Ikhwanul Muslimin dan Sejarah Kelahirannya
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Permasalahan
Ikhwanul
Muslimin merupakan sebuah gerakan Islam terbesar sepanjang sejarah umat Islam
di era kontemporer. Pengaruh fikrah (pola
pikir) dan paradigmanya tersebar ke seluruh dunia dari Barat hingga ke Timur,
baik negara dengan penduduknya yang mayoritas Islam maupun negara yang
minoritas penduduknya beragama Islam. Hampir tidak ada gerakan Islam yang
efektif yang tidak bergesekan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Tak terkecuali
Indonesia dan bahkan Aceh sekalipun. Pasca kelahirannya, gerakan yang lebih
identik dengan ”gerakan dakwah” ini
telah memberikan sumbangsih yang begitu besar untuk kebangkitan peradaban
Islam. Kiprahnya telah memberikan warna bagi seluruh sendi kehidupan umat Islam
di semua belahan dunia. Lalu, bagaimana sebenarnya sejerah kelahiran gerakan
ini? Siapa pendirinya? Seberapa besar pengaruhnya bagi gerakan-gerakan Islam di
dunia dan khususnya Indonesia? Siapa tokoh Islam Indonesia yang paling terpengaruh oleh ”Ideologi”
Ikhwanul Muslimin?
Atas dasar ini, penulis berinisiatif
membuat makalah yang ada dihadapan Anda ini dengan topik; ”Ikhwanul Muslimin
dan Pengaruhnya di Dunia Islam” Khususnya terhadap Gerakan-Gerakan Islam Di Indonesia).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar balakang masalah di
atas, ada beberapa pokok permasalahan yang dapat dikaji di antaranya:
- Bagaimana
proses kelahiran gerakan Ikhwanul Muslimin, dimana dan siapakah pendirinya?
- Bagaimana
kiprah gerakan ini pasca kelahirannya?
- Apa pengaruh
gerakan Islam ini terhadap perkembangan pemikiran Islam di dunia khususnya
Indonesia?
- Siapa
tokoh Islam Indonesia yang paling terpengaruh oleh ”Ideologi” Ikhwanul
Muslimin?
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup pembahasan
tentang gerakan Ikhwanul Muslimin, maka penulis membatasi penelitiannya hanya
pada beberapa refernesi saja, serta hanya mencoba memberikan gambaran secara
umum.
1.4 Kegunaan Pembahasan
Penulisan makalah
ilmiah berjudul “Ikhwanul
Muslimin dan Pengaruhnya di Dunia Islam”(Khususnya terhadap
Gerakan-Gerakan Islam Di Indonesia) penulis maksudkan untuk:
- Untuk menjelaskan kepada pembaca
sejarah kelahiran gerakan ini serta pengaruhnya bagi dunia Islam.
- Tujuan utama, yaitu untuk
menunaikan salah satu tugas di perkuliahan, materi kuliah ”Perkembangan Pemkiran
Islam” yang diasuh oleh Dr.Syamsul Rijal,M.Ag.
1.5.Metode
Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif analisis. Deskriptif adalah dengan cara mengumpulkan data
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, kemudian dideskripsikan
sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas. Sedangkan
analisis adalah dengan mengadakan perincian terhadap masalah yang diteliti.
Kajian ini dilakukan melalui kepustakaan (library reseach). Dan pencarian data
yang dilakukan adalah dengan melihat beberapa buku sejarah Islam serta berbagai
sumber lainnya.
1.6. Sistematika Penulisan
Supaya
penulisan menjadi terarah dan tidak tumpang tindih antara satu bab dengan yang
lain maka perlu dikemukakan pula mengenai sistematika penulisan. Karya tulis
ilmiah ini penulisannya dimulai dengan bab satu berupa pendahaluan yang berisi
latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah,
kegunaan, pembahasan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini penting
untuk melihat problematika yang ada dan perlu dijawab dengan segera dalam
bentuk makalah ilmiah. Selanjutnya pada bab ke dua membahas tentang sejarah
kelahiran gerakan ”Ikhwanul Muslimin dan kiprahnya bagi dunia Islam” (Khususnya terhadap Gerakan-Gerakan Islam Di Indonesia). Karya tulis ilmiah ini diakhiri dengan
penutup yang berisi kesimpulan, yaitu pada bab ketiga.
