwanul Muslimin dan Pengaruhnya di Dunia Islam” Khususnya terhadap Gerakan-Gerakan Islam Di Indonesia).

1.2 Identifikasi Masalah
     Berdasarkan latar balakang masalah di atas, ada beberapa pokok permasalahan yang dapat dikaji di antaranya:
  1. Bagaimana proses kelahiran gerakan Ikhwanul Muslimin, dimana dan siapakah pendirinya?
  2. Bagaimana kiprah gerakan ini pasca kelahirannya?
  3. Apa pengaruh gerakan Islam ini terhadap perkembangan pemikiran Islam di dunia khususnya Indonesia?
  4. Siapa tokoh Islam Indonesia yang paling terpengaruh oleh ”Ideologi” Ikhwanul Muslimin?

1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup pembahasan tentang gerakan Ikhwanul Muslimin, maka penulis membatasi penelitiannya hanya pada beberapa refernesi saja, serta hanya mencoba memberikan gambaran secara umum.

1.4 Kegunaan Pembahasan
Penulisan makalah ilmiah berjudul “Ikhwanul Muslimin dan Pengaruhnya di Dunia Islam(Khususnya terhadap Gerakan-Gerakan Islam Di Indonesia) penulis maksudkan untuk:
  1. Untuk menjelaskan kepada pembaca sejarah kelahiran gerakan ini serta pengaruhnya bagi dunia Islam.
  2. Tujuan utama, yaitu untuk menunaikan salah satu tugas di perkuliahan, materi kuliah ”Perkembangan Pemkiran Islam” yang diasuh oleh Dr.Syamsul Rijal,M.Ag.

 1.5.Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Deskriptif adalah dengan cara mengumpulkan data yang  berkaitan dengan masalah  yang diteliti, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas. Sedangkan analisis adalah dengan mengadakan perincian terhadap masalah yang diteliti. Kajian ini dilakukan melalui kepustakaan (library reseach). Dan pencarian data yang dilakukan adalah dengan melihat beberapa buku sejarah Islam serta berbagai sumber lainnya.

1.6. Sistematika Penulisan
Supaya penulisan menjadi terarah dan tidak tumpang tindih antara satu bab dengan yang lain maka perlu dikemukakan pula mengenai sistematika penulisan. Karya tulis ilmiah ini penulisannya dimulai dengan bab satu berupa pendahaluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, kegunaan, pembahasan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini penting untuk melihat problematika yang ada dan perlu dijawab dengan segera dalam bentuk makalah ilmiah. Selanjutnya pada bab ke dua membahas tentang sejarah kelahiran gerakan ”Ikhwanul Muslimin dan kiprahnya bagi dunia Islam” (Khususnya terhadap Gerakan-Gerakan Islam Di Indonesia). Karya tulis ilmiah ini diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan, yaitu pada bab ketiga.

























BAB II
IKHWANUL MUSLIMIN
DAN PENGARUHNYA DI DUNIA ISLAM
(Khususnya terhadap Gerakan-Gerakan Islam di Indonesia)

