Mengembangkan Wawasan Peserta Didik


A.    Mengembangkan Wawasan Peserta Didik                               


Taman kanak-kanak merupakan awal perkembangan dan pembelajaran bagi seorang anak. Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen adalah hal baru bagi  seorang anak, ketika seorang anak memasuki taman kanak-kanak  pada   umumnya   mereka   sedang   dalam   usia   bermain,   sekaligus  masa perkembangan otak. Usia 4-6 tahun adalah usia dimana otak berkembang dan ini merupakan proses alamiah dari seorang anak, dari suatu hal kita yang tidak tahu manjadi tahu. Masa ini merupakan proses peletakan dasar pertama terjadinya pematangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama, oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai  secara optimal.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Yusnidar, Guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen  menurut beliau:
Pendidikan pra Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen yaitu taman kanak-kanak (TK) pada dasarnya  turut berperan dalam pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Penyelenggaraan  pendidikan di TK bertujuan untuk memberikan berbagai kemampuan dasar pada anak. Kemampuan dasar sangat penting bagi anak diantaranya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan dayacipta. Hal tersebut bagi anak kelak akan sangat diperlukan dalam upaya menyesuaikan diridengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.[1]

Pembentukan pribadi yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan kemampuan dasar peserta didik didik melalui pendekatan ‘belajar dengan seni’, ‘melalui seni’ dan‘tentang   seni’   sesuai   minat   dan   potensi   peserta didik.  Pendidikan   seni   kreatif   berperan mengembangkan   kecerdasan   intelektual,   kecerdasan   emosional,   kecerdasan kreativitas,  kecerdasan   spiritual  dan   multi-intelegensi. Peran guru adalah menstimulus anak agar dapat menuangkan serta mengembangkan ekspresi gerak yang kreatif baik secara individual maupun kelompok. Ide atau gagasan peserta didik biasanya orisinal, misalnya peserta didik dapat distimulus untuk memberikan contoh dan ide gerak tentang bagaimana kelompok binatang menghisap madu, atau seekor kupu-kupu hinggap di bunga,bagaimana gerak bebek berenang di kolam.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Agusniati, Kepala Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen menurut beliau:
Dalam pengembangan karakter peserta didik di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.[2]

Dalam uraian di atas menggambarkan peranan guru dalam pengembangan pendidikan karakter di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen yang berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. Dalam berperan sebagai katalisator, maka keteladanan seorang guru merupakan faktor mutlak dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik yang efektif, karena kedudukannya sebagai figur atau idola yang digugu dan ditiru oleh peserta didik. Peran sebagai inspirator berarti seorang guru harus mampu membangkitkan semangat peserta didik untuk maju mengembangkan potensinya.
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara diatas, maka penulis menyimpulkan pengembangan kreativitas bagi peserta didik merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat dihindarkan. Perubahan paradigma penggunaan cara berpikir yang kreatif dalam mengimplementasikan pembelajaran di RA merupakan permasalahan yang cukup besar dihadapi dalam dunia pendidikan. Guru perlu memiliki wawasan yang luas dan terbuka dalam menerima perubahan untuk mengimplementasikan pembelajaran yang bersifat kreatif.



               [1] Yusnidar, Guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, Wawancara di RA, 26 November 2015.

               [2] Agusniati, Kepala Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, Wawancara di RA, 26 November 2015.

0 Comments