BAB II
IKHWANUL
MUSLIMIN
DAN
PENGARUHNYA DI DUNIA ISLAM
(Khususnya terhadap Gerakan-Gerakan Islam
di Indonesia)
2.1. Ikhwanul
Muslimin dan Sejarah Kelahirannya
Ikhwanul Muslimin atau sering juga
disebut “Al-Ikhwan” merupakan salah
satu jamaah dari umat Islam yang mengajak
dan menuntut ditegakkannya syariat Allah dan hidup di bawah naungan Islam dengan pemahaman yang benar yang merasuk
dalam akal dan fikrah, serta dengan syariah
yang mengatur al-jawarih (anggota
tubuh), perilaku dan politik. Instabilitas politik, perpecahan bangsa, serta terabainya Islam dan
merajalelanya kejumudan berfikir, perpecahan, bid’ah, khurafat, arus
sekulerisme, serta takhayul hingga
kolonialisme terhadap dunia Islam dan sebagainya merupakan alasan kuat lahirnya
gerakan Islam ini. Ikhwan artinya
persaudaraan, sedang al-Muslimin artinya
orang-orang Islam atau umat Islam.
Gerakan ini didirikan di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928. Pendirinya adalah Hassan Al-Banna
bersama enam tokoh lainnya, yaitu; Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad
Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Pada tahun
1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum
Ikhwanul Muslimin pada 24 September1930. Pada tahun 1932, struktur
administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul
Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun
1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh
Muhibuddin Khatib. Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin
membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita
yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul
Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan Al-Banna.[1]
Disini terlihat bahwa sejak pertama
kali didirikan gerakan ini telah menunjukkan jati dirinya sebagai cikal bekal gerakan
Islam terbesar di dunia. Hingga hari ini, gerakan Ikhwanul Muslimin telah tersebar
ke seluruh dunia dan menjadi gerakan
yang sangat berpengaruh dengan jutaan anggota dan simpatisannya. Hampir
tidak ada gerakan Islam yang efektif yang tidak bergesekan dengan gerakan
Ikhwanul Muslimin.
Gerakan ini kemudian meluas hingga ke
Negara-negara Arab, seperti; Suriah, Palestina, Yordania, Libanon, Irak, Yaman
dan hingga ke Indonesia.[2]
Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin
turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina.[3] Dari banyak informasi yang penulis simak,
organisasi HAMAS sebagai sebuah “Organiasasi Jihad” di Palestina yang didirikan
oleh Syaikh Ahmad Yassin Asy-Syahid merupakan binaan Hasan Al-Banna. Organisasi
ini hingga kini masih eksis melawan penjajahan Yahudi atas tanah umat Islam di
Palestina.
Namun
demikian, jika dikalangan umat Islam di dunia khususnya Indonesia disambut
dengan gembira, maka tidak demikian respon dari kalangan sekuler-nasionalis,
khususnya para penguasa yang kemudian bersekonngkol dengan para kolonialis(kaum
penjajah). Jika di Indonesia respon yang buruk penguasa Orde Baru terhadap
pemikiran Ikhwanul Muslimin diwujudkan seperti dibubarnya Parpol Islam Masyumi,
maka di Mesir sebagai negera tempat gerakan ini lahir para aktivis gerakan ini
mengalami penyiksaan penguasa yang cukup dahsyat beberapa tahun pasca
kelahirannya. Ratusan tokoh gerakan ini dipenjara dan dibantai di Mesir, bahkan
Sayyid Qutb sebagai seorang pemikir Islam yang ditangannya lahir “Tafsir fi Zhilalil Qur’an” nasibnya
cukup menyedihkan, akhir hayatnya beliau berada ditiang gantung. Beliau
digantung oleh penguasa zalim Presiden Gamal Abdul Nasher yang saat itu bekerja
sama dengan Negara Barat dan Yahudi untuk memadamkan pergerakan dan pengaruh Ikhwanul
Muslimin di Mesir. Hal yang sama juga dialami oleh ribuan aktivis gerakan ini
yang disiksa oleh penguasa zalim tersebut. Mesit hingga kini masih dikuasai
oleh pemimpin yang sangat anti terhadap gerakan Ikhwanul Muslimin, kabar
terbaru yang penulis dapatkan dari berbagai sumber adalah ditangkapnya puluhan
kader dan simpatisan Ikhwanul Muslimin yang berdemo mengancam aksi pencaplokan
wilayah Islam di Palestina serta percobaan penghancuran “Mesjid Al-Aqsha”.
