A.
Menanamkan Tanggung Jawab Peserta
Didik
Tanggungjawab mungkin bisa diartikan sebagai
konsekuensi yang harus diterima atau dijalankan terhadap apa yang sudah
dilakukan atau dijalani. Kita sering
mendengar kata “lepas tanggungjawab” artinya tidak mau mempertanggungjawabkan
apa yang sudah dilakukan. Berdasarkan hasil observasi penulis di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota
Juang Bireuen bahwa guru RA sudah berusaha maksimal dalam menanamkan tanggungjawab
terhadap peserta didik di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen.[1]
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Agusniati
Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen menurut beliau:
Faktor yang menyebabkan rendahnya tanggung jawab peserta
didik di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen adalah kurang percaya diri dan pembelajaran
yang berpusat pada guru. Dalam penyampaian materi tidak bervariasi bahkan cenderung
kaku karena proses belajar di dominasi oleh guru, sehingga peserta didik akan
merasa bosan dan malas belajar. Di samping itu ada faktor yang mempengaruhi peserta
didik untuk malas belajar dan mengandalkan peserta didik yang pintar untuk
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Semua itu seperti jarum jam
yang selalu berputar tanpa henti atau suatu kebiasaan buruk yang selalu dibawa
terus-menerus.[2]
Untuk menanamkan
nilai karakter pada anak akan lebih mudah diberikan pada anak usia dini dan dalam
menanamkannya akan mudah diberikan melalui jalur pendidikan. Karakter tanggung
jawab sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, seorang
pendidik dituntut untuk bisa menanamkan karakter tanggung jawab pada setiap peserta
didiknya agar menjadi manusia yang beradab. Krisis karakter yang dialami bangsa
saat ini disebabkan oleh kerusakan individu-individu masyarakat yang terjadi
secara kolektif sehingga menjadi budaya. Bahkan krisis karakter ini dialami
oleh peserta didik terutama dalam karakter tanggung jawab pada pelaksanaan ulangan
harian. Peserta didik tidak bertanggung jawab terhadap kemandirian belajarnya yang
selalu berusaha untuk mengandalkan teman yang lebih pintar dalam mengerjakan
ulangan hariannya bahkan kegiatan tersebut telah membudidaya dalam kehidupan Raudhatul
Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen saat ini. Untuk itu, guru dituntut untuk
bekerja keras dalam menanamkan karakter tanggung jawab dalam ulangan harian.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Anidar guru Raudhatul
Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen bahwa menurut beliau:
Dalam menanamkan karakter tanggung jawab terhadap peserta
didik di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen,
guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen dituntut untuk selalu memotivasi kepada
peserta didiknya untuk mempunyai sifat kemandirian dalam belajar dan sikap
penuh ketekunan untuk merencanakan dan mewujudkan harapan-harapan yang menjadi
impiannya. Serta selalu mengawasi peserta didiknya dalam segala bentuk kegiatan
belajar di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen. Peserta didik harus juga
mempunyai sikap kemandirian dalam belajar dan sadar terhadap kewajibannya,
sehingga penanaman tanggung jawab yang dilakukan oleh pendidik akan berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.[3]
Pada dasarnya karakter tanggung jawab sudah ditanamkan melalui
lingkungan keluarga. Karakter tanggung jawab harus dimiliki oleh setiap
individu, karena dengan adanya tanggung jawab seseorang akan dipercaya oleh
orang lain. Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam menumbuhkan
karakter tanggung jawab. Hal tersebut juga mempengaruhi terhadap tanggung jawab
pada pelaksanaan ulangan harian, karena dengan adanya tanggung jawab saat
ulangan harian dapat diketahui tentang penanaman tanggung jawab itu berhasil
atau tidak.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Fitria
Ningrum, Guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, menurut beliau:
Kesadaran peserta didik dalam belajar dan kemampuan peserta didik dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya. Indikator yang
pertama, kemandirian peserta didik dalam belajar adalah belajar mandiri, tidak
menggantungkan diri pada orang lain, peserta didik dituntut untuk memiliki
keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar.[4]
Bentuk penanaman karakter dalam kemandirian belajar peserta didik
yaitu dengan cara kesadaran pada diri sendiri, selalu belajar ketika tidak ada
yang memerintah untuk belajar. Kesadaran belajar peserta didik harus
berdasarkan hati nurani peserta didik. Karena kesadaran berasal dari dalam diri
setiap individu, tetapi kesadaran tersebut dapat dipengaruhi oleh guru ataupun
masyarakat sekitarnya.
Kemampuan peserta didik dalam menjalankan tugas dan kewajiban harus
dimilik oleh setiap peserta didik. Faktor yang mempengaruhi dalam menjalankan
tugas dan kewajiban berasal dari dalam diri sendiri, keluarga, guru, dan
lingkungan masyarakat. Kemampuan peserta didik dalam menjalankan tugas dan
kewajiban, pada dasarnya sudah melekat pada setiap peserta didik seperti ketika
ada pekerjaan rumah dikerjakan, masuk Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang
Bireuen sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan oleh Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, memakai seragam sesuai
dengan ketentuan Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota
Juang Bireuen .
Menurut Ibu Agusniati, Kepala Raudhatul Athfal
Al-Khanza Kota Juang Bireuen bahwa:
Penanaman karakter tanggung jawab di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang
Bireuen dapat dilihat melalui proses pembelajaran. Guru
mempunyai peran yang sangat penting dalam menanamkan karakter tanggung jawab
pada siswa. Dalam upaya menanamkan karakter tanggung jawab pasti terdapat kendala atau masalah yang dihadapi
oleh guru. Kendala tersebut berada dalam diri peserta didik antara lain
kurangnya percaya diri dalam mengerjakan tugas sehingga mengakibatkan peserta didik tidak mempunyai tanggung
jawab, kurangnya motivasi diri peserta didik untuk belajar disiplin. Guru
diharuskan mempunyai solusi dalam memecahkan masalah tersebut.[5]
Cara menanamkan karakter tanggung jawab di Raudhatul
Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen dengan pemberian tugas harian dan
memberikan solusi sebagai berikut, guru dalam mengajar selalu memberikan
motivasi, bimbingan belajar, dan dalam proses belajar mengajar guru menggunakan
berbagai model pembelajaran agar proses belajar bisa lebih hidup sehingga peserta
didik lebih bersemangat untuk menerima pelajaran yang ingin disampaikan. Sedangkan
dari peserta didik itu sendiri dengan mendisiplinkan diri dalam belajar,
meminta bantuan guru dalam menyelesaikan masalah belajar, selalu menumbuhkan
percaya diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru dan memotivasi untuk
selalu belajar ketika tidak ada yang menyuruh untuk belajar dan menggunakan
waktu yang ada untuk selalu belajar.
0 Comments
Post a Comment