2.1.  Ikhwanul Muslimin dan Sejarah Kelahirannya
Ikhwanul Muslimin atau sering juga disebut “Al-Ikhwan” merupakan salah satu jamaah dari umat Islam yang mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah dan hidup di bawah naungan Islam dengan pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, serta dengan syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Instabilitas politik, perpecahan bangsa, serta terabainya Islam dan merajalelanya kejumudan berfikir, perpecahan, bid’ah, khurafat, arus sekulerisme, serta takhayul hingga kolonialisme terhadap dunia Islam dan sebagainya merupakan alasan kuat lahirnya gerakan Islam ini. Ikhwan artinya persaudaraan, sedang al-Muslimin artinya orang-orang Islam atau umat Islam.
Gerakan ini didirikan di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928. Pendirinya adalah Hassan Al-Banna bersama enam tokoh lainnya, yaitu; Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September1930. Pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib. Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan Al-Banna.[1]
Disini terlihat bahwa sejak pertama kali didirikan gerakan ini telah menunjukkan jati dirinya sebagai cikal bekal gerakan Islam terbesar di dunia. Hingga hari ini, gerakan Ikhwanul Muslimin telah tersebar ke seluruh dunia  dan menjadi gerakan yang sangat berpengaruh dengan jutaan anggota dan simpatisannya. Hampir tidak ada gerakan Islam yang efektif yang tidak bergesekan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin.
Gerakan ini kemudian meluas hingga ke Negara-negara Arab, seperti; Suriah, Palestina, Yordania, Libanon, Irak, Yaman dan hingga ke Indonesia.[2]
Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina.[3]  Dari banyak informasi yang penulis simak, organisasi HAMAS sebagai sebuah “Organiasasi Jihad” di Palestina yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Yassin Asy-Syahid merupakan binaan Hasan Al-Banna. Organisasi ini hingga kini masih eksis melawan penjajahan Yahudi atas tanah umat Islam di Palestina.
Namun demikian, jika dikalangan umat Islam di dunia khususnya Indonesia disambut dengan gembira, maka tidak demikian respon dari kalangan sekuler-nasionalis, khususnya para penguasa yang kemudian bersekonngkol dengan para kolonialis(kaum penjajah). Jika di Indonesia respon yang buruk penguasa Orde Baru terhadap pemikiran Ikhwanul Muslimin diwujudkan seperti dibubarnya Parpol Islam Masyumi, maka di Mesir sebagai negera tempat gerakan ini lahir para aktivis gerakan ini mengalami penyiksaan penguasa yang cukup dahsyat beberapa tahun pasca kelahirannya. Ratusan tokoh gerakan ini dipenjara dan dibantai di Mesir, bahkan Sayyid Qutb sebagai seorang pemikir Islam yang ditangannya lahir “Tafsir fi Zhilalil Qur’an” nasibnya cukup menyedihkan, akhir hayatnya beliau berada ditiang gantung. Beliau digantung oleh penguasa zalim Presiden Gamal Abdul Nasher yang saat itu bekerja sama dengan Negara Barat dan Yahudi untuk memadamkan pergerakan dan pengaruh Ikhwanul Muslimin di Mesir. Hal yang sama juga dialami oleh ribuan aktivis gerakan ini yang disiksa oleh penguasa zalim tersebut. Mesit hingga kini masih dikuasai oleh pemimpin yang sangat anti terhadap gerakan Ikhwanul Muslimin, kabar terbaru yang penulis dapatkan dari berbagai sumber adalah ditangkapnya puluhan kader dan simpatisan Ikhwanul Muslimin yang berdemo mengancam aksi pencaplokan wilayah Islam di Palestina serta percobaan penghancuran  “Mesjid Al-Aqsha”.
Cerita lengkap kisah duka Ikhwanul Muslimin masa lalu di Mesir bisa dibaca di buku ” kisah duka Ikhwanul Muslimin, Sebuah Nostalgia Perjuangan Dakwah”[4]. Mungkin pembaca akan meneteskan airmata mengenang kisah duka perjuangan aktivis gerakan ini di Mesir yang sejak kelahirannya sudah dihadapkan dengan berbagai konspirasi Yahudi melalui tangan penguasa Mesir ketika itu, bahkan Hasan Al-Banna sang pendiri gerakan ini menemui ajalnya setelah beberapa butir peluru orang tak dikenal mengenai tubuhnya untuk kemudian menghadap sang Al-Khaliq sebagai seorang syuhada Islam yang telah berhasil membangunkan umat Islam dari tidur panjang mereka pasca runtuhnya “Khilafah Islamiah” terakhir di Turki pada tahun 1924. Penulis menyeru pembaca semua untuk memiliki tekad dan azam yang kuat meneruskan perjuangan beliau dengan segala resikonya, insya Allah.