Cerita
lengkap kisah duka Ikhwanul Muslimin masa lalu di Mesir bisa dibaca di buku ”
kisah duka Ikhwanul Muslimin, Sebuah Nostalgia Perjuangan Dakwah”[4].
Mungkin pembaca akan meneteskan airmata mengenang kisah duka perjuangan aktivis
gerakan ini di Mesir yang sejak kelahirannya sudah dihadapkan dengan berbagai
konspirasi Yahudi melalui tangan penguasa Mesir ketika itu, bahkan Hasan Al-Banna
sang pendiri gerakan ini menemui ajalnya setelah beberapa butir peluru orang
tak dikenal mengenai tubuhnya untuk kemudian menghadap sang Al-Khaliq sebagai
seorang syuhada Islam yang telah berhasil membangunkan umat Islam dari tidur
panjang mereka pasca runtuhnya “Khilafah Islamiah” terakhir di Turki pada tahun
1924. Penulis menyeru pembaca semua untuk memiliki tekad dan azam yang kuat meneruskan
perjuangan beliau dengan segala resikonya, insya Allah.
2.2.Pemikiran
Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah
organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari
beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar
agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat, dll) saja. Tujuan
Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah
tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang
dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan
negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada
Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam[5].
Ikhwanul Muslimin menolak segala
bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat. Asumsi ini bisa dibenarkan oleh
fakta bahwa hingga saat ini kita menyaksikan bagaimana gerakan Ikhwanul
Muslimin di Mesir yang saat ini menjadi oposisi pemerintah masih eksis melawan
semua intervensi Barat dan Yahudi di dunia Islam. Begitu juga semua Partai
Politik Islam di dunia serta ormas-ormas yang mengadopsi pemikiran Ikhwanul
Muslimin hingga saat ini masih konsisten
menolak untervenasi Barat di dunia Islam, mereka juga masih tegas “berteriak
dan berjuang” bahwa Islam adalah solusi dari semua permasalahan umat Islam saat
ini, dan kembali kepada konsep universalitas ajaran Islam adalah suatu
“keniscayaan” Maka wajar, Barat dan
Yahudi menganggap Ikhwanul Muslimin dan semua gerakan yang berafiliasi
kepadanya sebagai musuh nomor satu.
Dalam perpolitikan di berbagai
negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses demokrasi
sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain yang mengakui
demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang mengikuti
proses pemilu
di negara tersebut.
DR.Mahmud Jami’ menyebutkan bahwa
Imam Hasan Al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin telah merinci manhaj gerakan ini
ke dalam tujuh tujuan(orientasi) gerakan dakwah mereka[6];
- Ikhwanul Muslimin menginginkan seorang muslim yang lurus dalam pemikiran, akidah, akhlak, perasaan, amal dan perilakunya.
- Ikhwanul Muslimin menginginkan rumah muslim dalam pemikiran, akidah, akhlak, perasaan, amal dan perilakunya. Karena itu, mereka bertekad memperhatikan wanita sebagaimana perhatian mereka kepada laki-laki, atau kepada anak-anak sebagaimana perhatian mereka kepada pemuda. Itulah keluarga yang ingin mereka bentuk.
- Ikhwanul Muslimin menginginkan generasi muslim dalam semua itu. Mereka bertekad menyampaiakan dakwah Ikhwanul Muslimin kepada setiap rumah dan agar suara mereka didengar disegala tempat dan agar pemikiran kita tersebar ke desa-desa, kota-kota, tempat-tempat perkumpulan dan kota-kota kecil, tanpa pernah merasa lelah dan tidak meninggalkan wasilah.
