Mengembangkan Perilaku Peserta Didik


A.    Mengembangkan Perilaku Peserta Didik


Perilaku adalah segala sesuatu atau tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai tata/cara yang ada dalam suatu kelompok”. Berdasarkan pengertian di atas perilaku itu adalah tindakan-tindakan yang diiakukan oleh peserta didik sesuai dengan nilai­nilai norma ataupun nilai yang ada dalam masyarakat yang sudah ada sebelumnya dalam suatu kelompok sosial masyarakat. Berdasarkan hasil observasi penulis di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen Berbagai upaya telah dilakukan pendidik untuk mengembangkan prilaku peserta didik kearah yang lebih baik.[1]
Menurut Ibu Fitria Ningrum guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen yang berhasil diwawancarai menurut beliau ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi perilaku anak adalah:
Pertama, lingkungan rumah, guru harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana si anak berkembang dalam suasana ramah, was, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan masing-masing anggota keluarga dalam ludup mereka setiap hari sebaliknya sulit untuk menumbuhkan sikap-sikap yang baik pada anak dikemudian hari, bilamana si anak tumbuh dan berkembang dalam suasana dinana si anak hidup dalam pertikaian, pertengkaran antara sesama angota keluarga. Kedua, lingkungan Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, hubungan antara murid dengan guru dan murid dengan murid banyak mempengaruhi aspek kepribadian termasuk perilaku si anak yang memang masih memahami peraturan-peraturan. Ketiga, lingkungan teman sebaya, anak yang bertindak langsung sebagai pemimpin dengan sikap­sikap menguasai anak-anak yang lain akan besar pengaruh terhadap pola-pola sikap atau kepribadian. Maka lingkungan teman sebaya juga menentukan dalam pembentukan dalam pembentukan perilaku pada diri anak (peserta didik). Keempat, segi keamanan, perilaku yang diperlihatkan oleh sianak tidak ditentukan oleh pandainya atau oleh pengertian atau pengetahuan yang dimiliki anak, melainkan bergantung sepenuhnya kepada penghayatan nilai-nilai keagamaan dan perilaku dan hubungannya dengan anak yang lain.[2]

Menjadi orang yang bisa diandalkan dan dapat memberikan suatu contoh yang baik pada saat sekarang ini moral peserta didik atau sudah banyak rusak disebabkan ketidak adanya perilaku (sikap) yang bermoral maka ini dapat menyebabkan peserta didik sering melakukan tindakan tindakan yang melanggar norma-norna di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, keluarga dan masyarakat. Dengan ketidak adanya moral ini jelas kita lihat bagaimana besarnya pengaruh perilaku peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Yusnidar, guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen menurutnya:
Perubahan perilaku peserta didik Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, peserta didik yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.[3]

Dari pendapat di atas ternyata bahwa pembentukan perilaku itu senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan pembentukan dipengaruhi oleh beberapa takor seperti kecerdasan, dorongan atau minat dan objek serta hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilaku. Faktor-faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang terbentuk, yang dapat diterima oleh individu itu sendiri dan lingkungannya.
Peran guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar, seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih, pembimbing dan manager belajar. Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong peserta didiknya untuk menguasai alat belajar, memotivasi peserta didik untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya. Kehadiran guru di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap memegang peranan penting yang tidak dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun.
Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran. Guru dituntut untuk perduli, mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep pendidikan karakter pada materi-materi pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampunya. Dalam hubungannya dengan ini, setiap guru dituntut untuk terus menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat diintergrasikan dalam proses pembelajaran.


               [1] Hasil Observasi Penulis di Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, 16 November 2015.

               [2] Fitria Ningrum, Guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, Wawancara di RA, 23 November 2015.

               [3] Yusnidar, Guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen, Wawancara di RA, 23 November 2015.

0 Comments