2.2.Pemikiran Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat, dll) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam[5].
Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat. Asumsi ini bisa dibenarkan oleh fakta bahwa hingga saat ini kita menyaksikan bagaimana gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang saat ini menjadi oposisi pemerintah masih eksis melawan semua intervensi Barat dan Yahudi di dunia Islam. Begitu juga semua Partai Politik Islam di dunia serta ormas-ormas yang mengadopsi pemikiran Ikhwanul Muslimin  hingga saat ini masih konsisten menolak untervenasi Barat di dunia Islam, mereka juga masih tegas “berteriak dan berjuang” bahwa Islam adalah solusi dari semua permasalahan umat Islam saat ini, dan kembali kepada konsep universalitas ajaran Islam adalah suatu “keniscayaan”  Maka wajar, Barat dan Yahudi menganggap Ikhwanul Muslimin dan semua gerakan yang berafiliasi kepadanya sebagai musuh nomor satu.
Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut.
DR.Mahmud Jami’ menyebutkan bahwa Imam Hasan Al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin telah merinci manhaj gerakan ini ke dalam tujuh tujuan(orientasi) gerakan dakwah mereka[6];
  1. Ikhwanul Muslimin menginginkan seorang muslim yang lurus dalam pemikiran, akidah, akhlak, perasaan, amal dan perilakunya.
  2. Ikhwanul Muslimin menginginkan rumah muslim dalam pemikiran, akidah, akhlak, perasaan, amal dan perilakunya. Karena itu, mereka bertekad memperhatikan wanita sebagaimana perhatian mereka kepada laki-laki, atau kepada anak-anak sebagaimana perhatian mereka kepada pemuda. Itulah keluarga yang ingin mereka bentuk.
  3. Ikhwanul Muslimin menginginkan generasi muslim dalam semua itu. Mereka bertekad menyampaiakan dakwah Ikhwanul Muslimin kepada setiap rumah dan agar suara mereka didengar disegala tempat dan agar pemikiran kita tersebar ke desa-desa, kota-kota, tempat-tempat perkumpulan dan kota-kota kecil, tanpa pernah merasa lelah dan tidak meninggalkan wasilah.
  4. Ikhwanul Muslimin menginginkan “pemerintahan Muslim” yang memimpin generasinya agar masuk ke mesjid dan mengajak manusia agar menerima petunjuk Islam. Ikhwanul Muslimin tidak mengakui undang-undang pemerintahan apapun yang tidak bersumber dari Islam dan tidak mengakui partai-partai politik yang kita dibujuk orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam agar memilihnya. Ikhwanul Muslimin akan menghidupkan undang-undang Islam dengan segala realitas dan resikonya, serta membentuk Negara Islam yang didasarkan atas undang-undang Islam tersebut.
  5. Ikhwanul Muslimin mengingnkan agar setiap kelompok di Negara Islam yang dipecah belah oleh “politik Barat” dan dihilangkan kesatuannya oleh ketamakan Eropa agar bergabung dengan kita. Ikhwanul Muslimin tidak mengakui adanya perpecahan politik itu dan Ikhwanul Muslimin tidak menerima kesepakatan dunia yang menjadikan Negara-negara Islam sebagai Negara-negara kecil yang lemah dan terpecah belah, sehingga memudahkan para penajajah untuk menelannya. Ikhwanul Muslimin tidak akan tinggal diam untuk membebaskan generasi Islam dari penjajahan. Karena itu, Mesir, Syiria, Irak, Hijaz(Arab Saudi, pen), Yaman, Libia, Tunis, Aljazair, Maroko dan setiap jengkal tanah yang didalamnya ada seorang muslim yang mengatakan, “La ilaha illallah”. Semua itu adalah Negara kita yang besar, yang kita akan berusaha untuk membebaskan, memerdekakan dan menyelamatkannya sehingga setiap bagian itu akan bergabung dengan bagian-bagian lainnya.
  6. Ikhwanul Muslimin menginginkan agar suatu saat nanti bendera Allah berkibar tinggi di tempat-tempat yang membantu Islam itu, suara azan dikumandangkan didalamnya dengan kalimat “Tahlil dan Takbir”.
  7. Yang terakhir, IM ingin menginformasikan dakwah mereka kepada dunia, agar dakwah itu sampai kepada semua manusia, memenuhi segala penjuru bumi dan agar setiap orang yang sombong tunduk kepadanya, sehingga tidak terjadi fitnah dan semua agama menjadi milik Allah. Pada saat itulah orang-orang mukmin akan berbahagia dan mendapatkan pertolongan Allah yang Maha Menolong siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia Maha Agung lagi Maha Penyayang.