- Ikhwanul Muslimin menginginkan “pemerintahan Muslim” yang memimpin generasinya agar masuk ke mesjid dan mengajak manusia agar menerima petunjuk Islam. Ikhwanul Muslimin tidak mengakui undang-undang pemerintahan apapun yang tidak bersumber dari Islam dan tidak mengakui partai-partai politik yang kita dibujuk orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam agar memilihnya. Ikhwanul Muslimin akan menghidupkan undang-undang Islam dengan segala realitas dan resikonya, serta membentuk Negara Islam yang didasarkan atas undang-undang Islam tersebut.
- Ikhwanul Muslimin mengingnkan agar setiap kelompok di Negara Islam yang dipecah belah oleh “politik Barat” dan dihilangkan kesatuannya oleh ketamakan Eropa agar bergabung dengan kita. Ikhwanul Muslimin tidak mengakui adanya perpecahan politik itu dan Ikhwanul Muslimin tidak menerima kesepakatan dunia yang menjadikan Negara-negara Islam sebagai Negara-negara kecil yang lemah dan terpecah belah, sehingga memudahkan para penajajah untuk menelannya. Ikhwanul Muslimin tidak akan tinggal diam untuk membebaskan generasi Islam dari penjajahan. Karena itu, Mesir, Syiria, Irak, Hijaz(Arab Saudi, pen), Yaman, Libia, Tunis, Aljazair, Maroko dan setiap jengkal tanah yang didalamnya ada seorang muslim yang mengatakan, “La ilaha illallah”. Semua itu adalah Negara kita yang besar, yang kita akan berusaha untuk membebaskan, memerdekakan dan menyelamatkannya sehingga setiap bagian itu akan bergabung dengan bagian-bagian lainnya.
- Ikhwanul Muslimin menginginkan agar suatu saat nanti bendera Allah berkibar tinggi di tempat-tempat yang membantu Islam itu, suara azan dikumandangkan didalamnya dengan kalimat “Tahlil dan Takbir”.
- Yang terakhir, IM ingin menginformasikan dakwah mereka kepada dunia, agar dakwah itu sampai kepada semua manusia, memenuhi segala penjuru bumi dan agar setiap orang yang sombong tunduk kepadanya, sehingga tidak terjadi fitnah dan semua agama menjadi milik Allah. Pada saat itulah orang-orang mukmin akan berbahagia dan mendapatkan pertolongan Allah yang Maha Menolong siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia Maha Agung lagi Maha Penyayang.
Dari ketujuh poin orientasi,
paradigma dan “manhaj” atau sistem gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin ini, maka
kita bisa mengambil kesimpulan bahwa gerakan ini tidak bisa dipungkiri
merupakan gerakan dakwah yang paling elegan dan universal dari segi manhaj
dakwahnya dibandingkan dengan beberapa gerakan dakwah lainnya yang kebanyakan
hanya berkutat pada satu sisi serta meninggalkan sisi lainnya.
Universalitas manhaj gerakan ini
bisa kita kaji dalam buku panduan dakwah mereka yang berjudul; “Risalah
Pergerakan Ikhwanul Muslimin” yang berisi kumpulan surat-surat Hasan Al-Banna,
pendiri gerakan tersebut[7].
Jika kita membandingkan gerakan
dakwah Ikhwanul Muslimin dengan berbagai gerakan dakwah lainnya di dunia dan
nusantara, maka akan terlihat dengan jelas bahwa gerakan dakwah mereka lebih
kompleks dan integral dari semua sisi. Ikhwanul Muslimin tidak hanya mengkhususkan
dakwahnya pada persoalan akhirat sebagamana “Jamaah Tabligh”, atau seperti
dakwah “Salafi” yang hanya berkutat pada dakwah sunnah saja, atau juga seperti
dakwah “Hizbut Tahrir” yang menolak demokrasi sehingga negara-negara Islam
menjadi lemah. Ikhwanul Muslimin memilki manhaj yang lebih universal, yakni mencakup semua sisi kehidupan
individual dan negara/koletif.
2.3.
