Pengertian Ashhabul Kahfi
BAB II
ASHHABUL KAHFI
A. Pengertian Ashhabul Kahfi .
Kisah Ashhabul Kahfi ini begitu populer. Dengan kekuasaan-Nya Allah
Subhanahu wa Ta’ala menidurkan sekelompok pemuda yang berlindung di sebuah gua
selama 309 tahun. Ashhabul Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik
dan ilham oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka beriman dan mengenal
Rabb mereka yang mana mereka tertidur didalam gua selama 309 tahun. Mereka
mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah
berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsa sembari tetap menampakkan
keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka sekaligus karena khawatir akan
gangguan masyarakatnya.
Kajian yang
dilakukan oleh Hazrat Maulana Nuruddin menerangkan bahwa Ashhabul Kahfi adalah satu golongan jemaat yang
tauhid dari permulaan kaum Masehi. Mereka takut dari dakwah syirik yang
dipaksakan sehingga mereka merantau ke negeri lain. Mereka tinggal disana untuk
beberapa waktu lamanya dengan tidak berhubungan dengan masyarakat lain atau
tidak memperkenalkan diri. Pada saatnya, akhirnya Allah Ta’ala memberi kemajuan
kepada komunitas ini dan berkembanglah mereka ke seluruh dunia. Buah pikiran
ini menginspirasi telaah lanjutan yang dikembangkan oleh Hazrat Mirza
Basyiruddin Mahmud Ahmad tentang Ashhabul Kahfi . Selanjutnya beliau
merujuk berbagai sumber-sumber literatur baik dari literatur para mufasirin di
kalangan Islam, buku-buku Masehi dan referensi sejarah Roma.
Ahli sejarah yang
masyhur, Ibnu Isak menceritakan bahwa pada suatu masa kalangan Masehi terjadi
syirik yang ditandai oleh menyembah berhala dan dihadapan patung-patung mulai
dipersembahkan korban-korban. Sebagian dari antara mereka yang masih berpegang
pada tauhid merasa hal ini tidaklah pantas. Pada saat itu seorang raja yang
berkuasa bernama Diqyanus atau sebagian menyebutnya Daqyus melakukan banyak
pembunuhan kepada orang-orang Masehi yang berpegang tauhid. Beberapa pemuda
bangsawan yang berasal dari Afyus yang tauhidpun ditangkap dan dihadapkan Sang
Raja. Disaat diberi waktu berpikir untuk melepas sikap tauhidnya, mereka
memperoleh kesempatan untuk lari dan bersembunyi. Mereka bersembunyi didalam
gua dan mereka terus berdo’a mohon pertolongan yang khas dari Allah Ta’ala.
Selanjutnya kisah itu dijelaskan sebagaimana tafsir Al-qur’an dalam Surat Al-Kahfi.[1]
Disamping dari pada itu, tentang kedudukan gua tersebut adalah dalam
banyak keterangan disebutkan bahwa keberadaan gua (Al-Kahfi) adalah di
syam. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa gua tersebut berada di romawi.[2]
Akan tetapi pendapat yang kuat adalah bahwa gua tersebut terdapat di andalus,
karena di Andalus banyak pemeluk agama Nasrani. Bahkan pada masanya Andalus
merupakan pusat agama nasrani.[3]
Para penghuni gua ini (Ashhabul Kahfi ) menurut pendapat
yang kuat hidup setelah Nabi Isa a.s
dan sebelum diutus Nabi Muhammad S.A.W.[4]
mereka hidup pada masa seorang raja yang dhalim, bertindak sewena-wena,
menggiring manusia kepada kekufuran yang dibantu oleh tukang tenung dan para
pelayan yang menanamkan pemahaman kufur dalam nalar manusia, serta memalingkan
pandangan manusia terhadap khurafat, dongeng, permainan, dan upacara
gereja yang mengikat manusia kepada Tuhan-Tuhan selain Allah yang mereka
sembah. Akan tetapi mereka tetap berpegang teguh kepada agama dan keyakinannya
Mereka mengatakan sebagaimana firman Allah dalam surat Al-kahfi ayat 14:
…. رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَن نَّدْعُوَ مِن دُونِهِ إِلَهاً
لَقَدْ قُلْنَا إِذاً
شَطَطاً
)الكهف : ١٤)
Artinya: Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi kami sekali-kali
tidak akan menyeru Rabb selain Dia sesungguh kami kalau demikian telah
mengucapkan perkataan yang jauh. (Q.S. Al-kahfi : 14)
Yakni apabila kami berdoa kepada selain Dia berarti kami telah
mengucapkan suatu شَطَطًا
yaitu perkataan palsu dusta dan dzalim.[5]
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkataan mereka selanjutnya:
هَؤُلَاء
قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِم بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ
افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِباً)الكهف : ١٥)
Artinya: Kaum kami ini telah mengambil sesembahan-sesembahan selain
Dia. Mereka tidak mengajukan alasan yang terang Siapakah yng lebih dzalim
daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?(Qs.