Dari ketujuh poin orientasi, paradigma dan “manhaj” atau sistem gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin ini, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa gerakan ini tidak bisa dipungkiri merupakan gerakan dakwah yang paling elegan dan universal dari segi manhaj dakwahnya dibandingkan dengan beberapa gerakan dakwah lainnya yang kebanyakan hanya berkutat pada satu sisi serta meninggalkan sisi lainnya.
Universalitas manhaj gerakan ini bisa kita kaji dalam buku panduan dakwah mereka yang berjudul; “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin” yang berisi kumpulan surat-surat Hasan Al-Banna, pendiri gerakan tersebut[7].
Jika kita membandingkan gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin dengan berbagai gerakan dakwah lainnya di dunia dan nusantara, maka akan terlihat dengan jelas bahwa gerakan dakwah mereka lebih kompleks dan integral dari semua sisi. Ikhwanul Muslimin tidak hanya mengkhususkan dakwahnya pada persoalan akhirat sebagamana “Jamaah Tabligh”, atau seperti dakwah “Salafi” yang hanya berkutat pada dakwah sunnah saja, atau juga seperti dakwah “Hizbut Tahrir” yang menolak demokrasi sehingga negara-negara Islam menjadi lemah. Ikhwanul Muslimin memilki manhaj yang lebih universal, yakni mencakup semua sisi kehidupan individual dan negara/koletif.




2.3. Pengaruh Pemikiran Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Perkembangan dan penyebaran dakwah Ikhwanul Muslimin tidak hanya di Mesir, tetapi juga tersebar ke seluruh dunia. Mungkin karena universalitas fikrah (pemikiran/paradigm) gerakan ini sehingga mereka begitu mudah diterima serta dikagumi oleh sebagian besar umat Islam. Tidak terkecuali ke negara kita Indonesia, gerakan Ikhwanul Muslimin juga berhasil mencapkan pengaruhnya yang luar biasa besar. Hal ini dapatkan kita lihat misalnya dari sekian banyak tokoh Islam perintis kemerdekaan ternyata mereka adalah para tokoh yang telah terpengaruh dengan “fikrah” atau manhaj gerakan Ikhwanul Muslimin. Begitu juga aneka Partai Politik (Parpol) dan Ormas Islam yang mengadopsi ideologi gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin bermunculan. Hampir sebagian besar Parpol Islam Indonesia mengadopsi fikrah gerakan Islam ini, meski pada tataran implementasinya mereka tidak se-konsisten gerakan asli Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930[8]. Dari beberapa sumber tercantum bahwa, pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia. Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat bagi Republik Indonesia saat itu.