Pengaruh Pemikiran Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Perkembangan
dan penyebaran dakwah Ikhwanul Muslimin tidak hanya di Mesir, tetapi juga
tersebar ke seluruh dunia. Mungkin karena universalitas fikrah (pemikiran/paradigm) gerakan
ini sehingga mereka begitu mudah diterima serta dikagumi oleh sebagian besar umat
Islam. Tidak terkecuali ke negara kita Indonesia, gerakan Ikhwanul Muslimin juga
berhasil mencapkan pengaruhnya yang luar biasa besar. Hal ini dapatkan kita
lihat misalnya dari sekian banyak tokoh Islam perintis kemerdekaan ternyata
mereka adalah para tokoh yang telah terpengaruh dengan “fikrah” atau manhaj gerakan Ikhwanul
Muslimin. Begitu juga aneka Partai Politik (Parpol) dan Ormas Islam yang
mengadopsi ideologi gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin bermunculan. Hampir
sebagian besar Parpol Islam Indonesia mengadopsi fikrah gerakan Islam ini, meski pada tataran implementasinya mereka
tidak se-konsisten gerakan asli Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Ikhwanul
Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar
tahun 1930[8].
Dari beberapa sumber tercantum bahwa, pada zaman kemerdekaan, Agus Salim
pergi ke Mesir
dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim
menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia. Ikhwanul
Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia.
Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara
pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda.
Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat bagi Republik
Indonesia saat itu.
2.4. Tokoh Ikhwanul Muslimin
di Indonesia
Selain
Agus Salim, tokoh nasional lain yang terpengaruh dengan ideologi Ikhwanul
Muslimin adalah Mohammad Natsir. Dalam makalah ini penulis hanya fokus mengupas
sedikit romantisme perjalanan pemikiran beliau di Indonesia mengingat begitu
terbatasanya halaman makalah ini.
Menyimak
pergulatan Mohammad Natsir dalam organisasi Islam dan pergaulannya dengan
sejumlah tokoh besar pergerakan Islam, hingga mengapai puncaknya saat menjadi
ketua Partai Masyumi dan perdana menteri, mengundang decak kagum atas
kematangan intelektualitas, keislaman, dan jiwa politiknya. Sejarah Indonesia
kemudian mencatatnya sebagai salah satu tokoh pejuang nasionalis muslim yang
cukup mewarnai sejarah awal kemerdekaan negeri ini.
Natsir
dikenal sebagai negarawan muslim dan aktivis Islam politik sejati. Meskipun ia
tergolong multitalenta dan gagasannya yang beragam, meliputi persoalan
keagamaan, pendidikan dan dakwah, ia tetap lebih menonjol dalam perannya
sebagai politikus yang santun, istikamah, punya prinsip, satu kata dengan perbuatan.
(Mungkin) tidak berlebihan jika Natsir dikukuhkan menjadi tokoh yang
pemikirannya melebihi zamannya. Pemikiran politiknya cukup cemerlang dengan
bekal multilinguis, kemampuannya menguasai banyak bahasa, sebut saja, Inggris,
Prancis, Belanda, Jerman, dan Arab. Pergaulannya yang luas mengantarkannya
memiliki banyak teman sekaligus musuh politik, Soekarno, di antaranya. Talenta
Natsir sebagai sosok politisi ulung terbukti saat ia menyelesaikan persoalan
separatisme yang rumit ke dalam NKRI tanpa menyakiti hati. Ia juga dikenal
sebagai dai profesional yang bisa diterima siapa pun.
Ikhwanul
Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia setelah Mohammad
Natsir mendirikan partai yang mengadopsi pemikiran (fikrah) Ikhwanul
Muslimin, yaitu Partai Masyumi[9].
Mohammad
Natsir adalah seorang tokoh yang di masa Orde Lama bersikukuh dengan
pendapatnya bahwa Islam tidak bisa dilepaskan dari Negara. Pikiran beliau
tersebut akan mudah dipahami jika kita mengkaji ucapannya yang terkenal itu;
“
Kalau perlu hendak memperbaiki negara yang begitu keadaannya, perlulah
dimasukkan kedalam dasar-dasar hak kewajiban antara yang memerintah dan yang
diperintah. Harus dimasukkan kedalamnya pertalian rohani anatara manusia dengan
Ilahi, yang berupa peribadatan yang
khalis, ialah satu-satunya alat yang sempurna untuk menghindarkan semua
perbuatan rendah dan munkar. Perlu ditanmkan didalamnya budi pekerti yang
luhur, suatu hal yang tidak boleh tidak, perlu untuk mencapai keselamatan dan
kemajuan, perlu ditanamkan dalam dada penduduk Negara-negara itu satu falsafah
kehidupan yang luhur dan suci, satu ideologi yang menghidupkan semangat untuk
berjuang mencapai kejayaan dunia dan kemenangan akhirat. Semua itu terkandung
dalam satu susunan, satu stelsel, satu kultur, satu ajaran, satu ideologi yang
bernama Islam.”[10]
Pemikiran
Mohammad Natsir yang terpengaruh dengan Ikhwanul Muslimin ini kita ketahui
sangat berpengaruh di kalangan tokoh-tokoh Islam Indonesia sehingga pada
akhirnya bermunculanlah berbagai Parpol dan ormas Islam lainnya.
