A.
Mengajarkan Shalat dengan Benar
Mempunyai putra putri yang saleh dan saleha adalah
cita-cita yang dimiliki oleh semua orangtua muslim. Kesuksesan anak-anaknya
harus diraih dunia dan akherat. Akherat adalah hal yang utama karena dunia
pasti akan mengikuti. Berdasarkan hasil observasi penulis di Gampong Meunasah
Krueng Peudada bahwa orangtua di Gampong Meunasah Krueng Peudada selalu
dengajarkan shalat kepada anak baik itu dirumah maupun mengantarkannya ke Balai
Pengajian.[1]
Berdasarkan wawancara penulis dengan Tgk.
Fauzi, Guru Pengajian Gampong Meunasah Krueng Peudada menurut beliau:
Hal-hal yang selalu
kami kenalkan mengenai shalat kepada anak dimulai dari adanya ibadah shalat
dalam Islam, nama-nama shalat, waktu shalat, bilangan rakaat shalat, tempat
shalat, dan tata-cara shalat. Pengenalan ini adalah upaya membentuk kesiapan
anak sehingga ketika dia mencapai usaia 7 tahun dan mulai diperintah shalat,
anak sudah memiliki kesiapan secara mental dan emosional. Dengan demikian
perintah shalat pada fase itu, bukan lagi sebatas doktrinasi yang otoriter,
namun penyadaran akan motivasi yang telah dibangun selam 3 – 4 tahun lamanya.[2]
Orang tua dalam memberikan pendidikan agama
yang baik bagi anaknya haruslah memberi contoh terlebih dahulu pada anaknya
masih kecil seperti sopan santun,
kejujuran, ibadah dan lain-lain.Ibadah merupakan suatu hal yang wajib
dalam agama. Bagi agama islam ibadah dapat dilakukan dengan shoalat , zakat,
puasa. Setiap orang tua (ayah dan ibu) dituntut untuk mendidikkan shalat lima
waktu kepada setiap anaknya. Membina kedisiplinan anak mendirikan shalat fardlu
berarti melatihnya menjadi penegak
agama. Sebab dengan salat akan melatih anak agar disiplin terhadab segala
hal.apabila orang tua tidak mengajarkan terhadap anak akan menjadikan anaknya
sebagai orang kafir dan dapat merusak moral anak. Berdasarkan wawancara dengan Martunis,
Sekretaris Gampong Meunasah Krueng Peudada, menurut beliau:
Memberikan pengertian tentang pentingnya shalat dan manfaatnya
lebih efektif jika bisa kita jadikan sebagai cerita yang menarik untuk mereka.
Dan jangan memberikan seketika saat anak membantah perintah kita. Akan lebih
baik cerita-cerita itu dimasukkan di sela-sela kegiatan santai atau saat
menjelang tidur. Karena anak akan lebih merasa nyaman saat kita bercerita akan
pentingnya ibadah shalat.[3]
Setelah orang tua mengajari anak tata cara
shalat secara bertahap dan mengajaknya melaksanakan shalat, maka orang tua juga
harus memerintahkan anaknya saat usia tujuh tahun dengan memberi motivasi dan
ajakan yang baik agar anak terbiasa shalat. Kemudian saat anak usia sepuluh
tahun, maka ia diperintahkan dengan perintah yang bersifat wajib, agar anak mau
mengerjakan shalat. Jika anak enggan atau tidak memenuhi seruan orang tua, maka
orang tua boleh memberikan pukulan mendidik yang bisa membuat mereka jera dan
tidak menyakiti. Berdasarkan wawancara dengan
Bapak Zakaria Abdullah, Keuchik Gampong Meunasah Krueng Peudada menurut beliau:
Sebagian besar
dari anak di Gampong Meunasah Krueng Peudada sudah sadar anak pentingnya
shalat. Mereka mulai melaksanakan shalat 5 waktu sejak SMP ada juga ketika SMA.
Kesadaran itu kebanyakan di sebabkan karena orang tua yang memaksa anaknya
dalam melaksanakan shalat. Apabila orang tua membiarkan anaknya apabila
melalaikan shalat maka anaknya pun jarang melaksanakan shalat dan tidak sadar
akan pentingnya shalat. Akan tetapi masih banyak siswa yang tidak melaksanakan
shalat tepat waktu.[4]
Mengajarkan
anak-anak shalat memang tidak dengan cara indoktrinasi. Kita perlu menuntut
mereka dengan penuh kesabaran dan ketekunan, yakni dengan cara pembiasaan.
Karena menumbuhkan perilaku shalat pada anak-anak akan efektif lewat cara
pembiasaan, maka seyogyanya para orangtua memberikan qudwah (teladan) sebagai
penegak shalat yang baik di mata anak-anak mereka. Walaupun dengan cara ini pun
tidak dijamin anak-anak akan rajin melakukan shalat. Sampai pada tahap usia
tertentu, di mana anak tetap mbalelo malas mengerjakan shalat, tindakan lebih
tegas, misalkan memukul, diperbolehkan dalam Islam. Namun tetap dengan cara
tidak menyakiti fisik anak.
0 Comments
Post a Comment