2.4. Tokoh Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Selain Agus Salim, tokoh nasional lain yang terpengaruh dengan ideologi Ikhwanul Muslimin adalah Mohammad Natsir. Dalam makalah ini penulis hanya fokus mengupas sedikit romantisme perjalanan pemikiran beliau di Indonesia mengingat begitu terbatasanya halaman makalah ini.
Menyimak pergulatan Mohammad Natsir dalam organisasi Islam dan pergaulannya dengan sejumlah tokoh besar pergerakan Islam, hingga mengapai puncaknya saat menjadi ketua Partai Masyumi dan perdana menteri, mengundang decak kagum atas kematangan intelektualitas, keislaman, dan jiwa politiknya. Sejarah Indonesia kemudian mencatatnya sebagai salah satu tokoh pejuang nasionalis muslim yang cukup mewarnai sejarah awal kemerdekaan negeri ini.
Natsir dikenal sebagai negarawan muslim dan aktivis Islam politik sejati. Meskipun ia tergolong multitalenta dan gagasannya yang beragam, meliputi persoalan keagamaan, pendidikan dan dakwah, ia tetap lebih menonjol dalam perannya sebagai politikus yang santun, istikamah, punya prinsip, satu kata dengan perbuatan. (Mungkin) tidak berlebihan jika Natsir dikukuhkan menjadi tokoh yang pemikirannya melebihi zamannya. Pemikiran politiknya cukup cemerlang dengan bekal multilinguis, kemampuannya menguasai banyak bahasa, sebut saja, Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan Arab. Pergaulannya yang luas mengantarkannya memiliki banyak teman sekaligus musuh politik, Soekarno, di antaranya. Talenta Natsir sebagai sosok politisi ulung terbukti saat ia menyelesaikan persoalan separatisme yang rumit ke dalam NKRI tanpa menyakiti hati. Ia juga dikenal sebagai dai profesional yang bisa diterima siapa pun.
Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia setelah Mohammad Natsir mendirikan partai yang mengadopsi pemikiran (fikrah) Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi[9].
Mohammad Natsir adalah seorang tokoh yang di masa Orde Lama bersikukuh dengan pendapatnya bahwa Islam tidak bisa dilepaskan dari Negara. Pikiran beliau tersebut akan mudah dipahami jika kita mengkaji ucapannya yang terkenal itu;
“ Kalau perlu hendak memperbaiki negara yang begitu keadaannya, perlulah dimasukkan kedalam dasar-dasar hak kewajiban antara yang memerintah dan yang diperintah. Harus dimasukkan kedalamnya pertalian rohani anatara manusia dengan Ilahi, yang berupa peribadatan yang khalis, ialah satu-satunya alat yang sempurna untuk menghindarkan semua perbuatan rendah dan munkar. Perlu ditanmkan didalamnya budi pekerti yang luhur, suatu hal yang tidak boleh tidak, perlu untuk mencapai keselamatan dan kemajuan, perlu ditanamkan dalam dada penduduk Negara-negara itu satu falsafah kehidupan yang luhur dan suci, satu ideologi yang menghidupkan semangat untuk berjuang mencapai kejayaan dunia dan kemenangan akhirat. Semua itu terkandung dalam satu susunan, satu stelsel, satu kultur, satu ajaran, satu ideologi yang bernama Islam.”[10]
Pemikiran Mohammad Natsir yang terpengaruh dengan Ikhwanul Muslimin ini kita ketahui sangat berpengaruh di kalangan tokoh-tokoh Islam Indonesia sehingga pada akhirnya bermunculanlah berbagai Parpol dan ormas Islam lainnya.
Di era Orde Baru, sebagaimana para pemimpin Masyumi lainnya, Natsir berharap agar pemerintah memberikan angin sejuk bagi umat Islam. Juga, merehabilitasi Masyumi, sebuah partai politik Islam yang membubarkan diri pada agustus 1960. Tapi rupanya, Presiden Soeharto ketika itu  menjadi ketakutan bila Masyumi bangkit, maka kekuatan Islam akan akam menguat, hal itu bermakna posisinya akan terancam.[11] Hal ini membuktikan bahwa pengaruh pemikiran Mohammad Natsir yang telah terpengaruh dengan ideologi ikhwan ketika itu sangat kuat.
Pada tahun 1967, Mohammad Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiah Indonesia(DDII), sebagai medan juangnya[12].
            Kita ketahui, bahwa DDII merupakan ormas Islam yang sangat berpengaruh di Indonesia hingga saat ini. Ormas ini telah memberikan berbagai sumbangsihnya untuk Indonesia dan umat Islam. Penulis kenal pernah berjumpa dengan beberapa tokoh DDII di Jakarta semasa penulis kuliah disana, mereka menceritkan banyak nostalgia perjuangannya bersama DDII semenjak era sebelum kemerdekaan. Begitu juga dengan beberapa tokoh DDII di Aceh yang sebagian diantara mereka hingga masih konsisten memperjuangkan Islam menjadi manhaj dan falsafah hidup umat Islam. Wallahu a’lam bisshawab.
Partai Masyumi kemudian dibredel oleh Soekarno dan dilarang keberadaannya. Kemudian pada Pemilu tahun 1999 berdiri partai yang menggunakan nama Masyumi, yaitu Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (PPII Masyumi). Selain itu berdiri juga Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan PKS yang sebelumnya banyak dikenal dengan jamaah atau kelompok Tarbiyah. PBB mendeklarasikan partainya sebagai keluarga besar pendukung Masyumi[13].
Selain partai-partai di atas, ada juga ormas Islam di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin ini, paling tidak itu terlihat dari nama ormas tersebut. Ormas yang dimaksud, antara lain adalah Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) yang berafiliasi ke PPP, dan Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI). Parmusi saat ini diketuai oleh Bachtiar Chamsyah. Sedangkan IMI yang dideklarasikan di Depok pada tahun 2001, diketuai oleh Habib Husein Al Habsyi. Lalu, pada Pemilu tahun 2004, Partai Masyumi Baru dan PPII Masyumi tidak dapat mengikuti pemilu lagi karena tidak lolos electoral threshold. Partai Masyumi Baru bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PBB masih dapat terus mengikuti pemilu. Sedangkan PK mengikuti Pemilu 2004 setelah berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah pemilu 2004, PBB hampir tidak bisa mengikuti pemilu 2009 karena tidak lolos electoral threshold. Pada akhirnya PBB bisa mengikuti pemilu 2009 sebagaimana PKS dan PPP yang masih dapat terus mengikuti pemilu 2009 karena lolos electoral threshold[14].
Disisi lain, pengaruh fikrah Ikhwanul Muslimin juga masuk ke kampus-kampus dan pesantren-pesantren di Indonesia. Beberapa gerakan tarbiyah dan gerakan dakwah kampus yang mengadopsi pola pikir dan rekrutmen gaya Ikhwanul Muslimin merupakan alasan atas asumsi penulis disini.
Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada organisasi-organisasi di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Wallahu a’lam bisshwab.