Di era
Orde Baru, sebagaimana para pemimpin Masyumi lainnya, Natsir berharap agar
pemerintah memberikan angin sejuk bagi umat Islam. Juga, merehabilitasi
Masyumi, sebuah partai politik Islam yang membubarkan diri pada agustus 1960.
Tapi rupanya, Presiden Soeharto ketika itu
menjadi ketakutan bila Masyumi bangkit, maka kekuatan Islam akan akam
menguat, hal itu bermakna posisinya akan terancam.[11]
Hal ini membuktikan bahwa pengaruh pemikiran Mohammad Natsir yang telah
terpengaruh dengan ideologi ikhwan ketika itu sangat kuat.
Pada
tahun 1967, Mohammad Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiah Indonesia(DDII),
sebagai medan juangnya[12].
Kita ketahui, bahwa DDII merupakan ormas Islam yang sangat
berpengaruh di Indonesia hingga saat ini. Ormas ini telah memberikan berbagai
sumbangsihnya untuk Indonesia dan umat Islam. Penulis kenal pernah berjumpa
dengan beberapa tokoh DDII di Jakarta semasa penulis kuliah disana, mereka
menceritkan banyak nostalgia perjuangannya bersama DDII semenjak era sebelum
kemerdekaan. Begitu juga dengan beberapa tokoh DDII di Aceh yang sebagian
diantara mereka hingga masih konsisten memperjuangkan Islam menjadi manhaj dan
falsafah hidup umat Islam. Wallahu a’lam
bisshawab.
Partai
Masyumi kemudian dibredel oleh Soekarno dan dilarang keberadaannya. Kemudian pada Pemilu
tahun 1999 berdiri partai yang menggunakan nama Masyumi, yaitu Partai Masyumi Baru dan Partai
Politik Islam Indonesia Masyumi (PPII Masyumi). Selain itu berdiri
juga Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai
Keadilan PKS yang sebelumnya banyak dikenal dengan jamaah atau
kelompok Tarbiyah. PBB mendeklarasikan partainya sebagai keluarga besar
pendukung Masyumi[13].
Selain
partai-partai di atas, ada juga ormas Islam di Indonesia yang terinspirasi dari
Ikhwanul Muslimin ini, paling tidak itu terlihat dari nama ormas tersebut.
Ormas yang dimaksud, antara lain adalah Parmusi (Persaudaraan
Muslimin Indonesia) yang berafiliasi ke PPP, dan Ikhwanul
Muslimin Indonesia (IMI). Parmusi saat ini diketuai oleh Bachtiar
Chamsyah. Sedangkan IMI yang dideklarasikan di Depok pada tahun 2001,
diketuai oleh Habib Husein Al Habsyi.
Lalu, pada Pemilu tahun 2004, Partai Masyumi Baru dan PPII Masyumi tidak dapat
mengikuti pemilu lagi karena tidak lolos electoral threshold. Partai Masyumi
Baru bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PBB
masih dapat terus mengikuti pemilu. Sedangkan PK mengikuti Pemilu 2004 setelah
berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah
pemilu 2004, PBB hampir tidak bisa mengikuti pemilu 2009 karena tidak lolos
electoral threshold. Pada akhirnya PBB bisa mengikuti pemilu 2009 sebagaimana
PKS dan PPP yang masih dapat terus mengikuti pemilu 2009 karena lolos electoral
threshold[14].
Disisi
lain, pengaruh fikrah Ikhwanul
Muslimin juga masuk ke kampus-kampus dan pesantren-pesantren di Indonesia.
Beberapa gerakan tarbiyah dan gerakan dakwah kampus yang mengadopsi pola pikir
dan rekrutmen gaya Ikhwanul Muslimin merupakan alasan atas asumsi penulis
disini.