Al-kahfi : 15)
Ketika mereka sepakat terhadap persoalan ini mereka sadar tidak
mungkin menampakkan kepada kaumnya. Mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala agar memudahkan urusan mereka sebagaimana firmannya dalam surat Al –kahfi ayat 10:
… رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً )الكهف: .١)
Artinya: Wahai Rabb kami berilah kami rahmat dari sisiMu
dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami. (Qs.
Al-kahfi : 10)
Kemudian Allah melapangkan hati para pemuda Ashhabul Kahfi yang mana mereka berasal dari golongan pemuka
kaumnya, hati mereka saling menyayangi, roh mereka saling mengenal dan ungkapan
mereka sepakat untuk menolak kesesatan yang ada pada kaum mereka, bahkan
mengingkari mereka dan mengajak mereka kepada kebenaran. Maka Allah mengangkat
masalah mereka kepada raja yang dhalim. Mereka tidak tergiur dengan rayuan
raja, sehingga raja mengancam mengintimidasi mereka jika mereka tidak kembali
kepada agama raja dan agama para pengikutnya. Mereka diberikan batas waktu
untuk memberikan jawaban. Sebelum batas waktu yang diberikan kepada mereka
selesai, tidak ada pilihan lain bagi mereka kecuali lari pada malam hari dengan tetap memegang teguh
kepada agama mereka. Mereka berjalan hingga tiba disebuah gua yang terapat pada
sebuah gunung.
Mereka pun menyelamatkan diri ke sebuah gua yang telah Allah
Subhanahu Wa Ta’ala mudahkan bagi mereka. Gua itu cukup luas dgn pintu
menghadap ke utara sehingga sinar matahari tidak langsung masuk ke dalamnya.
Kemudian mereka tertidur dengan perlindungan dan pegawasan dari Allah selama
309 tahun. Allah Subhanahu wa
Ta’ala buatkan atas mereka pagar berupa rasa takut meskipun mereka sangat dekat
dengan kota tempat mereka tinggal. Allah Subhanahu wa
Ta’ala sendiri yang menjaga mereka selama di dalam gua. Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman dalam surat
Al-kahfi ayat 18:
… وَنُقَلِّبُهُمْ
ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ)…..الكهف : ١٨)
Artinya: Dan Kami bolak-balikkan mereka ke
kanan dan ke kiri. (Q.S. Al-kahfi : 18)
Demikianlah agar jasad mereka tidak dirusak oleh tanah. Setelah
tertidur sekian ratus tahun lama Allah Subhanahu Wa Ta’ala membangunkan mereka لِيَتَسَاءَلُوا dan supaya mereka pada akhir mengetahui
hakekat yang sebenarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-kahfi ayat 19:
وَكَذَلِكَ
بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْماً
أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُم بِوَرِقِكُمْ
هَذِهِ إِلَى
الْمَدِينَةِ
فَلْيَنظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَاماً فَلْيَأْتِكُم بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ
بِكُمْ أَحَداً)الكهف : ١٩)
Artinya: Berkatalah salah seorang dari
mereka: ‘Sudah berapa lama kalian menetap ?’ Mereka menjawab: ‘Kita tinggal di
sini sehari atau setengah hari.’ Yang lain berkata pula: ‘Rabb kalian lebih
mengetahui berapa lama kalian berada . mk suruhlah salah seorang di antara
kalian pergi ke kota membawa uang perakmu ini’. (Q.S. Al-kahfi : 19).
[1] Asayyid Mahmud Syihabuddin Al-Alusi, Tafsiir
Al-Qur’an Al-‘Adhiim Wa Sab’ul Mastani, cet. 4, , Jilid 5 (
Al-Arabi: Daar Al-Ihya’ At-Turats, 1405 H ), hal. 16.
[3]. Ahmad Muhammad syarqawi, Tertidur 309 Tahun Dalam Naungan Allah,
Cet.1 ( Jakarta :
Pustaka At-Tibyan, 2007), hal.46.
[4]. Ibid hal. 49
[5]. Muhammad Husein Hamshi, Tafsir Wa Bayan , Cet.1, (
Bairut: Daarul Rasyid, 1983 ), hal 294.