BAB III
KESIMPULAN
            Dari uraian dan pembahasan ringkas yang penulis sajikan dalam makalah ini maka dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan kebangkitan Islam terbesar yang dimiliki dunia Islam di era kontemporer. Pengaruhnya yang luar biasa ini juga telah menjadikan musuh Islam menjadikannya sebagai lawan utama. Hal ini terlihat misalnya seperti; bagaimana eksistensi Inggris(Barat) dan Yahudi di Mesir dalam memberangus dan menghadang laju gerakan ini, namun demikian seiring waktu gerakan ini bahkan menjadi semakin membesar dan semikin menyeramkan di mata musuh-musuh Islam.
Pengaruh dakwah gerakan ini juga menyebar ke hampir seluruh negara-negara Islam di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, pengaruh gerakan ini terlihat pada tokoh-tokoh Islam Indonesia seperti K.H.Agussalim, Mohammad Natsir dan sebagainya. Atas jasa tokoh-tokoh ini pergerakan kemerdekaan Indonesia semakain melaju hingga Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat.
Selain itu, muncul pula banyak Parpol dan dan Ormas Islam yang mengadopsi pemikiran gerakan Ikhwanul Muslimin, dan bahkan hingga kini pengaruh pemikiran gerakan ini dirasa kian dahsyat seperti yang kita saksikan, bahwa saat ini seruan untuk kembali kepada manhaj Islam sebagai konsep kehidupan individual dan negara semakin menggema. Semoga cita-cita para pendiri gerakan dakwah tersebut bisa tercapai suatu saat kelak. Amiin. Wallahu a’lam bisshawab.





















DAFTAR PUSTAKA

Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin”, terj. Anis Matta, Lc dkk, (Solo: Era Intermedia), 1999.
Herry Mohammad, Dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Insani), 2006.
            Mahmud Jami’, Dr., Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal, terj.Munirul Abidin, M.Ag, (Jakarta; Pustaka Al-Kautsar), 2004.
Syaikh Jaber Rizq, Kisah Duka Ikhwanul Muslimin, Sebuah Nostalgia Perjuangan Dakwah, terj. Zein Husen Al Hamid,(Yogyakarta; Pustaka Fahima), 2004.
Zulkifli, Konsep Jama’atul Muslimin dalam Perspektif Al-Qur’an, (Banda Aceh: Skripsi IAIN Ar-Raniry), 2008.
Kamus online;  www.wikipedia.com
Situs; www.al-ikhwan.net
            Berbagai sumber lainnya.






[1]  Lihat; www.al-ikhwan.net
[2]  Zulkifli, Konsep Jama’atul Muslimin dalam Perspektif Al-Qur’an, (Skripsi: IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2008), hal. 39
[3]  Lihat; www.al-ikhwan.net dan kamus ounline www.wikipedia.com
[4]  Karya; Syaikh Jaber Rizq, Kisah Duka Ikhwanul Muslimin, Sebuah Nostalgia Perjuangan Dakwah, terj. Zein Husen Al Hamid, penerbit Pustaka Fahima; Yogyakarta, tahun 2004.
[5]  Lihat; www.al-ikhwan.net
[6] Dr.Mahmud Jami’, Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal, terj.Munirul Abidin, M.Ag, (Pustaka Al-Kautsar; Jakarta, 2004), cet. ke III, hal.14.
[7]  Untuk lebih jelasnya baca buku; “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin”, terj.Anis Matta, Lc dkk, penerbit; Era Intermedia; Solo, 1999.
[8]  Lihat kamus online;  www.wikipedia.com
[9]  www.al-ikhwan.net
[10]  Herry Mohammad, Dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Gema Insani: Jakarta, 2006), hal. 50
[11]  Ibid, hal. 52
[12]  Ibid
[13]  Lihat; www.al-ikhwan.net
[14]  Lihat kamus online; www.wikipedia.com