Jadi
secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada
organisasi-organisasi di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar
berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Wallahu a’lam bisshwab.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan ringkas yang penulis sajikan
dalam makalah ini maka dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan
kebangkitan Islam terbesar yang dimiliki dunia Islam di era kontemporer.
Pengaruhnya yang luar biasa ini juga telah menjadikan musuh Islam menjadikannya
sebagai lawan utama. Hal ini terlihat misalnya seperti; bagaimana eksistensi
Inggris(Barat) dan Yahudi di Mesir dalam memberangus dan menghadang laju
gerakan ini, namun demikian seiring waktu gerakan ini bahkan menjadi semakin
membesar dan semikin menyeramkan di mata musuh-musuh Islam.
Pengaruh dakwah gerakan ini
juga menyebar ke hampir seluruh negara-negara Islam di dunia, termasuk
Indonesia. Di Indonesia, pengaruh gerakan ini terlihat pada tokoh-tokoh Islam
Indonesia seperti K.H.Agussalim, Mohammad Natsir dan sebagainya. Atas jasa
tokoh-tokoh ini pergerakan kemerdekaan Indonesia semakain melaju hingga
Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat.
Selain itu, muncul pula banyak
Parpol dan dan Ormas Islam yang mengadopsi pemikiran gerakan Ikhwanul Muslimin,
dan bahkan hingga kini pengaruh pemikiran gerakan ini dirasa kian dahsyat
seperti yang kita saksikan, bahwa saat ini seruan untuk kembali kepada manhaj
Islam sebagai konsep kehidupan individual dan negara semakin menggema. Semoga
cita-cita para pendiri gerakan dakwah tersebut bisa tercapai suatu saat kelak.
Amiin. Wallahu a’lam bisshawab.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan
Al-Banna, “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin”, terj. Anis Matta, Lc dkk, (Solo: Era Intermedia), 1999.
Herry
Mohammad, Dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang
Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Insani), 2006.
Mahmud Jami’, Dr., Ikhwanul
Muslimin yang Saya Kenal, terj.Munirul Abidin, M.Ag, (Jakarta; Pustaka
Al-Kautsar), 2004.
Syaikh
Jaber Rizq, Kisah Duka Ikhwanul Muslimin,
Sebuah Nostalgia Perjuangan Dakwah, terj.
Zein Husen Al Hamid,(Yogyakarta; Pustaka Fahima), 2004.
Zulkifli,
Konsep Jama’atul Muslimin dalam
Perspektif Al-Qur’an, (Banda Aceh: Skripsi IAIN Ar-Raniry), 2008.
Kamus online; www.wikipedia.com
Situs; www.al-ikhwan.net
Berbagai
sumber lainnya.
[1] Lihat; www.al-ikhwan.net
[2] Zulkifli, Konsep Jama’atul Muslimin dalam Perspektif
Al-Qur’an, (Skripsi: IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2008), hal. 39
[3] Lihat; www.al-ikhwan.net dan kamus ounline www.wikipedia.com
[4] Karya; Syaikh Jaber Rizq, Kisah Duka Ikhwanul Muslimin, Sebuah
Nostalgia Perjuangan Dakwah, terj. Zein Husen Al Hamid, penerbit Pustaka
Fahima; Yogyakarta, tahun 2004.
[5] Lihat; www.al-ikhwan.net
[6] Dr.Mahmud Jami’, Ikhwanul
Muslimin yang Saya Kenal, terj.Munirul Abidin, M.Ag, (Pustaka Al-Kautsar;
Jakarta, 2004), cet. ke III, hal.14.
[7] Untuk lebih jelasnya baca
buku; “Risalah Pergerakan Ikhwanul
Muslimin”, terj.Anis Matta, Lc dkk, penerbit; Era Intermedia; Solo, 1999.
[8] Lihat kamus online; www.wikipedia.com
[9] www.al-ikhwan.net
[10] Herry Mohammad, Dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20,
(Gema Insani: Jakarta, 2006), hal. 50
[11] Ibid, hal. 52
[12] Ibid
[13] Lihat; www.al-ikhwan.net
[14] Lihat kamus online; www.wikipedia.com