Shalat Mendidik Manusia Hidup Bersih


A.    Shalat Mendidik Manusia Hidup Bersih
                          
   
Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan umat manusia. Karena hanya dengan kondisi kesehatan yang baik manusia dapat melakukan semua aktivitasnya sehari-hari. Dalam pandangan Islam kesehatan adalah salah satu karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada makhluk-Nya (manusia). Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar menjaga dan melestarikan kesehatannya, baik jasmani maupun rohaninya. Berdasarkan hasil observasi penulis di Gampong Meunasah Krueng Peudada bahwa orangtua di Gampong Meunasah Krueng Peudada menanamkan kepada anak bahwa shalat dapat mendidik kita untuk hidup bersih, karena setiap kali akan melaksanakan shalat kita diperintahkan untuk berwudhuk.[1]
Pada dasarnya kesehatan manusia ini mencakup beberapa unsur yaitu: spiritual, psikologis, fisik, sosial (moral). Karena begitu kompleksnya kesehatan manusia tersebut, maka bagaimana manusia berupaya menjaga dan memelihara kesehatannya agar tidak terserang berbagai penyakit. Apalagi pada masa sekarang ini semakin banyak ragam penyakit yang timbul dan menyerang siapa saja yang kurang menjaga kesehatannya, terutama pada anak-anak.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Martunis, Sekretaris Gampong Meunasah Krueng Peudada bahwa menurut beliau:
Orangtua di Gampong Meunasah Krueng Peudada dapat melatih dan mendidik anaknya melakukan shalat. Tetapi karena seorang anak tersebut tidak mungkin dapat mengetahui manfaat shalat sebelum mereka memiliki kemampuan yang cukup. Maka, mereka perlu dilatih dan dibiasakan melakukan shalat, baik shalat fardhu maupun shalat rawatib. Maka disinilah pentingnya shalat rawatib dalam mendidik anak, yaitu dapat dijadikan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada mereka, terutama dalam menjaga kesehatannya. Ketika seorang anak melakukan shalat tersebut secara sungguh-sungguh akan mendatangkan pikiran yang optimis dan jiwa yang tenang. Sehingga dengan jiwa dan pikiran yang tenang tersebut akan dapat pula membawa pengaruh yang positif bagi kesehatannya, baik  kesehatan spiritual, psikologis, fisik maupun sosial (moral).[2]

Pada aspek kesehatan fisik shalat tersebut dapat berfungsi sebagai sarana penyegaran (refreshing). Dengan membasahi anggota badan berarti mereka telah membersihkan badan dan jiwa serta memulihkan tenaganya, dapat merangsang alat-alat pencernaan dalam pertukaran zat, menguatkan kulit-kulit dan menghindarkan dari sejumlah penyakit.
Menurut pengakuan Bapak Zakaria Abdullah, Keuchik Gampong Meunasah Krueng Peudada menurut beliau:
 Shalat mengandung aspek terapeutik, yaitu yang bersumber dari gerakan-gerakan di dalam shalat itu dapat berfungsi sebagai sarana berolah raga. Karena pada setiap gerakan, sikap dan perubahan dalam shalat tersebut merupakan saat yang paling sempurna dalam memelihara kondisi kesehatan tubuh. Kondisi tersebut mempunyai sifat isotorik, yang mengandung unsur badan dan jiwa serta menghasilkan bio-energi yang berasal dari gerakan-gerakan fisiknya. Di samping itu shalat tersebut juga dapat mengurangi kecemasan hidup manusia hidup manusia.[3]

Oleh karena dengan mendidik anak melakukan shalat tersebut orang tua telah melatih dan mendidik anaknya untuk menjaga dan melestarikan kesehatannya. Karena mererka telah melatih dan mendidik anaknya untuk membersihkan badan dan jiwanya serta memulihkan tenaganya, sehingga mereka dapat terhindar dari berbagai penyakit. Dengan mendidik anaknya melakukan shalat tersebut orang tua juga telah menjadikan anak mereka sehat secara fisik. Karena mereka telah dibiasakan melakukan gerakan-gerakan fisik melalui shalat tersebut. Dengan demikian shalat rawatib yang diajarkan kepada anak berarti orang tua telah menjadikan jasmani anak sehat. Hal ini merupakan salah satu tanggung jawab utama orang tua dalam memberikan pendidikan jasmani terhadap anaknya. Berdasarkan wawancara dengan Tgk. Danil, Imum Gampong Meunasah Krueng Peudada bahwa menurut beliau:
Dengan shalat tersebut orangtua di Gampong Meunasah Krueng Peudada juga telah terlatih dan terbiasa untuk hidup sehat dan bersih. Apabila ketika masih kecil anak telah dilatih dan didik dengan pola hidup yang bersih dan sehat, baik badan, pakaian maupun tempat tinggalnya, maka ketika dewasa juga akan terbiasa dan terlatih dengan pola demikian.[4]

Sedangkan pada aspek psikologis shalat tersebut dapat melahirkan ketenagan pikiran dan dan menghilangkan rasa cemas dan mendatangkan sikap optimis. Maka, dengan mendidik anak melakukan shalat tersebut akan melatih anak agar memiliki pikiran yang tenang. Sehingga dengan pikiran yang tenang tersebut mereka akan mudah mememukan solusi atas persoalan hidupnya. Hal ini disebabkan mereka telah memiliki sikap optimis. Dengan demikian shalat shalat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai sarana penyehatan kehiduapan spiritual, fisik, psikis dan sosial atau moral.


               [1] Hasil Observasi Penulis di Gampong Meunasah Krueng Peudada, Wawanacara di Meunasah Krueng, 09 September 2015.
               [2] Martunis, Sekretaris Gampong Meunasah Krueng Peudada, Wawanacara di Meunasah Krueng,  09 September 2015.
               [3] Zakaria Abdullah, Keuchik Gampong Meunasah Krueng Peudada, Wawanacara di Meunasah Krueng, 09 September 2015.
               [4] Tgk. Danil, Imum Gampong Meunasah Krueng Peudada, Wawanacara di Meunasah Krueng, 05 September 2015.

0 Comments